Oleh Neneng Sriwidianti
Pengasuh Majelis Taklim
Sungguh miris melihat fenomena pengangguran di negeri ini. Seperti yang videonya viral di media sosial yang memperlihatkan terjadi antrean panjang pelamar kerja di Kota Bandung. Sekretaris Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Bandung Dicky Wishnumulya membenarkan hal itu. Kejadian tersebut berada di Festival Citylink dan Kiara Artha Park.
Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat pengangguran terbuka di Kota Bandung pada 2021 mencapai 11,45 persen dari total penduduk. Walaupun pada tahun 2022, persentasenya menurun. Dilaporkan masih ada lebih dari 100 ribu penganggur di Kota Bandung. Menurut Andri Darusman, Kepala Disnaker Kota Bandung, angka pengangguran (pada 2022) berjumlah 9,55 persen. Menurutnya, pandemi Covid-19 menjadi salah satu faktor yang menambah angka pengangguran. Upaya yang dilakukan untuk menekan pengangguran ini adalah dengan menggelar bursa kerja. (Republika.co.id, 02/10/2023)
Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia, Muhammad Edwin Khadafi Kota Bandung menyoroti angka penganguran yang masih terbilang tinggi ini. Apalagi, menurutnya banyak yang merupakan kalangan generasi muda. Edwin mendorong sebagai upaya menekan angka pengangguran ini agar ada optimalisasi potensi ekonomi digital. Menurut Edwin, perkembangan dunia digital dapat membuka peluang wirausaha. Dari wirausaha ini harus didorong untuk menghadirkan industri-industri baru yang menyerap lapangan kerja.
Pertanyaannya, akankah usaha ini bisa menyelesaikan masalah pengangguran secara tuntas di Kota Bandung? Ataukah hanya sekedar solusi tambal sulam?
Kapitalisme, biang kerok
Sungguh ironis melihat fakta pengangguran di negeri mayoritas muslim ini. Padahal, ketika Allah Swt. menciptakan manusia beserta Sumber Daya Alam (SDA) di bumi ini termasuk di Indonesia, Allah Swt. telah memberi karunia nikmat Sumber Daya Manusia (SDM) yang besar. Sayangnya, nikmat itu telah disia-siakan oleh manusia yang tidak bertanggung jawab dan kufur nikmat. Sehingga, banyak rakyat yang menganggur karenanya.
Jika ingin menyelesaikan masalah pengangguran, maka harus dikaji terlebih dahulu faktor penyebabnya. Kemudian mencarikan dan menerapkan solusi yang hakiki untuk mengatasinya. Ternyata, pengangguran adalah permasalahan ketenagakerjaan yang sistemik di sistem kapitalistik. Pengangguran di sistem sekuler saat ini tidak berdiri sendiri. Pengangguran (tuna karya) bukan hanya disebabkan malas bekerja, tapi juga diakibatkan oleh paradigma berpikir dari ideologi yang dianut negara ini.
Dalam sistem kapitalisme saat ini, fokus perhatian ekonomi dititikberatkan pada pengembangan sektor ekonomi non-real, yang menyebabkan turunnya produksi dan industri di sektor real. Apalagi, kalau penduduk di wilayah tersebut padat seperti yang terjadi di Kota Bandung. Akibatnya, hal itu akan mendorong kebangkrutan perusahaan dan PHK. Ditambah lagi, budaya pungli karena biokrasi yang rumit, semakin kompleksnya masalah pengangguran di negeri ini.
Islam solusi tuntas penganguran
Islam sebagai sebuah ideologi yang bisa menyelesaikan seluruh problematika manusia telah memberikan solusi tuntas terkait pengangguran. Dalam aktivitas bekerja, Allah Swt. telah mewajibkan setiap laki-laki untuk bekerja.
"Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan) dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari hartanya." (TQS. An-Nisa [4]: 34)
Rasulullah saw. bersabda:
"Dan hak mereka (istri-istri) atas kalian adalah menafkahi mereka dan menyandangi mereka dengan cara-cara yang baik." (HR. Muslim)
Kewajiban bekerja bagi laki-laki itu membutuhkan lapangan kerja yang seluas-luasnya bagi mereka. Tanggung jawab penyediaan lapangan kerja ini berada di pundak negara.
"Imam/pemimpin adalah pemelihara urusan rakyat; ia akan dimintai pertanggung jawaban terhadap urusan rakyatnya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Maka negara dalam Islam (khilafah) akan melakukan hal-hal sebagai berikut sebagai manifestasi tanggung jawabnya:
Pertama, memberikan pekerjaan kepada warga negara yang membutuhkan sebagai perwujudan dari Politik Ekonomi Islam (PEI).
Kedua, membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya, dengan mengaktifkan sektor ekonomi real (pertanian, industri, dan lain-lain). Negara akan menindak tegas bagi warga negara yang beraktivitas di sektor non-real. Sebab, di samping diharamkan, sektor ini juga akan menyebabkan beredarnya uang hanya di antara orang kaya saja, serta tidak berhubungan dengan penyediaan lapangan kerja. Sebaliknya, justru akan menyebabkan perekonomian labil.
Oleh karena itu, Islam mewajibkan kepada setiap individu laki-laki untuk bekerja. Sedangkan perempuan, anak-anak, dan orang tua lanjut usia yang sudah tidak sanggup bekerja berada di bawah tanggungan keluarga dan kerabat terdekatnya yang laki-laki. Jika keluarga dan kerabat tersebut fakir, maka kewajiban akan beralih kepada negara sebagai pihak yang bertanggung jawab.
Rasulullah saw. sebagai kepala negara saat itu, senantiasa berusaha memberi peluang kerja kepada rakyatnya. Suatu ketika Rasulullah memberikan dua dirham kepada seseorang. Kemudian beliau bersabda, "Makanlah dengan satu dirham, dan sisanya, belikanlah kapak, lalu gunakan kapak itu untuk bekerja!"
Demikian juga di masa khalifah Umar bin Khaththab ra. Khalifah tidak akan membiarkan laki-laki yang menganggur karena malas. Khalifah pernah menegur orang-orang yang berdiam di masjid pada waktu orang-orang sibuk bekerja. Mereka memberi alasan bahwa mereka sedang bertawakal. Beliau marah dan berkata, "Kalian adalah orang-orang yang malas bekerja. Padahal kalian tahu bahwa langit tidak akan menurunkan hujan emas dan perak." Kemudian khalifah Umar ra mengusir mereka dari masjid dan memberi mereka setakar biji-bijian sebagai modal bekal bekerja.
Demikianlah, Islam menuntaskan problem pengangguran sampai ke akar-akarnya. Islam menutup celah sekecil apapun bagi adanya pengangguran di tengah masyarakat. Maka, hanya dalam naungan khilafah yang menerapkan hukum Islam kafah, pengangguran bisa dihilangkan. Saatnya, kita mencampakkan sistem kapitallisme, biang kerok membludaknya pengangguran di negeri ini.
Wallahu a'lam bishshawab
Post a Comment