Islam Solusi Hakiki Atas Derita Palestina


Oleh; Naimatul Jannah, 
Aktivis Muslimah Asal Ledokombo -Jember



Berpuluh tahun warga Palestina hidup dengan rasa tidak aman, mulai dari pengusiran hingga serangan brutal dari Israel semakin hari semakin masif dilakukan. Saudara muslim di negeri-negeri lain sekalipun mayoritas, tidak bisa berbuat apa-apa disebabkan sistem yang diterapkan, bahkan jarang membuat mereka mendapatkan kezaliman dari para penguasanya. Perang antara kelompok Hamas Palestina dengan pasukan Israel semakin memanas. Terkait situasi ini, Duta Besar Palestina untuk Indonesia, Zuhair Al-Shun, mengatakan agresi yang dilakukan Israel selalu seperti itu. "Agresi Israel selalu seperti itu... membunuh warga sipil, anak-anak, dan orang tua... menghancurkan gedung-gedung ketika orang-orang berada di dalam...," ujar Zuhair dalam konferensi pers di Kedutaan Besar Palestina di Jakarta, Selasa (10/10/2023). 


Seolah dipelihara, konflik Palestina tak berkesudahan. Gaza kembali membara. Tak terhitung nyawa telah menjadi korban kebiadaban Israel dan negara-negara penyokongnya. Amukan rudal Israel telah menewaskan masyarakat sipil yang tak berdosa. Serangan udara yang dilakukan Israel ke jalur Gaza menyebabkan puluhan penduduk sipil tewas dan ratusan luka-luka.



Akar Masalah Palestina


Awalnya, pada dekade 20-an dan 30-an, orang-orang Yahudi dari berbagai negara, utamanya dari wilayah Eropa, berbondong-bondong bermigrasi ke wilayah Palestina. Migrasi itu terjadi karena telah dipersiapkan melalui Perjanjian Sykes-Picot 1916 yang membagi wilayah Khilafah Turki Utsmani pasca Perang Dunia I antara Inggris dan Prancis. Salah satu poinnya: wilayah Palestina menjadi wilayah internasional di bawah perlindungan Inggris, Prancis dan Rusia. Berikutnya pada 1917 muncul Deklarasi Balfour yang menjanjikan Palestina sebagai tanah air Yahudi. Sejak itulah orang-orang Yahudi bermigrasi secara besar-besaran ke Palestina.


Pada tahun 1947, PBB melalui resolusinya membuat pembagian wilayah Palestina. Berdasarkan resolusi itu, Israel mendapat 55 persen wilayah Palestina, sisanya untuk Palestina. Atas dasar itulah, dengan dukungan Inggris, pada tahun 1948 Israel berdiri.



Sejak itu Israel terus memperluas penguasaan tanahnya dengan cara-cara ilegal dan kriminal. Pada tahun 1967 Israel melancarkan perang dengan negara-negara Arab tetangga seperti Yordania, Suriah dan Mesir. Perang yang sarat dengan tipu daya itu pada akhirnya membuat Israel menguasai wilayah Palestina yang disebut dengan ‘batas 1967’. Israel menguasai sekitar 78 persen wilayah Palestina.


Berikutnya terjadi Perjanjian Camp David yang ditandatangani oleh Presiden AS Jimmy Carter, PM Israel Menachem Begin, Pimpinan PLO Yasser Arafat dan Presiden Mesir Anwar Sadat. Perjanjian itu mendamaikan antara Palestina dan Israel dengan skema two states solution (solusi dua negara). Solusi dua negara itu makin ditegaskan dalam Perjanjian Oslo ketika PLO di bawah Yasser Arafat menerima solusi tersebut dan menjadi dasar pendirian Otoritas Palestina. Masalah Palestina akhirnya berputar pada masalah tapal batas. Apakah batas sebelum 1947, batas 1967 atau lainnya


Butuh Pemimpin yang Taat


Palestina adalah masalah kaum muslim dunia. Dalam sebuah hadis sabda Rasulullah disampaikan bahwa kaum muslim satu dan yang lain ibarat satu tubuh. Jika bagian tubuh satu sakit, tubuh yang lain akan merasakan sakit pula dan sigap menolong serta membantu agar rasa sakit itu hilang.


Hadis ini menjelaskan bahwa kaum muslimin di dunia ini adalah saudara. Jika ada yang sedang terzalimi atau merasakan musibah, maka kewajiban muslim lainnya untuk membantu. Tidak hanya meringankan bebannya, tetapi juga hingga membebaskan mereka dari kezaliman yang ada, termasuk yang dialami muslim Palestina saat ini.


Dalam catatan sejarah, Palestina dua kali diperjuangkan oleh pemimpin kaum muslim yakni Khalifah Umar bin Khattab dan Shalahuddin Al Ayyubi.Hingga akhirnya Palestina menjadi tanah kharajiah, yakni selamanya tanah Palestina milik kaum muslim. Bahkan Khalifah Abdul Hamid II pun mati-matian mempertahankan Palestina.


Namun sayangnya, hal itu tidak lagi terjadi saat ini. Selama pemimpin negeri muslim masih dikuasai AS, merasa tidak berani melangkah dan juga telah melakukan kerja sama dengan Israel . Hal ini membuktikan bahwa ikatan ekonomi jauh lebih penting dari pada ikatan akidah.


Oleh karena itu, kaum muslim dunia memerlukan pemimpin yang tegas dan taat pada syariat, pemimpin yang memahami mana kawan dan lawan, imam yang mengutamakan keselamatan kaum muslim dari pada sekedar kerja sama bilateral. Amir seperti itu hanya dijabat oleh seseorang yang menjadikan akidah Islam sebagai landasan berpikir sekaligus kepemimpinan berpikirnya.



Islam Solusi Hakiki Atas Derita Palestina


   

Sebagaimana zaman sahabat dan generasi setelahnya, Islam yang sempurna hanya diperoleh dalam sistem Pemerintahan Islam (Khilafah).


Dalam catatan sejarah, Palestina dua kali diperjuangkan oleh pemimpin kaum muslim yakni Khalifah Umar bin Khattab dan Shalahuddin Al Ayyubi.Hingga akhirnya Palestina menjadi tanah kharajiah, yakni selamanya tanah Palestina milik kaum muslim.


Satu-satunya negara yang dapat menyaingi dan menghadapi AS hanya negara Islam, yakni yang menjadikan Mabda Islam sebagai landasannya (Khilafah). 

Khilafah akan mengirimkan pasukan untuk membebaskan Palestina dari cengkeraman Israel, termasuk dari pengaruh AS. Khilafah juga akan  berperan sebagai junnah (perisai) agar kaum muslimin Palestina tidak teraniaya lagi.


Khilafah akan menyatukan negeri kaum muslim hingga menjadi negeri adidaya seperti waktu silam. Hanya pada khilafah Palestina mampu menyandarkan harapan.


Wallahu'alam bisshawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post