Online tempo, Depok - Siapa yang menyangka rumah yang di kenal sebagai rumah terbaik di mata para tetangga, selalu terjaga kebersihannya dan koleksi tanaman yang terawat, ternyata di temukan jasad tetangganya seorang ibu berinisial GAH (68) serta anak laki-lakinya berinisial DAW (38) dalam keadaan tinggal kerangka di kediaman mereka, Perumahan Bukit Cinere, Depok, Kamis (7/9/2023).
Direktur Reserse Kriminal Umum (Direskrimum) Kepolisian Daerah (Polda) Metro Jaya Hengki Haryad berujar, kepolisian bakal melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) usai menemukan sebuah surat dalam sebuah laptop. "Sore nanti juga kami akan mengadakan olah TKP ulang dan kami akan melibatkan Apsifor (Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia)," di Markas Polda Metro Jaya, Jumat (8/9/2023).
Menurut Hengki, kepolisian menemukan sebuah tulisan berbahasa Inggris. Hengki enggan menyimpulkan bahwa tulisan itu merupakan wasiat karena masih didalami oleh tim forensik digital. "Ya, ini kami akan ulang lagi olah TKP-nya. Kami sudah dapat data awal. Kami tidak mau berdasarkan asumsi, tetapi berdasarkan penyelidikan secara induktif," ucap Hengki.
Mendalami surat dekat jasad Ibu dan Anak di Depok, Polisi Olah TKP Ulang dan Gandeng Apsifor Petunjuk sebab kematian . Di sisi lain, kata dia, penyelidikan juga dilengkapi dengan cara deduktif, yaitu berdasarkan keterangan tetangga. Misalnya, kapan terakhir penghuni rumah keluar, pesan air, dan sebagainya. Kepolisian juga masih harus mendalami pesan tersebut apakah benar ditulis salah satu orang di antara jenazah itu. "Apakah memang ini tulisannya jenazah ini atau mungkin merupakan desepsi, kami enggak tahu. Mungkin ada orang juga yang menulis, kami enggak tahu," ucap Hengki. Adapun tulisan itu nantinya akan menjadi alat bukti yang akan menjadi petunjuk kepolisian soal apa yang terjadi sebelum kedua orang dalam rumah itu sampai akhirnya tewas.
Kronologi penemuan jasad Penemuan jasad GAH dan DAW bermula saat warga hendak mengajak acara jalan santai yang digelar perangkat RT setempat. Tetangga korban, Ratna Ningsih Trinyoto (71), mengaku merupakan panitia acara jalan santai tersebut. "Saya panitianya, ada empat orang. Mau ngajak (GAH) buat jalan santai," tuturnya ditemui di Perumahan Bukit Cinere, Jumat (8/9/2023) Menurut Ratna, dia dan panitia lain berdiskusi pada Kamis pagi. Saat mendiskusikan jalan santai itu, Ratna mengaku hendak mengajak GAH karena sudah lama tidak bertemu. Ratna dan panitia lain sekaligus warga setempat akhirnya mengujungi rumah GAH. "Tapi, ketika saya ke pagarnya (kediaman GAH), itu digembok. Kami di situ sudah mulai curiga," urai Ratna
Ia lalu melaporkan ke petugas keamanan setempat untuk mengecek kondisi di dalam kediaman GAH. Cium bau busuk Menurut Ratna, sejumlah petugas keamanan masuk ke rumah GAH melalui dinding pagarnya. Begitu tiba di depan pintu garasi, petugas keamanan mencium bau tidak enak. Bilang ke petugas keamanan "Tolong dilihat dong, ada apa, kok kami ngerasa enggak enak. Akhirnya petugas naik dari pagar. Dari depan situ (pintu garasi), sudah tercium bau enggak enak," urai Ratna. Saat itu, Ratna mengalihkan pikirannya. Ia langsung berpikir bahwa bau itu berasal dari bangkai hewan. Petugas keamanan masuk lewat pintu garasi yang ternyata tidak dikunci. Namun, petugas keamanan itu langsung keluar dan hendak muntah karena tak tahan dengan bau busuk yang memenuhi rumah itu.
Pak Somad (petugas keamanan) bilang, "saya buka pintu kamar mandi belakang, itu terganjal kain , kelihatan juga ada kaki, melintang di situ. Dia tapi enggak berani buka jauh," urai Ratna. Petugas keamanan lantas melapor ke polisi setempat. Polisi lantas mendatangi rumah itu dan menemukan jasad Grace dan David di kamar mandi dalam keadaan sisa tulang belulang.
Kepolisian menduga GAH dan DAW sudah meninggal selama satu bulan. Hingga kini, kepolisian belum mengetahui apa penyebab kematian ibu-anak tersebut.
Perlu kita ketahui kondisi rumah sudah tidak terawat dan aliran listrik diputus PLN.
