Merdeka Itu Menghamba Hanya Pada Allah, Bukan SelainNya


Oleh: Astriani Lydia, S.S


Bulan Agustus identik dengan hari kemerdekaan RI. Di berbagai tempat seperti perumahan, perkampungan, bahkan di sekolah-sekolah, ramai dengan berbagai macam perlombaan. Semua sibuk berlomba memeriahkan hari kemerdekaan. Kata merdeka pun banyak terdengar dimana-mana. Akan tetapi, akankah mereka tau tentang makna merdeka itu sendiri?


Kata merdeka menurut KBBI yaitu bebas dari penghambaan, penjajahan, berdiri sendiri. Maka kemerdekaan hakikatnya bukan hanya semata membebaskan diri dari belenggu penjajahan bangsa asing atau pihak lain. Tetapi lebih dari itu, kemerdekaan yang hakiki adalah bebas dari penghambaan kepada selain Allah Swt. Dengan kata lain, kaum muslimin bebas untuk melaksanakan aturan-aturan yang dperintahkan Allah Swt, dan tidak terkungkung dengan aturan-aturan selainnya. Allah Swt berfirman dalam QS. Adz-Dzariyat:56, yang artinya:


“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi (beribadah) kepada-Ku.” 

Dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan, maksud ayat ini adalah bahwa Allah menciptakan jin dan manusia dengan tujuan untuk menyuruh mereka beribadah kepada-Nya, bukan karena Allah membutuhkan mereka. Ali bin Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, “Artinya melainkan supaya mereka mau tunduk beribadah kepada-Ku, baik secara sukarela maupun terpaksa.

Saat ini banyak manusia yang menghamba pada selain Allah Swt, taat pada aturan yang ditetapkan oleh manusia. Akan tetapi abai pada aturan-aturan Allah Swt. Merasa biasa-biasa saja ketika syariat Allah tidak diterapkan. Bahkan diperbudak dengan hal-hal yang sifatnya duniawi. Padahal Allah Swt hanya memerintahkan manusia untuk beribadah. Yaitu menyembah, taat, dan patuh hanya kepada Allah Swt.

Sistem Kapitalis Sekulerlah yang membuat manusia saat ini dalam kondisi jauh dari penghambaan Allah Swt semata. Sadar atau tidak sadar, kaum muslimin terjebak dalam pusaran sistem tersebut. Maka merdeka sebetulnya belum benar-benar kita peroleh hari ini. Karena pada faktanya syariat Islam belum ditegakkan secara kaffah. Kaum muslimin pun masih dibatasi ketika ingin menjalankan syariat Islam. Pelabelan-pelabelan pun disematkan kepada kaum muslimin yang ingin menjalankan syariat Islam secara kaffah. Seperti intoleran, fanatik, radikal, dan lain sebagainya. Sehingga penghambaan dan ketaatan totalitas kepada Allah Swt belum bisa terlaksana secara kaffah.

Untuk itu harus ada orang-orang yang menyadarkan umat agar kembali pada penghambaan kepada Allah Swt semata dan mencampakkan sistem Kapitalis Sekuler. Sebagaimana terdapat dalam QS. Ali Imran:104, yang artinya:


“Hendaklah ada diantara kamu segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar.”

Semoga syariat Islam dapat tegak secara kaffah, sehingga kita dapat merdeka seutuhnya dengan kemerdekaan yang hakiki. Wallahu a’lam bishshawab

Post a Comment

Previous Post Next Post