Maraknya Islamophobia, Urgensi Kepemimpinan Islam


Oleh: Wakini

Aktivis Muslimah


Islamophobia terhadap kaum muslimin beserta ajarannya semakin masif dilakukan, baik itu di negeri muslim maupun di negara-negara Barat. Betapa tidak, beberapa pekan yang lalu Islamophobia kembali terjadi di Jerman dengan mencoba membakar masjid di kota Dresden Jerman bagian Timur pada 9 Mei 2023. Seorang pria yang berusia 34 tahun yang menumpahkan cairan mudah terbakar didalam masjid Fatih. Setelah melakukan aksinya, pelaku langsung melarikan diri online vivadunia.


Sikap permusuhan terhadap umat muslim tersebar luas disebagian masyarakat Jerman. Manifestasinya bisa ditemukan dalam realitas sehari-hari. Kepolisian Jerman mencatat sedikitnya ada 610 kasus Islamophobia di Jerman sepanjang 2022, sebanyak 62 masjid diserang dan 39 orang terluka karena kekerasan anti- Muslim, termasuk didalamnya intimidasi dan vandalisme.


Adapun munculnya Islamophobia di Jerman dipicu adanya propaganda kelompok sayap kanan yang mengeksploitasi krisis pengungsi dan membuat orang mencurigai imigran.


Islamophobia sendiri dapat diartikan dengan yakni pandangan yang merujuk pada diskriminasi, ketakutan dan rasa benci terhadap ajaran Islam dan umat muslim. Saat ini Islamophobia ini pada umumnya terjadi di negara dengan penduduk minoritas muslim, dan kondisi kehidupan muslim cukup berat di beberapa negara yang anti dengan umat Islam beserta ajarannya dikarenakan adanya sentimen tersendiri dengan Islam. Diantaranya negara-negara yang mendiskriminasi Islam yakni Prancis, yang melarang penggunaan niqab pada tahun 2011. Perempuan yang menggunakan niqab tidak diterima di Prancis. Kemudian India dimana yang beragama muslim dipaksa untuk pindah agama oleh organisasi Hindu militan. Pada tahun 2014 terdapat 300 warga muslim dipaksa menjadi Hindu dan bahkan diberi kartu identitas baru. Kemudian Swedia dengan aksi pembakaran Al-Qur'an pada 2020.


Sungguh miris nasib yang dialami umat Islam di seluruh dunia, ketika hidup dalam naungan Sekulerisme. Tidak ada perisai dan penjagaan. Bahkan dinegeri yang bermayoritaskan muslim sendiri salah satunya Indonesia, dimana tokoh, para organisasi Islam dan para ulama selalu dikriminalisasi. Terlebih yang ingin menyuarakan Islam kaffah, mereka memeluk Islam, namun takut dan benci terhadap ajaran Islam itu sendiri. Akibat makin masifnya penyebaran opini yang mengarah kepada Islamophobia oleh rezim, media mainstream, maupun kelompok yang terlibat industri islamophobia baik secara sadar ataupun tidak.


Islamophobia sesungguhnya hanyalah alat Barat dan para anteknya untuk melawan kebangkitan Islam. Karena geliat kebangkitan Islam dirasa sudah makin menguat, dan tentu ini menjadi ancaman yang serius oleh barat yang tidak menghendaki kebangkitan Islam. Dengan ditanamkan rasa takut dan benci terhadap ajaran Islam, dan tanpa sadar umat Islam sendiri rela menjadi pagar betis rezim sekuler untuk menghadapi arus pergerakan dakwah.


Kebangkitan Islam memang makin menguat sejalan dengan berkembangnya berbagai kerusakan yang diakibatkan penerapan sistem sekuler kapitalisme neoliberal. Bahkan sistem ini sukses menyuburkan berbagai kerusakan, baik dari aspek ekonomi, moral, politik, sosial budaya beserta hukumnya. Semuanya mengalami krisis.


Oleh karenanya, seluruh dunia membutuhkan penerapan Islam secara kaffah. Negara wajib melindungi kemuliaan Islam, hingga tidak ada lagi islamophobia. Negara juga berkewajiban mendidik rakyat,bahwa pelecehan terhadap Islam dan ajarannya merupakan dosa besar, bahkan pelakunya bisa dikatakan kafir. Begitu juga negara harus memberikan pemahaman terhadap rakyat, sanksi hukuman apabila kedapatan melecehkan Islam beserta ajarannya sangatlah berat. Hanya negara yang berlandaskan Islam yang mampu melindungi Islam.


As- Shaidalani, ulama dari kalangan Syafi'iyah menyatakan bahwa pencaci Allah dan Rasul-Nya, jika bertobat, tobatnya diterima dan tidak dihukum mati. Namun tetap diberi ' pelajaran' dengan dicambuk 80 kali.( Mughni Al- Muhtaj, 5/438). Hukuman yang tegas itu akan bisa memberikan efek jera. Dan tentu para pelakunya tidak akan mengulangi. Dan orang yang berpenyakit kedengkian dalam hatinya tidak akan sempat menularkan penyakitnya kepada orang lain, kalau sudah begitu, orang lain akan tercegah dari melakukan penghinaan terhadap Islam.


Wallahu a'lam bishowwab

Post a Comment

Previous Post Next Post