Urgensi Diterapkannya Sistem Pendidikan Islam

 



Oleh Dewi Rahayu Cahyaningrum

Komunitas Muslimah Rindu Jannah Jember


Setiap individu manusia khususnya calon ibu atau seorang ibu jika beliau sudah mengetahui bahwa dirinya dalam keadaan mengandung maka hal yang akan dilakukan pertama kali mulai dari terbentuknya calon janin atau embrio adalah memberikan pendidikan kepada calon janin atau embrio tersebut.

 

Mungkin bagi orang yang awam pastinya akan bertanya-tanya, bagaimana bisa seorang ibu memberikan pendidikan kepada calon janin atau embrio sedangkan calon janin atau embrio tersebut masih belum terbentuk dengan sempurna atau bahkan masih berupa gumpalan darah dalam kandungan ibunya.


Pembelajaran atau pendidikan yang diberikan akan dilakukan oleh seorang ibu, bahkan membuat si ibu rela mengorbankan dirinya agar penjagaan, pemeliharaan embrio tersebut terjadi secara maksimal. Yaitu dengan dimulai dari memberikan makan makanan yang mengandung gizi seimbang dan memperlakukan embrio tersebut dengan sangat baik, yaitu dengan diperdengarkannya pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur'an, membacakan tentang sejarah-sejarah Islam dan sebagainya. Pendidikan kepada embrio tersebut dilakukan secara berulang-ulang hingga embrio tersebut tumbuh dan berkembang menjadi janin hingga proses kelahiran tiba.

 

Namun dalam kehidupan hari ini fungsi ibu tergerus, tercerabut bahkan telah tergeser. Para ibu disibukkan dengan upaya mencari nafkah. Sebagian karena dorongan ekonomi, sebagian lagi termakan propaganda kesetaraan gender.

 

Akibatnya, pendidikan anak dalam kandungan ibu tidak berjalan sempurna, apalagi ketika bayi tersebut sudah dalam keadaan dilahirkan. Orang tua mencukupkan pendidikan agama anak hanya di sekolah yang jauh dari kata memadai. Dan rumah telah kehilangan fungsinya sebagai basis pendidikan. Dan tidak sedikit rumah sudah beralih fungsi hanya sebagai tempat bernaung secara fisik semata, bahkan ada juga yang sekadar tempat singgah sementara, karena para penghuninya lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah, sehingga tidak heran bila kemudian kerusakan anak justru berlangsung di keluarga.

 

Padahal kehidupan anak bermula dari dalam keluarga. Dari keluargalah anak mendapatkan pendidikan yang pertama dan utama. Gurunya adalah orang tua. Keluarga adalah tempat penyemaian generasi pembangun peradaban mulia, kader tangguh yang akan meneruskan perjuangan orang tuanya.


Menelisik dari fenomena yang ada tersebut, maka kemaksiatan demi kemaksiatan yang dilakukan generasi muda saat ini diibaratkan seperti gunung es. Kelihatannya sedikit tetapi pada kenyataannya amat sangat banyak, dan yang amat sangat disayangkan mereka tidak menyadarinya.

 

Keadaan ini dilihat dari para generasi muda berperilaku sulit diatur, yang membebaskan dan menghalalkan apapun selama sesuai dengan keinginan hawa nafsunya dan dipandang menguntungkan. Bahkan terkesan liar dan membangkang. Dan anak akan menetapkan baik buruk sesuai dengan nilai materi yang diperoleh.  Sehingga membuat generasi muda menjauhkan diri dari pemahaman Islam yang benar. Mereka mengaku berkeyakinan Islam, tetapi mereka tidak mau diatur oleh syariat Islam (aturan dan hukum Allah SWT).

