Pemilu semakin di depan mata. ramainya politik dibicarakan di mana saja, baik di dunia nyata hingga di seluruh media. Sebagaimana diketahui bahwa media adalah instrument penting dari politik. Mengapa demikian? Karena media adalah penyalur informasi kepada rakyat. Terlebih di sistem hari ini, pemain politik kapitalisme bisa kehilagan jalan untuk berkampanye dan kesulitan menyebarkan visi misi bila media itu tidak ada.
Tidak dapat dipungkiri di sistem kapitalisme hari ini, dapat ditemukan dengan mudah media yang condong terhadap partai politik tertentu. Mereka menggunakan media sebagai alat untuk mempengaruhi rakyat dan membangun citra positif. Padahal, media seharusnya lebih pro terhadap rakyat dengan aktif menyadarkan rakyat, mengkritisi pemain politik, menelaah kebijakan, dan menjadi barisan terdepan sebagai pengusung kepentingan rakyat.
Melihat fenomena ini, Wakil Presiden Ma’ruf Amin memberi penekanan agar media menjadi salah satu faktor penentu dalam mengatasi disintegrasi bangsa dan penyebaran hoaks. Beliau mengatakan “Integritas daripada media itu saya kira menjadi sesuatu yang harus kita jaga, (karena) perannya sangat besar.” (viva. 10/9/2023). Tetapi hal ini tentu akan bertabrakan dengan hakikat media ala kapitalisme itu sendiri.
Media Ala Kapitalisme
Lantaran di bangun atas dasar kepentingan, maka media di sistem kapitalisme pastilah tidak mengutamakan kepentingan rakyat. Maka saat ini di waktu-waktu mendekati pemilu kita menjumpai media-media pesanan dari para pemain politik sebagai kekuatan untuk menggaungkan diri atau kelompoknya. Belum lagi hoaks semakin merajai media hari ini, saling fitnah dan menggiring opini untuk kepentingan tertentu.
Sudah dapat dipastikan bahwa media ala kapitalisme sangatlah tidak sehat dan tidak mampu berdiri secara ideal bagi kepentingan rakyat. Lalu bila dikaitkan dengan perkataan Wapres, tentu menjadi sangat tendensius. Mengingat media hari ini pada faktanya justru menjadi alat pihak tertentu untuk mencapai tujuannya.
Maka, untuk mengoptimalkan peran media sebagai media yang strategis dalam mencerdaskan rakyat, mengungkap kebenaran, dan menyampaikan aspirasi rakyat perlu landasan yang baik dan benar. Landasan itu ternyata ada di dalam Islam, yaitu di dalamnya memiliki tuntunan tentang peran media yang seharusnya.
Media Ala Islam
Sebagaimana yang tertulis di dalam buku Fika Komara dengan judul “Penggerak Opini Islam Era Digital.” Disampaikan bahwa Islam mengajarkan kita untuk menjadi sosok terpercaya, benar, dan amanah dalam menyapaikan kabar. Hal ini adalah prinsip dan mekanisme agar kita menjadi pemberi kabar yang terpercaya.
Ustadz Yuana Ryan Tresna Mudir Ma’had Khadimussunnah Bandung mendekatkan proses validasi berita (informasi biasa bukan wahyu) dengan ilmu hadits. Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan.
Pertama, sumber dan penyampai berita apakah terpercaya atau tidak. Karena ini penting sekali sebagai penentu kebenaran isi berita dan sandaran akhir sumbernya. Kedua, Isi berita apakah sesuai dengan fakta atau malah bertentangan. Ketiga, adab. Yaitu tidak boleh reaktif terutama jika kabar tersebut menyangkut nama baik seseorang.
Negara sebagai Perisai Informasi
Di tahun menjelang pemilu ini, media memanas dan saling bergeliat mengungkapkan kecondongannya. Maka, sebetulnya yang akan didapatkan masyarakat bukanlah kebenaran yang nyata, melainkan pengiringan ke salah satu pihak. Untuk mengatur semua ini perlu peran negara yang tegas sebagai perisai informasi.
Dalam perspektif politik media Islam negara berperan menjadi tiga hal. Pertama junnah atau perisai yang melindungi ideologi Islam dari bahan olokan, hinaan, dan kerendahan. Kedua, sebagai filter informasi dari informasi yang tidak penting bahkan merusak. Ketiga, corong informasi Islam bagi dunia dalam maupun luar negeri. Semua itu dilandasi karena negara berlandaskan Islam memposisikan media massanya untuk melayani ideologi Islam.
Maka, dengan kebijakannya yang diterapkan di tengah masyarakat dan di bawah naungan Khilafah, Islam mampu menciptakan umat yang mumpuni akan literasi media. Tentunya bukan hanya paham, tetapi juga mampu menganalisis media. Dengan demikian butuh peran negara yang nyata di sini dan sama sekali tidak adil bila negara berlepas tangan dan membiarkan media berasaskan kepentingan dihadapkan dengan individu tanpa perlindungan.
Umat Islam Bangkit
Di era menjamurnya media ala kapitalisme dan pembuktiannya di waktu-waktu mendekati pemilu, maka umat Islam jangan sampai terbawa oleh arus informasi dan terpapar kesalahpahaman. Sudah waktunya umat Islam bangkit dengan mengoptimalkan media. Maka, jadilah penggiat media yang idealis dan kritis agar mampu menjadi wasilah untuk kepentingan umat. Semua itu dilakukan untuk mengembalikan standar terbaik yaitu kehidupan yang damai sesuai perintah-Nya. Wallahu a’lam wishawab.
Post a Comment