Individualis Kian Kronis


Oleh: Neng Saripah S.Ag.


Geger, penemuan jasad yang telah membusuk di Perumahan Bukit Cinere, Depok, pada Kamis (7/9/2023). Kabarnya jenazah tersebut ialah seorang ibu dengan inisial GAH (68) beserta anak laki-lakinya berinisial DAW (38). 


Direktur Reserse Kriminal Umum (Direskrimum) Kepolisian Daerah (Polda) Metro Jaya Hengki Haryad menjelaskan pada Kompas, (8 september 2023), kepolisian akan melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) setelah menemukan sebuah surat di dalam sebuah laptop. "Sore nanti juga kami akan mengadakan olah TKP ulang dan kami akan melibatkan Apsifor (Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia)," di Markas Polda Metro Jaya, Jumat (8/9/2023).


Usut punya usut, rumah tersebut pernah dinilai sebagai rumah tinggal terbaik bagi para tetangganya. Dengan lokasinya yang terletak di Jalan Puncak Pesanggrahan VIII, rumah tersebut selalu terjaga kebersihannya, serta koleksi tanamannya yang terawat.


"Dulu salah satu rumah terbaik, selalu rapi, catnya selalu baru, ada kotor sedikit catnya langsung dicat lagi," kata Toto Trinyoto, 74 tahun, satu di antara tetangga lama rumah itu saat ditemui pada Sabtu tanggal 9 september kemarin. (Tempo, 10 september 2023)


Sungguh ironis, Penemuan mayat, yang hanya tinggal kerangka di kompleks perumahan mencerminkan masyarakat yang kurang peduli dengan lingkungan tempat tinggal mereka. Kepedulian kian mengikis faham individualis kian kronis.


Benar memang, Individualisme telah menjadi karakteristik masyarakat di era kapitalis sekuler. Mirisnya pada sistem kapitalis masyarakat kebanyakan berpandangan bahwa kepedulian justru dianggap sebagai tindakan ikut campur terhadap urusan orang lain yang tabu, bahkan bisa d pidanakan.


Hal tersebut sangat berbeda dengan sistem islam, yang menjadikan keperdulian terhadap lingkungan khususnya kehidupan bertetangga merupakan bagian dari akhlaq yang mulia, bahkan menjadikanya suatu keharusan yang diwajibkan.


Sebagaimana dalam sebuah hadits dikatakan.


304- وعن أَبي ذر t ، قَالَ : قَالَ رَسُول الله r : (( يَا أَبَا ذَرٍّ ، إِذَا طَبَخْتَ مَرَقَةً ، فَأكثِرْ مَاءهَا ، وَتَعَاهَدْ جيرَانَكَ )) رواه مسلم .

وفي رواية لَهُ عن أَبي ذر ، قَالَ : إنّ خليلي r أوْصَاني : (( إِذَا طَبَخْتَ مَرَقَاً فَأكْثِرْ مَاءها ، ثُمَّ انْظُرْ أهْلَ بَيْتٍ مِنْ جِيرَانِكَ ، فَأصِبْهُمْ مِنْهَا بِمعرُوفٍ )) .


Dari Abu Dzarr radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Wahai Abu Dzarr, jika engkau memasak masakan berkuah, maka perbanyaklah kuahnya dan perhatikanlah tetanggamu.” (HR Muslim)


Dan juga dalam riwayat Muslim, dari Abu Dzar, dia berkata: “Sesungguhnya kekasihku berpesan kepadaku: ‘Jika engkau memasak masakan berkuah, perbanyaklah kuahnya, kemudian lihatlah anggota keluarga dari tetanggamu, maka berikanlah kepada mereka dengan baik.'"


Memang hanya Islamlah, sistem sempurna yang memiliki mekanisme untuk mewujudkan kepedulian terhadap lingkungan khususnya kehidupan masyarakat secara riil. Wallahualam bishawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post