     

Akibat dari hal tersebut banyak terjadi kemaksiatan yang dilakukan oleh generasi muda, diantaranya pada mahasiswa Universitas Indonesia (UI) Depok, berinisial MNZ (19 tahun) ditemukan tewas dalam keadaan terbungkus plastik di kamar kosnya di Kawasan Kukusan, Beji, Kota Depok, Jumat (4/8/2023). Wakasat Reskrim Polres Metro Depok, AKP Nirwan Pohan mengungkap, korban dibunuh oleh AAB (23 tahun), senior dan kenalan korban di kampus. Terduga pelaku membunuh MNZ karena iri dengan korban dan ingin mengambil barang berharganya, (Republika, Sabtu, 5 Agustus 2023).


Kedua, terjadi empat kasus selama bulan Juli 2023, yaitu perundungan terhadap 14 siswa SMP di Kabupaten Cianjur mengalami kekerasan fisik karena terlambat ke sekolah. Ada pula kekerasan fisik dijemur dan ditendang yang dilakukan oleh kakak kelas yang sudah duduk di bangku SMA/SMK.  Kasus lain terjadi di salah satu SMAN di kota Bengkulu, di mana satu siswi yang didiagnosa autoimun mengalami perundungan dari empat guru dan sejumlah teman sekelasnya. 


Kasus penusukan siswa korban bully ke siswa yang diduga kuat kerap mem-bully di salah satu SMA di Samarinda. Kasus terakhir adalah kejadian di Rejang Lebong, Bengkulu, di mana seorang guru olahraga yang menegur peserta didik karena kedapatan merokok. Si guru sempat menendang anak yang merokok tersebut. Orang tua siswa tersebut tidak terima dan membahwa ketapel ke sekolah lalu menyerang mata si guru hingga pecah dan mengalami kebutaan permanen, (tempo, Jumat, 4 Agustus 2023)


Ketiga, ARR (15), siswa sekolah menengah atas di Banjarmasin, Kalimantan Selatan diamankan polisi karena menikam teman satu sekolah, MRN (15) saat pelajaran berlangsung. Penusukan dilakukan di dalam kelas pada Senin (31/7/2023) sekitar pukul 07.15 Wita. Akibat penusukan tersebut, korban harus mendapatkan perawatan intensif di RSUD Ulin, Banjarmasin. Sementara pelaku mengaku melakukan hal tersebut karena korban kerap mem-bully-nya, (Kompas, 2 Agustus 2023). Dan masih banyak lagi kemaksiatan yang dilakukan para kawula muda saat ini. Astaghfirrullah.


Akhirnya kemaksiatan-kemaksiatan yang terjadi dalam institusi dunia pendidikan mencerminkan rusaknya sistem pendidikan hari ini. Sehingga institusi dunia pendidikan mengalami kegagalan dalam mewujudkan tujuan pendidikan Islam.

 

Semua kegagalan itu terjadi karena pendidikan saat ini yang menerapkan sistem kapitalis sekuler liberalis, yang mana sistem tersebut memisahkan agama dengan kehidupan. Dan dalam paradigma kehidupan kapitalis sekuler liberal diatur berdasarkan rasio, ilmu dan sains, juga memandang bahwa nilai baik dan buruk ditentukan oleh akal manusia bukan berdasarkan wahyu Allah SWT.

 

Sistem pendidikan Islam yang diajarkan Rasullullah saw. adalah mewujudkan tujuan pendidikan Islam itu sendiri yaitu harus adanya saling kerjasama dan mengingatkan satu dengan yang lainnya hingga tidak dapat terpisahkan antara tujuan pendidikan, kurikulum, metode pembelajaran, peran guru, peran orang tua, peran masyarakat dan manajemen sekolah.


Dengan demikian input yang didapatkan dalam menerapkan sistem pendidikan Islam, kita mempunyai kualitas generasi Islam yang baik. Baik berupa kualitas fisik yang prima, kualitas kepribadian berupa adab dan akhlak, mengetahui tujuan untuk apa manusia diciptakan serta akan kemana arah pendidikan yang diinginkan yang kesemuanya itu diproses oleh manajemen pendidikan yang sudah ditetapkan oleh kebijakan negara. Hingga output yang diperoleh oleh para generasi muda adalah mempunyai jiwa syakhsiyyah Islamiyyah (kepribadian Islam), faqih fiddin (mempunyai pemahaman dalam beragama), terdepan dalam saintek dan berjiwa pemimpin.


