Oleh Sahna Salfini Husyairoh, S.T
Aktivis Muslimah
Pemuda memandang politik dalam benak pikirannya itu kotor, ribet, parlemen, kekuasaan, korupsi, dan segala macam pandangan yang buruk. Sehingga tidak sedikit membuat para pemuda enggan memahami pentingnya politik. Begitulah pandangan politik dalam sistem sekuler kapitalisme yang ribet dan memandang politik itu untuk mencari kekuasaan atau keuntungan sebanyak-banyaknya.
Berbeda dengan Islam yang wajib dipahami umat muslim sebagai bentuk syariat Islam. Memahami politik merupakan sebuah kebutuhan dalam seluruh kehidupan manusia yang mengatur hubungan kita kepada Allah Swt. (hablumminallah) seperti salat, puasa, zakat. Juga mengatur hubungan kita dengan diri sendiri (hablumminafsi) yaitu terkait akhlak, pakaian, makanan, minuman. Politik dalam Islam pun mengatur hubungan sesama manusia berkaitan sosial, pendidikan, ekonomi, hubungan luar negeri.
Oleh karena itu, pentingnya pemuda muslim memahami politik Islam secara keseluruhan. Menurut penyair Jerman Bertolt Brecht, "Buta terburuk adalah buta politik, dia tidak mendengar, tidak berbicara, dan tidak berpartisipasi dalam peristiwa politik. Dia tidak tahu bahwa biaya hidup, harga kacang, harga ikan, harga tepung, biaya sewa, harga sepatu dan obat, semua tergantung pada keputusan politik. Orang yang buta politik begitu bodoh sehingga ia bangga membusungkan dadanya mengatakan bahwa ia membenci politik. Si dungu tidak tahu bahwa dari kebodohan politiknya lahir pelacur, anak terlantar, dan pencuri terburuk dari semua pencuri, politisi buruk, rusaknya perusahaan nasional, dan multinasional yang menguras kekayaan negeri."
Kemudian Allah Swt. melarang kaum muslim termasuk pemuda yang bersikap tidak peduli, dan apatis. Pemuda muslim wajib peduli terkait permasalahan umat manusia, dan wajib menyiarkan Islam dimanapun mereka berada. Seperti dalam firman Allah Swt. dalam QS. Ali 'Imran 3: Ayat 110 :
كُنتُمۡ خَيۡرَ أُمَّةٍ أُخۡرِجَتۡ لِلنَّاسِ تَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَتَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَتُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ ۗ وَلَوۡ ءَامَنَ أَهۡلُ ٱلۡكِتَٰبِ لَكَانَ خَيۡرًا لَّهُم ۚ مِّنۡهُمُ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ وَأَكۡثَرُهُمُ ٱلۡفَٰسِقُونَ
"Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik."
Bahkan Rasulullah saw. mengecam umat Islam yang tidak peduli nasib saudara seiman. "Barangsiapa yang tidak peduli urusan kaum muslimin, maka dia bukan golonganku." (Al Hadis)
Kemudian juga dicantumkan dalam hadis yaitu "Barangsiapa yang pada pagi harinya hasrat dunianya lebih besar maka itu ada apa-apanya di sisi Allah, dan barangsiapa yang tidak takut kepada Allah Swt. maka itu tidak ada apa-apanya disisi Allah Swt., dan barangsiapa yang tidak perhatian dengan urusan kaum muslimin semuanya maka dia bukan golongan mereka." (HR. Al Hakim dan Baihaqi)
Politik dalam Islam disebut Siyasah yang bermakna mengurusi urusan umat. Setiap Nabi punya kewajiban mengurusi umat, ini membuktikan agama ialah perkara yang mengurusi urusan umat. Pengurusan urusan umat yang disebut politik. Politik ini wajib diatur aturan Islam (aturan yang benar) dan melahirkan rahmat bagi seluruh alam.
Nabi saw. bersabda "Bani Israil dahulu telah diurus urusan mereka oleh para Nabi. Ketika seorang Nabi (Bani Israil) wafat, maka digantikan oleh Nabi yang lain. Sesungguhnya, tidak seorang Nabi pun setelahku. Akan ada para Khalifah, sehingga jumlah mereka banyak." (HR. Muslim)
Wallahualam bissawab
Post a Comment