(Aktivis Dakwah)
Kita sering mendengar bahwa tetangga adalah keluarga terdekat kita. Meski bukan saudara dari satu garis keturunan, nyatanya mereka adalah orang terdekat yang bisa kita mintai pertolongan jika kita sedang dalam kesulitan. Juga orang yang sering kita jumpai dan berinteraksi secara intens. Oleh karena itu, menjaga hubungan baik dan harmonis dengan mereka merupakan hal yang penting dilakukan.
Namun, kehidupan bertetangga seperti pemaparan di atas sepertinya tidak dialami oleh setiap kelompok masyarakat khususnya yang tinggal di perkotaan. Hal ini merujuk pada kejadian ditemukannya jasad kerangka seorang ibu dan anak di kediaman mereka, Perumahan Bukit Cinere, Depok pada Kamis (7/9/2023) dilansir Kompas. Menurut Direktur Reserse Kriminal Daerah (Polda) Metro Jaya Hengki Haryad, Korban yang diketahui berinisial GAH (68) dan anak laki-lakinya DAW (38) kemungkinan sudah meninggal selama satu bulan. Menurut Hengki, Kepolisian menemukan sebuah tulisan berbahasa inggris namun bukan berarti sebuah wasiat karena masih didalami oleh tim forensik digital. Adapun tulisan itu nantinya akan menjadi alat bukti yang akan menjadi petunjuk kepolisian soal apa yang terjadi sebelum kedua orang dalam rumah itu sampai akhirnya tewas. “Apakah ini matinya alami, natural. Apakah accident, kecelakaan? Apakah suicide, bunuh diri? Atau homicide, pembunuhan? Apakah gabungan dari berbagai analisis ini,” ujar Hengki.
Penemuan jasad bermula ketika seorang tetangga korban bernama Ratna Ningsih Trinyoto (71) ingin mengajak korban (GAH) ke acara jalan santai yang digelar perangkat RT setempat. Namun, ketika sampai di rumah korban pagarnya dalam keadaan digembok. Dari situ ia mulai curiga dan melaporkan kepada petugas keamanan setempat. Setelah beberapa petugas keamanan mengecek keadaan rumah dengan melompati pagar, mereka mulai mencium bau busuk dari dalam. Lalu petugas keamanan masuk melalui pintu garasi yang tidak dikunci, namun tak lama mereka keluar dan hendak muntah karena tak tahan dengan bau busuk yang memenuhi rumah tersebut. Akhirnya, petugas keamanan melapor ke polisi setempat. Polisi lantas mendatangi rumah itu dan kemudian menemukan jasad kedua korban yang sudah menjadi tulang belulang seperti yang telah dikemukakan di atas.
Penemuan korban yang sudah menjadi tulang belulang di salah satu Perumahan elit tersebut meninggalkan sebuah tanya, seperti apa interaksi antar tetangga di lingkungan tersebut?. Hal ini mencuatkan satu pemikiran bahwa masyarakat di perkotaan tidak peduli dengan lingkungan sekitar. Hubungan antar tetangga tidak seharmonis masyarakat di pedesaan yang masih lekat dengan unsur-unsur kekeluargaan. Masyarakat di perkotaan cenderung bersifat individualisme, sehingga hubungan antar individu minim empati dan rasa peduli. Karakteristik seperti itu mudah dijumpai dalam sistem kapitalis sekuler, bahkan dalam sistem ini rasa kepedulian akan dianggap sebagai campur tangan terhadap urusan orang lain.
Sikap Indivudualisme jelas tidak dibenarkan dalam agama Islam. “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia berbuat baik kepada tetangganya.” (HR. Bukhari Muslim)
Dari Hadis di atas dapat kita simpulkan bahwa tetangga memiliki kedudukan yang tinggi di dalam Islam. Mereka harus disayangi dan diperlakukan dengan baik. Dalam hal memuliakan dan berbuat baik kepada tetangga, Rasulullah telah memberikan teladan yang baik kepada kita. Dikisahkan, suatu ketika pada saat Abu Hurairah kelaparan Rasulullah lewat di depannya. Kemudian Rasulullah meminta Abu Hurairah untuk mengikutinya. Sesampai di suatu tempat, Abu Hurairah mendapati ada susu setempayan. Rupanya harapan Abu Hurairah meleset. Rasulullah tidak langsung memintanya untuk meminum susu. Malah Rasulullah menyuruh Abu Hurairah untuk memanggil ahli shuffah, tetangga Rasululah yang sangat miskin, lemah, dan tidak memiliki tempat tinggal. Mereka menjadi tetangga Rasulullah karena tinggal di emperan Masjid Nabawi. Sementara rumah Rasulullah menyatu dengan menyatu dengan Masjid Nabawi. “Pergilah ke ahli shuffah, undang mereka ke sini,” perintah Rasulullah kepada Abu Hurairah, dikutip dari buku Bilik-bilik Cinta Muhammad.
Pada saat ahli shuffah datang, Rasulullah langsung menyuruh mereka untuk meminum susu tersebut. Satu per satu, ahli shuffah meminum susu tersebut sampai puas. Setelah semuanya kebagian, Rasulullah menyuruh Abu Hurairah untuk meminum sisa susunya hingga puas. Rasulullah sendiri juga meminum susu sisa ahli shuffah itu. Inilah keteladanan yang harus dipunyai oleh setiap Muslim. Rasulullah tidak membiarkan dirinya kenyang sendiri sementara tetangganya dalam keadaan kelaparan. Rasulullah juga sangat menjaga ucapan dan perkataan agar tidak menyakiti tetangganya. Apalagi menggunjing dan membuka aib tetangga di depan khalayak umum. Lalu bagaimana jika ada tetangga yang berbuat jahat kepada kita?. Dalam hal ini pun Rasulullah sudah memberikan rambu-rambu. Rasulullah menyarankan untuk tetap berbuat baik kepadanya dan bersabar. Dalam Hadis riwayat Ahmad, Rasululah menuturkan bahwa salah satu orang yang dicintai Allah adalah mereka yang tetap bersabar meski tetangganya menyakitinya.
Selain itu, Islam juga menjadikan kepedulian sebagai akhlak yang mulia. Saling menasehati dalam kebaikan serta mencegah individu melakukan kerusakan. Sikap peduli dan tolong menolong juga wajib ditunaikan oleh setiap muslim, Allah memerintahkan hal ini dalam QS Al-Maidah ayat 2 yang artinya,” Dan tolong-menolong kamu dalam kebaikan dan ketakwaan. Dan janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya siksa Allah sangat berat.”
Dengan aspek-aspek tersebut maka tidak akan ada lagi sikap apatis dan individualis seperti halnya terdapat dalam sistem kapitalis sekuler.
Wallahu’alam Bishowab
Post a Comment