Tujuan pendidikan Islam sendiri adalah

Satu. Membangun kepribadian Islam pada setiap individu generasi muslim. 

Dua. Mempersiapkan generasi muslim agar diantara mereka menjadi ulama-ulama yang ahli di setiap aspek kehidupan, baik ilmu-ilmu keislaman (ijtihad, fikih, peradilan dan lain-lain) maupun ilmu-ilmu terapan (tehnik, kimia, fisika, kedokteran dan lain-lain).

Tiga. Mempersiapkan generasi muslim menjadi generasi khoiruh umma untuk menjadi generasi pemimpin pembangun peradaban mulia di dunia.


Langkah-langkah yang harus dilakukan oleh orang tua, sekolah, masyarakat serta negara dalam menerapkan sistem pendidikan Islam adalah 


Pertama. Setiap orangtua harus benar-benar menyadari bahwa mereka mempunyai amanah dalam menjaga anak-anaknya dari hal yang bisa menjerumuskan mereka pada azab neraka. Sehingga setiap orang tua mempunyai sifat optimis dan penuh harapan kesuksesan serta memperoleh pahala manakala dalam menjalankan tugasnya dihadapkan kesulitan mendidik anak-anaknya.

 

Kedua. Memberikan pendidikan keimanan semenjak dini. Akidah merupakan masalah yang urgent atau penting disampaikan kepada anak sesegera mungkin. Salah satu contoh Rasullullah saw. memberikan pendidikan kepada Abdullah bin Abbas yang masih kecil yaitu beliau bersabda "Nak, aku mengajari kamu beberapa untai kalimat: Jagalah Allah, niscaya Dia kan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya kau dapati Dia dihadapanmu. Jika engkau hendak meminta, mintalah kepada Allah. Jika engkau hendak memohon pertolongan, mohonlah kepada Allah. Ketahuilah, seandainya seluruh umat bersatu untuk memberi kamu suatu keuntungan, hal itu tidak akan kamu peroleh selain dari apa yang telah Allah tetapkan untukmu. Andaipun mereka bersatu untuk melakukan sesuatu yang membahayakan kamu, hal itu tidak akan membahayakan kamu kecuali apa yang telah Allah tetapkan untuk dirimu. Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering".


Ketiga. Senantiasa mengevaluasi dan memastikan kondisi keimanan anak. Seperti dalam QS al Baqarah: 133 yang berbunyi : Apakah kamu menjadi saksi saat maut akan menjemput Yakub, ketika dia berkata kepada anak-anaknya, "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab, "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu yaitu Ibrahim, Ismail dan Ishak, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami (hanya) berserah diri kepada-Nya."


Keempat. Orangtua harus menyiapkan dan menyediakan waktu yang panjang untuk menanamkan keimanan dengan fokus dan disengaja. Sehingga waktu yang dipakai untuk mendidik anak tidak akan hilang percuma. Mendidik anak menjadi investasi pahala, penggugur dosadan saksi di akherat kelak bahwa kita telah menunaikan amanah dengan sungguh-sungguh.


Kelima. Orang tua harus mencari tahu dan peduli dengan fakta dan informasi yang memengaruhi anak. Mengetahui apa saja yang dilihat, didengar, dialami dan dirasakan anak. Karena semua itu akan memiliki dampak pada proses berpikir anak dan ujungnya bisa melemahkan atau menguatkan akidah mereka.


Keenam. Orang tua wajib memiliki keterampilan cara berkomunikasi efektif dengan anak dan remaja. Komunikasi yang buruk akan menyebabkan kegagalan dalam memahami anak, bahkan tidak jarang pada akhirnya terjadi konflik antara anak dan orang tua. Dalam kondisi hubungan yang tidak harmonis, anak rawan terpapar berbagai macam ancaman, termasuk liberalisme.