Dari pantauan di lokasi, rumah 2 lantai yang didominasi warna merah jambu dengan pagar dan jendala putih terlihat berdebu. Rumput di halaman juga sudah berkembang liar.
Pada beberapa bagian dinding catnya sudah mengelupas, plafon di depan rumah sudah ada bagian yang nyaris copot , dan genteng garasi mobil terlihat ada yang menganga. Ketika pintu garasi mobil dibuka terlihat puing reruntuhan atap.
Dengan kejadian seperti ini, penemuan mayat tinggal kerangka di kompleks perumahan mencerminkan masyarakat yang kurang peduli dengan sesama.
Individualisme telah menjadi karakteristik masyarakat dalam peradaban kapitalis sekuler. Bahkan kepedulian dianggap sebagai campur tangan terhadap urusan orang lain.
Kapitalisme sekuler membuat masyarakat bersifat individual, tidak mau bermasyarakat dan lebih tertutup.
Fakta ini sungguh menyedihkan mengingat kediaman mereka bukanlah lingkungan yang sepi tetangga atau area yang minim penduduk. Para korban justru tinggal di perumahan yang cukup elite pada masanya.
Ini membuktikan bahwa pola hubungan antar individu yang tercermin dalam kehidupan sosial saat ini telah bergeser. Kepedulian, empati, dan kemanusiaan berubah menjadi apatis dan individualistis. Sikap individualistis dan minimnya kepedulian ini memang menjadi karakteristik masyarakat kapitalistis.
Secara umum, individualisme bisa diartikan sebagai suatu pandangan yang lebih mementingkan kebebasan dan kemerdekaan pribadi atau individu dibandingkan kepentingan orang lain. Dari pandangan ini, kapitalisme menganggap kehidupan pribadi adalah privasi yang harus dihormati. Ibarat kata, “Urus saja dirimu sendiri, tidak perlu mengurus kehidupan orang lain.” Jika individualisme sudah membudaya, jangan heran jika kasus serupa akan kembali berulang. Tetangga hilang, bahkan meninggal, tidak diketahui rimbanya. Betapa miris
Islam memiliki aturan lengkap dalam membangun masyarakat Islam dengan membiasakan sikap saling menghormati, membantu, dan peduli sesama. Seperti apa gambarannya?
Pertama, Islam mengharuskan beramar makruf nahi mungkar, yakni sikap saling menasihati dalam kebaikan serta mencegah individu melakukan kerusakan. Dengan terbiasanya masyarakat berdakwah, tidak ada sikap apatis dan individualis seperti halnya dalam sistem kapitalisme.
Kedua, sikap saling peduli dan tolong-menolong merupakan ciri khas masyarakat Islam dan kewajiban yang harus ditunaikan bagi setiap muslim. Allah Swt. memerintahkan hal ini dalam QS Al-Maidah: 2,
ÙˆَتَعَاوَÙ†ُوا۟ عَÙ„َÙ‰ ٱلْبِرِّ ÙˆَٱلتَّÙ‚ْÙˆَÙ‰ٰ ۖ ÙˆَÙ„َا تَعَاوَÙ†ُوا۟ عَÙ„َÙ‰ ٱلْØ¥ِØ«ْÙ…ِ ÙˆَٱلْعُدْÙˆَٰÙ†ِ ۚ ÙˆَٱتَّÙ‚ُوا۟ ٱللَّÙ‡َ ۖ Ø¥ِÙ†َّ ٱللَّÙ‡َ Ø´َدِيدُ ٱلْعِÙ‚َابِ
”Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan ketakwaan. Dan janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya siksa Allah sangat berat.”
Ketiga, negara menerapkan sistem sosial yang berlandaskan syariat Islam. Peradaban kapitalisme hanya melahirkan kesenjangan sosial yang memengaruhi pola kehidupan sosial masyarakat. Alhasil, jika seseorang kehilangan kejayaan finansialnya atau terbelit masalah, orang lain akan cenderung menjauhi dan tidak mau tahu urusan mereka.
Namun, dalam Islam, kepedulian dan saling membantu saudara, tetangga, dan siapa pun yang sedang menghadapi masalah, adalah kewajiban. Islam memerintahkan agar hak-hak tetangga dipenuhi, di antaranya menghibur dan meringankan beban penderitaannya dengan nasihat, tidak menampakkan wajah gembira tatkala ia dirundung duka, menjenguknya ketika sakit dan mendoakan kesembuhan untuknya, serta membantu pengobatannya bila ia membutuhkannya.
Rasulullah ï·º bersabda, “Bukanlah seorang mukmin, orang yang kenyang sementara tetangganya kelaparan di sampingnya.” (HR Bukhari). Dalam hadis lain, Nabi ï·º bersabda, “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka janganlah ia menyakiti tetangganya.” (HR Bukhari).
Semua ini hanya terwujud jika napas kehidupan sosial masyarakat berasas pada akidah Islam, bukan sistem sekuler kapitalisme.
Wallahu alam bisshawab
Post a Comment