Oleh Imroatus Sholeha
(Freelance Writer)
Tahun ajaran baru telah dimulai. Para pelajar telah kembali ke sekolah untuk menuntut ilmu di bangku pendidikan agar menjadi insan yang berguna bagi bangsa dan agama. Namun fenomena tawuran telah merusak citra kaum terpelajar bahkan di Kabupaten Tangerang tawuran terjadi pada hari pertama masuk sekolah.
Tak hanya itu dalam video yang beredar di media sosial, terlihat satu pemuda yang menggunakan batik berwarna kuning hitam tergeletak di atas tanah. Korban pun meringis kesakitan karena banyak darah yang berlumuran di sekujur tubuh.
Seorang pelajar terluka parah usai terkena sabetan senjata tajam dalam aksi tawuran di wilayah Kecamatan
Peristiwa itu benarkan Kapolsek Teluknaga AKP Zuhri Mustofa. Ia mengatakan aksi tawuran tersebut terjadi pada Sabtu, 22 Juli 2023, pukul 16.00 WIB, (Tangerangews, 23/7/2013)
Di kabupaten Bogor, Jawa Barat polisi juga mengamankan sekitar 20 remaja yang hendak tawuran dengan membawa senjata tajam, mereka menangis saat dipertemukan dengan orang tuanya di Polsek Gunung Putri pada Minggu, 23 Juli 2023. (Pojokbogor, 23/7/2023)
Seolah menjadi tradisi yang diwariskan dari generasi ke generasi, tawuran menjadi tren di kalangan remaja ibarat mata rantai yang sulit diputus. Motifnya pun kadang hanya demi sebuah pengakuan dan viral di media sosial. Hal ini menunjukan generasi muda saat ini telah krisis kepribadian.
Seolah kehilangan rasa empati, perilaku remaja kian hari kian meresahkan. Narkoba, seks bebas, tawuran, bahkan perilaku L967 menjadi problem di kalangan kaum terpelajar.
Nampak jelas bahwa remaja saat ini telah terpapar paham sekularisme dan liberalisme. Sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan telah membuat manusia hari ini termasuk para remaja kehilangan rasa takut akan dosa. Mereka tak lagi berpikir bahwa segala perbuatan akan dimintai pertanggung jawaban kelak di hadapan sang pencipta. Gaya hidup liberal/bebas yang diagungkan membuat generasi muda merasa bebas bertingkah laku menuruti ego atau mengejar kebahagiaan dengan cara yang mereka suka.
Apalagi di usia remaja masa pencarian jati diri yang lahir dari naluri mempertahankan diri yang diciptakan oleh Allah Swt. naluri ini mendorong timbulnya rasa ingin diakui dan dianggap hebat. Namun jika tidak dibarengi dengan bekal keimanan kepada Sang Pencipta akan membawa pada penyaluran yang buruk bahkan membahayakan seperti tawuran.
Lembaga pendidikan dalam sistem kapitalisme telah gagal mencetak generasi yang bertakwa dan bermoral.
Dunia pendidikan dalam sistem kapitalisme mencetak para generasi yang berorientasi materi dan mengejar kepuasan diri. Minimnya pendidikan agama di sekolah membuat generasi jauh dari aturan Islam sehingga perilaku remaja saat ini jauh dari potret generasi cemerlang sebagai penerus bangsa. Kebahagiaan diukur dari kepuasan dan eksistensi diri bukan rida Allah Swt.
Berikutnya, tidak adanya sanksi yang tegas membuat budaya tawuran terus
terjadi. Sanksi yang diterapkan terbukti tidak membuat jera para pelaku, bahkan terus terjadi di setiap generasi. Pelaku tawuran hanya diberikan teguran dan bimbingan dengan dalih masih di bawah umur sehingga tidak dapat dijerat hukum meskipun telah melukai orang lain atau bahkan sampai jatuh korban nyawa.
Islam adalah agama dan sistem hidup terbaik yang diturunkan oleh Sang Pencipta untuk mengatur kehidupan manusia. Di dalam Islam kita sebagai makhluk ciptaan harus senantiasa mematuhi perintah dan larangan Allah Swt. Islam tidak membolehkan perilaku bebas, sebab akan mendatangkan mudharat bila manusia berperilaku bebas mengikuti hawa nafsunya seperti hari ini gaya hidup liberal telah mendatangkan banyak perilaku menyimpang.
Pendidikan di dalam Islam tak sekadar mengejar gelar atau sebagai modal meraup materi di masa depan. Tetapi yang utama adalah ditanamkan akidah Islam dalam setiap diri kaum muslim, menuntut Ilmu sebagai kewajiban dan bekal dalam beribadah, serta kemajuan peradaban. Tolok ukur kebahagian adalah rida Allah Swt.
Jika hukum Islam diterapkan maka akan diberlakukan sanksi yang tegas sesuai syari'at Islam, bagi tindak pelaku kriminal atau kejahatan jika melukai anggota badan atau bahkan menghilangkan nyawa seseorang akan dikenai sanksi serupa/qisas sesuai dengan perbuatannya. Dalam Islam selain sebagai penebus dosa sanksi juga diberlakukan agar memberi efek jera bagi pelaku dan orang lain, dengan begitu kebiasaan tawuran tidak akan diwariskan dari generasi ke generasi. Sebab selain adanya sanksi yang berefek jera juga keimanan yang selalu ditanamkan dalam diri para generasi muda, baik di lembaga pendidikan, keluarga, masyarakat bahkan negara.
Pemimpin di dalam Islam adalah peria'yah umat yang mengurusi segala urusan umat yang akan dipertanggung jawabkan kelak di akhirat, olehnya negara/penguasa berkewajiban menjaga akal dan jiwa rakyatnya dengan menciptakan lingkungan yang kondusif untuk senantiasa bertakwa kepada Allah Swt. , serta menjamin ketersediaan seluruh hak dan kebutuhan rakyat terpenuhi dan itu hanya akan terwujud dengan kembali kepada aturan Islam secara total.
Wallahu a'lam bishwab
Post a Comment