Ketujuh. Orang tua harus mengetahui strategi dan bentuk-bentuk tehnis penyebaran paham liberal, terutama yang dominan melanda kehidupan anak dan remaja. Misalnya lewat lagu, film, sinetron, games, dan bacaan yang digandrungi mereka.


Kedelapan. Orang tua harus memahami kesesatan ide liberal serta cara memfilter dan membahas penyimpangannya dari ajaran Islam.


Kesembilan. Orang tua hrus menyampaikan kepada anak-anak bahwa sampai kapanpun dari musuh-musuh Islam akan senantiasa melakukan upaya penyesatan terhadap umat Islam termasuk melalui liberalisme. Orang tua harus membekali anak dengan pemahaman bahwa pemikiran, perkataan dan perilaku manusia terikat dengan aturan Allah.


Kesepuluh. Orang tua harus menyadari bahwa benteng utama yang bisa melindungi akidah adalah kehadiran sebuah negara yang menerapkan Islam secara kaffah. Karena negara yang demikian tidak akan membiarkan ide dan paham liberal bertebaran di tengah masyarakat.


Kesebelas. Memohon kepada Allah agar kita dan anak keturunan kita dikokohkan dalam agama yang benar dan dilindungi dari apapun yang menyesatkan.

  

Keduabelas. Kurikulum integral pendidikannya harus berbasis akidah Islam. Perangkat materi pendidikan harus bersifat baku yaitu berisi rancangan pembelajaran yang terintegrasi dengan akidah Islam dan diberikan kepada anak berdasarkan tingkat/level berpikir anak sehingga output yang didapat adalah dapat meningkatkan level berpikir anak hingga anak tersebut bisa berpikir secara cemerlang.


Ketigabelas. Metode pembelajaran yang diterapkan adalah Talqiyan Fikriyyan. Penyampaian ilmu kepada siswa sebagai sebuah konsep pemikiran yang dilakukan dengan menyatukan ilmu (informasi/maklumat) dengan realitas/fakta yang terindera oleh siswa. Proses penyampaian ilmu kepada siswa ditujukan agar siswa memahami ilmu tersebut dan mampu menggunakannya sebagai landasan sikap dan perilaku. Dan setiap penyampaian ilmu kepada siswa harus disertai dengan dorongan untuk mengamalkannya.

  

Keempatbelas. Tenaga pendidik yang berkompeten. Menguasai arah pendidikan Islam, Memiliki kapasitas sebagai pendidik, pengarah, pembina dan teladan bagi anak/siswa. Menguasai metodologi pendidikan "Talqiyyan Fikriyyan". Menguasai ilmu (kurikulum) yang hendak diajarkan kepada anak didik. Memiliki kemampuan berbahasa yang berpengaruh. Kreatif dalam uslub/gaya pembelajaran agar tercipta suasana pembelajaran yang menyenagkan dan mendorong aak didik untuk berprestasi.


Kelimabelas. Keterpaduan 3 unsur pelaksana pendidikan yaitu rumah (orang tua), masyarakat/lingkungan dan sekolah/kampus/universitas.

 

Keenambelas. Fasilitas Pendidikan. Setiap sekolah selalu dilengkapi dengan asrama siswa, perumahan staf pengajar, para pelayan, tempat peristirahatan, aula untuk ceramah dan diskusi,laboratorium, dan perpustakaan.


Melihat langkah-langkah dalam menerapkan sistem pendidikan Islam maka antara keluarga, masyarakat, sekolah/kampus bahkan negara mempunyai andil yang sangat besar dalam satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya, hingga melahirkan dan menghasilkan individu yang berkepribadian Islam, dan pemuda tumbuh menjadi generasi penerus peradaban terbaik.


Wallahualam bissawab

Post a Comment

Previous Post Next Post