Angka Kemiskinan Melambung Tinggi


Oleh Maya Herlinawati


Pandemi Covid-19 telah berlalu, akan tetapi dampaknya masih dirasakan masyarakat luas dalam kehidupan manusia. Salah satunya adalah angka kemiskinan yang kian melambung.


Bank Pembangunan Asia (ADB) memperkirakan ada 155,2 juta orang di negara berkembang di Asia Pasifik atau 3,9% populasi kawasan tersebut hidup dalam kemiskinan ekstrem. Jumlah tersebut meningkat 67,8 juta dibandingkan masa sebelum pandemi. (CNN Indonesia).


Kemiskinan ekstrem menandai kelompok masyarakat berpenghasilan sebesar USD 2,15 (setara Rp32.000) per hari atau sekitar di bawah satu juta per bulan. Angka tersebut belum disesuaikan dengan kenaikan inflasi akibat perang Ukraina yang melumpuhkan rantai suplai makanan global.


Kepala ekonomi ADB Albert Park, menghimbau pemerintah di kawasan Asia Pasifik agar memperkuat jejaring pengaman sosial kepada masyarakat miskin dan membibit investasi dan inovasi yang dapat menciptakan peluang pertumbuhan lapangan kerja negara-negara di kawasan Asia Pasifik bisa kembali bangkit dari keterpurukan ekonomi.


Upaya pemulihan ekonomi telah dijalankan, akan tetapi pada faktanya apakah bantuan sosial mampu mengatasi kemiskinan? Penerapan sistem kapitalisme menjadi penyebab utama kemiskinan global.


Standar kemiskinan ala kapitalisme seringkali berubah-ubah karena dihitung dengan angka tanpa memperhatikan fakta yang sebenarnya, sesuai kepentingan yang berkuasa. Angka kemiskinan menurun dianggap sebagai keberhasilan pemimpin yang sukses mengatasi kemiskinan.


Sangat memprihatinkan di tengah-tengah masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan sementara di sisi lain ada segelintir individu-individu berpenghasilan sangat tinggi. 


Inilah fakta jurang kemiskinan yang kaya semakin kaya, sementara yang miskin semakin terpuruk.


Lihatlah para konglomerat yang punya banyak uang dengan mudah memenuhi kebutuhannya bahkan menguasai pasar dan perdagangan, sementara orang miskin kesulitan menghadapi kondisi ekonomi yang selalu bergerak fluktuatif.


Dalam perspektif Islam, standar kemiskinan adalah kondisi tidak terpenuhinya kebutuhan primer berupa sandang, pangan, papan, pendidikan dan kesehatan. Alhasil negara lah Yang benar-benar memastikan pemenuhan kebutuhan dasar setiap individu.


Syekh Taqiyuddin an-nabbani, mendefinisikan orang fakir sebagai orang yang punya harta atau uang tetapi tidak mencukupi kebutuhan pembelanjaannya. Sementara orang miskin adalah orang yang tidak punya harta atau uang sekaligus tidak punya penghasilan (Nizhamul Iqtishadi fil islam, hal. 236. Darul Umamah Beirut).


Mekanisme Islam dalam menyesuaikan kemiskinan adalah sebagai berikut:


1. Negara menjamin terpenuhinya kebutuhan primer setiap individu.

2. Adanya kepemilikan dalam Islam yaitu individu, umum dan negara.

3. Adanya distribusi kekayaan secara merata, sekaligus menciptakan produktivitas SDA dan SDM.

4. Pembangunan ekonomi bertumpu pada sektor riil, sehingga krisis ekonomi tidak akan terulang.


Kemiskinan yang ada di kawasan Asia Pasifik adalah dampak penerapan ideologi kapitalisme global yang dianut negara-negara di dunia.


Islam yang dapat menyelesaikan problematika kehidupan. Sebagaimana hadis Rasulullah saw.,

“Imam (Khalifah) adalah pengurus umat dan kelak akan diminta pertanggungjawaban atas kepengurusannya.” (HR. Bukhari).


Sudah saatnya beralih pada solusi Islam kafah yang dapat mewujudkan kesejahteraan bagi umat manusia.


Wallahualam bissawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post