Aktivis Muslimah
Bencana banjir sepertinya bukan lagi permasalahan yang baru di negeri ini, apabila telah datang musim penghujan dipastikan terjadi banjir di beberapa wilayah Indonesia. Seperti yang dilaporkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana( BNPB) per 9 Juni 2023 telah terjadi 1.726 bencana alam. Bencana banjir sebagai jenis bencana yang paling tinggi.
Banjir yang menerjang sepuluh kabupaten di wilayah Aceh Tenggara menyebabkan masjid dan puluhan rumah warga terkepung genangan air. Hujan lebat yang mengguyur sebagian besar wilayah Aceh Tenggara pada kamis malam( 17/8/2023) lalu hingga menyebabkan jebolnya tanggul dan meluapnya sungai Lawe di desa Buah Pala. Media online tvOne.
Rentetan peristiwa bencana alam yang terjadi mengindikasikan bahwa negeri ini rawan terhadap bencana. Menurut laporan Work Risk Report 2022, Indonesia merupakan negara paling rawan bencana ketiga di dunia. Di katakan rawan bencana alam dikarenakan Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng. Apabila terjadi pergerakan lempeng ini membuat Indonesia sangat rentan terjadi bencana alam, terlebih di bidang ekologi, seperti gempa bumi, tsunami dan erupsi gunung berapi.
Dalam rentannya bencana alam, sudah semestinya ada mitigasi dalam pencegahan untuk memperkecil dampak bencana apabila sewaktu-waktu terjadi bencana alam. Sehingga tidak sampai menelan banyak korban. Namun, lagi-lagi negeri ini dihadapkan pada minimnya mitigasi akibat abainya negara dan minimnya keuangan untuk membangun bangunan yang tahan gempa, namun hal itu memerlukan dana yang cukup besar.
Begitu juga dengan nasib para korban bencana, sungguh sangat lambat dalam penanganannya. Sehingga para korban bencana ada yang mengalami kelaparan, sakit dan bahkan kurang gizi, akibat kurangnya pasokan bansos bagi para korban bencana.
Perlu diperhatikan bahwa asas lahirnya kebijakan dalam sistem sekuler kapitalisme adalah manfaat, segala sesuatunya harus dilihat dari untung- rugi. Adanya mitigasi yang seharusnya dapat memperkecil dampak bencana, malahan terkendala minimnya dana. Namun, apabila ada pembangunan infrastruktur yang bertujuan untuk meningkatkan investasi dan memikat investor, kucuran dana yang besar dengan mudah digelontorkan.
Sungguh miris, harus berapa kali bencana agar dapat menjadi pelajaran dalam rangka mencapai Mitigasi yang terbaik? Dan bukan mitigasi yang alakadarnya. Sudah sepatutnya setiap bencana mengajarkan untuk terus berbenah, baik berbenah diri dan berbenah sistem. Semua bencana yang terjadi karena kemaksiatan yang sungguh sangat merajalela, baik perzinahan, perjudian, riba, pembunuhan, korupsi, dan banyak lagi yang lainnya. Semua itu yang mendatangkan murka Allah Swt, terlebih sistem yang eksis sekarang ini, yang cendrung berpihak kepada para pemilik modal. Mereka bebas dalam mengeksploitasi sumber daya alam yang seharusnya tidak boleh dimiliki oleh individu, melainkan harus adanya negara yang mampu mengelolanya dan hasilnya didistribusikan ke seluruh masyarakat.
Hanya sistem Islam lah satu-satunya solusi dalam setiap persoalan, baik mitigasi sekalipun. Semua itu adalah tanggung jawab negara dalam memberikan pelayanan dan perlindungan terhadap rakyatnya. Beberapa poin yang semestinya dilakukan adalah membentuk badan khusus untuk menangani bencana alam dilengkapi dengan berbagai alat berat dan super canggih, begitu juga negara akan menyediakan tenda, makanan, pakaian dan pengobatan yang layak. Kemudian adanya kas negara yang kuat, apabila keuangan Baitul mal melimpah sehingga mampu membiayai mitigasi bencana, dan adanya edukasi kepada masyarakat untuk senantiasa menjaga lingkungan sekitar dengan selalu menjaga kebersihan. Serta membangun kesadaran masyarakat untuk senantiasa beribadah kepada Allah Swt.
Wallahu a'lam bishowwab
Post a Comment