(Ibu Peduli Generasi)
Kabar buruk tengah menghampiri negara-negara di dunia, yakni menyangkut perkara perut yang mengkonsumsi beras. Kabar terbaru dari CNBC Indonesia mencatat harga beras global melonjak mendekati level tertinggi dalam 12 tahun terakhir, dan bahkan bisa naik lebih tinggi lagi.
Indeks Harga semua beras Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) naik 2,8% pada Juli menjadi 129,7 poin, nilai tertinggi sejak September 2011.
Harga beras melonjak tajam Ini dikarenakan berbagai hal, salah satu di antaranya adalah karena kebijakan global terkait dengan larangan ekspor beras di india. Sebab India adalah pengekspor beras terkemuka di dunia, menyumbang lebih dari 40% perdagangan beras global, serta produsen terbesar kedua setelah China. Sedangkan Indonesia sendiri untuk musim 2022/2023 masuk negara nomor 4 penghasil beras terbesar dunia.
Suara online pemerintahan juga menginformasikan bahwa kenaikan harga beras tidak hanya terjadi di tingkat eceran, tetapi juga terjadi di level grosir maupun penggilingan. Berikut harga beras dilansir dari laman Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS) Jumat (1/9/2023):
Beras kualitas bawah I Rp 12.700 per kg
Beras kualitas bawah II Rp 12.350 per kg
Beras kualitas Medium I Rp 13.900 per kg
Beras kualitas Medium II Rp 13.650 per kg
Beras kualitas super I Rp 15.150 per kg
Beras kualitas super II Rp 14.600 per kg.
Belum lagi Ancaman adanya El Nino yang beresiko memperburuk produksi beras global.
Lemahnya Kedaulatan Dan Ketahanan Pangan.
Hal ini sebenarnya perlu kita cermati bahwasanya kondisi ini mencerminkan lemahnya kedaulatan dan ketahanan pangan di Indonesia. Indonesia yang masuk penghasil beras terbesar nomor 4 dunia. Seharusnya mampu memenuhi kebutuhan pangan penduduknya tanpa tergantung negara lain.
Kebijakan Pangan Berdasarkan Kapitalisme.
Dalam sistem kapitalis sebagai biang kerok melonjaknya harga-harga pangan meniscayakan negara hanya berperan sebagai regulator, dan membiarkan korporasi menguasai tata kelola pangan dan berbagai proses produksinya. Karena dalam ranah Ini kental sekali dengan kepentingan korporasi. Pengadaan barang walaupun tidak dibutuhkan akan dianggarkan demi mendapat ceperan cuan. Kerakusan si kaya dan penguasa melibas yang melata. Disisi lain membuang sisa makanan hal yang biasa namun disisi lain lagi untuk mendapat sesuap nasi untuk sekedar mengganjal perut sehari sekali masih kesulitan. Inilah potret sistem kapitalisme demokrasi sejati.
Solusi Tuntas Cukupi Kebutuhan Beras
Islam mewajibkan negara sebagai periayah segala urusan umat, termasuk dalam menjamin ketersediaan kebutuhan pokok. Sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, keamanan. Jika dibahasakan sederhana, memperoleh pangan adalah hak asasi manusia yang harus dipenuhi dalam rangka menopang kelangsungan hidup.
Maka dari itu Islam memiliki mekanisme untuk mewujudkan Ketahanan pangan secara mandiri dan berkelanjutan. Bagaimana konsepsi Islam tentang ketahanan pangan yang masuk dalam hal paling pokok adalah kemampuan bercocok tanam dan ketersediaan lahan. Sebuah kitab klasik besutan Abu Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Umar al-Habasyi al-Wishabi yang berjudul al-Harakah fi Fadhli as-Sa'yi wal-Harakah, mencoba menguraikan tentang urgensi bercocok tanam dan perhatian Islam dalam pengelolaan hasil bumi dari berkebun dan bertani.
Landasan filosofis tentang masalah perut dalam Islam yaitu sebatas kebutuhan (terbatas) bukan keinginan (tidak terbatas/nafsu). Apabila kebutuhan itu sudah terpenuhi maka tidak perlu menambah-nambah karena akan berlebihan dan tentu tidak aman (awal penyakit) serta dimungkinkan dapat mengurangi atau mengambil bagian orang lain. Allah Swt. berfirman: Makan dan minumlah kamu, dan janganlah berlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan (QS. al-A’raf [7]: 31).
Selama persediaan pangan itu digunakan secara wajar, maka pasti mencukupi kebutuhan pangan seluruh umat manusia, karena Allah telah mengukurnya. Akan tetapi bila pemanfaatannya tidak terkendali, berlebihan hingga terjerumus pada kemubaziran, maka seberapapun ketersediaan pangan yang ada, dapat dipastikan pangan yang tersedia selalu tidak cukup.
Dari sini sudah bisa kita pahami bahwa tidak akan ada ketergantungan pangan pada negara lain jika tidak ada oknum-oknum rakus. Seperti dalam sistem kapitalis.
Kesimpulan
Agar Ketahanan pangan terpenuhi penguasanya wajib bertanggung jawab penuh mengurusi urusan umat dengan:
petani dibekali ilmu bertani yang mumpuni. Ketersediaan pupuk, benih, dan Peralatan pertanian yang cukup.
Lahan yang subur diwajibkan untuk ditanami, yang Kurang subur bisa diolah agar bisa subur.
Penggunaan secukupnya sesuai kebutuhan.
Post a Comment