Oleh: Herti Marliah
Belum genap sebulan sejak dimulainya tahun ajaran baru, Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) telah mencatat empat kasus perundungan di lingkungan sekolah dari total 16 kasus yang terjadi selama Januari hingga Juli 2023. Dilansir www.detik.com, (3/8) Keempat kasus ini mengkhawatirkan karena dapat berdampak pada psikologis anak-anak. Mayoritas perundungan terjadi di berbagai jenjang pendidikan, seperti SD, SMP, SMA, dan SMK, serta beberapa kasus di MTs dan Pondok Pesantren.
Heru dan tim kajian FSGI telah mencatat dari 16 kasus perundungan di satuan pendidikan didominasi oleh satuan pendidikan di bawah kewenangan Kemendikbud Ristek (87,5%). Sedangkan satuan pendidikan di bawah kewenangan Kementerian Agama hanya 12,5%.
Salah satu peristiwa terjadi di Kabupaten Cianjur, di mana 14 siswa SMP mengalami kekerasan fisik karena terlambat ke sekolah. Ada juga kejadian di mana siswa dijemur dan ditendang oleh kakak kelas yang duduk di SMA/SMK. (regional.kompas.com, 22/7/23)
Terjadi pula kasus penusukan siswa yang menjadi korban perundungan oleh siswa yang diduga sering membully di sebuah SMA di Samarinda. (news.detik.com, 1/8/23)
Kasus terakhir melibatkan seorang guru olahraga yang menegur siswa yang merokok di Rejang Lebong, Bengkulu. Guru tersebut akhirnya menendang siswa tersebut, tetapi tindakan ini mengakibatkan kontroversi dan serangan fisik dari orang tua siswa yang berakibat pada cedera serius. (www.detik.com, 3/8/23)
Pentingnya mengajarkan adab dalam menuntut ilmu, khususnya menurut ajaran Islam, sangat ditekankan. Adab terhadap ilmu, guru, dan teman adalah hal yang fundamental. Pembelajaran adab di dalam Islam dianggap sebagai langkah penting menuju kebahagiaan dan keberuntungan, sementara ketidakpedulian terhadap adab dianggap sebagai sumber masalah dan kesengsaraan.
Dengan mempelajari adab kita akan mendapatkan kebahagiaan sebagaimana Ibn al-Qayyim al-Jauziyyah menuturkan:
“Adab seseorang itu adalah alamat kebahagiaan dan keberuntungannya. Sedangkan minimnya adab merupakan alamat kenestapaan dan kerugiannya. Tidak ada kebaikan di dunia dan akhirat yang diharapkan untuk diperoleh seperti memperoleh adab. Begitu juga, tak ada yang sudi mendapatkan keburukan di dunia dan akhirat sebagaimana minimnya adab.” [Ibn al-Qayyim al-Jauziyyah, Madarij as-Salikin, Juz II/368]
Jika pendidikan diarahkan dengan cara ini, kasus perundungan seperti yang disebutkan dapat dihindari.
Wallahu'alam.
Post a Comment