LPG Melon Langka, Kok Bisa ?


Oleh : Herliana Laipi 

(Pegiat Literasi)


Dilansir dalam laman jakarta, CNN Indonesia-Direktur utama PT Pertamina (persero) NICKE WIDYAWATI buka-bukaan soal penyebab LPG 3 kg langka. Ia mengatakan kelangkaan terjadi karena peningkatan konsumsi. Dari adanya libur panjang beberapa waktu lalu. Kami sedang melakukan recovery dari penyediaan distribusinya untuk mempercepat, ujarnya. 


Meski begitu, pertamuna terus berkomitmen untuk menjaga pasokan agar tetap aman, Nicke berharap dalam satu pekan ke depan pasokan LPG 3 kg berangsur normal.


Demi menjaga stok LPG, Nicke menjelaskan pertamina melalui subholding commercial dan Trandias yaitu PT Pertamina patra niaga melakukan pemantauan penyaluran. Selain itu pihaknya turut bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk memastikan ketidaksediaan pasokan serta penyaluran LPG 3 kg bersubsidi tepat sasaran.


Salah satu upaya yang dilakukan adalah aju operasi pasar, bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk mengidentifikasi dimana lokasi-lokasi yang harus di buka operasi pasar.


Banyak pihak yang bertanya tentang Penyebab langkahnya si melon. Tetapi Direktur utama PT Pertamina (persero) menyatakan bahwa Penyebab langkahnya karena peningkatan konsumsi di masyarakat. 


Beliau juga menuturkan menurut data pemerintah ada sekitar 60 juta rumah tangga yang berhak menerima subsidi dari total sebanyak 88 juta rumah tangga atau sekitar 68 persennya. Namun, saat ini persentase penjualan LPG subsidi terhadap total LPG  angkanya ternyata tinggi, mencapai 96 persen.


Nicke juga menyatakan untuk memperbaiki tata kelola distribusi LPG 3 kg, Pertamina tengah melakukan pendaftaran atau registrasi melalui KTP dan NIK supaya bisa dijadikan dasar data yang bisa dipertanggungjawabkan kepada pemerintah.


Beliau juga menghimbau kepada masyarakat kalau ada kelangkaan di daerah mana pun atau ketika melihat ada distribusi LPG subsidi yang kurang tepat sasaran atau penyelewengan silakan lapor ke 135 agar bisa langsung di tindak lanjuti.


Akar Masalah


Langka-nya gas elpiji 3 kg membuat kalangan masyarakat menderita, pasalnya disamping susah di temukan mereka juga harus membelinya dengan harga yang tinggi yakni 2 kali lipat dari harga sesungguhnya.


Sungguh sebuah ironi dan memprihatinkan, hidup di tengah Negara yang kaya dengan sumber daya alam, tapi belum bisa menyejahterakan rakyatnya. Rakyat masih banyak yang belum terpenuhi kebutuhan pokoknya termasuk persoalan gas elpiji ini, dan tidak pernah mendapat solusi yang tepat agar mereka keluar dari permasalahan, yang sebenarnya bisa di atasi jika pemerintah berbuat adil dan bijaksana terhadap masyarakatnya, dan memberikan hak hak kepada setiap warga. 


Hal ini dikarenakan berhasilnya swasta bermain di bagian hulu, ketersedian gas dan harga migas harus mengikuti ketentuan dunia adalah hasil dari masuknya UU Migas yang liberal. Asing diizinkan masuk untuk mengeruk kekayaan alam, sedangkan anak negeri hanya mendapat sedikit tempat.


Maka, para kapitalislah yang mendapatkan untung, sedangkan bangsa sendiri mendapat buntung. Ujung-ujungnya rakyat juga yang merasakan dampak buruknya seperti kelangkaan dan kenaikan harga gas elpiji. Inilah buah dari liberalisasi.


Inilah buah dari sistem demokrasi kapitalisme. Pemerintah yang harusnya memperhatikan nasib dan bertanggung jawab terhadap kebutuhan masyarakat, justru memperhitungkan untung rugi dengan masyarakat. Maka kehidupan rakyat jadi semakin sempit, untuk memenuhi kebutuhan dengan susah payah mencari gas elpiji dengan harga yang juga jadi naik karena kelangkaanya.


Islam Punya Solusi


Tentunya ini berbanding terbalik dengan Islam, pasalnya dalam sistem Islam memandang bahwa negara wajib menyediakan kebutuhan pokok rakyatnya. Ditambah lagi, negara wajib menjamin setiap rakyat sejahtera hidupnya, serta terurus dengan baik.


Sistem ekonomi Islam meniscayakan ketersediaan migas yang murah atau gratis, sebab Islam mengharuskan pengelolaan SDA oleh negara. Gas termasuk kepemilikan umum (rakyat). 


Rasulullah SAW bersabda : "Kaum muslim berserikat dalam tiga hal yaitu air, Padang rumput dan api" (HR. Abu Dawud). 


Oleh karenanya, setiap individu rakyat memiliki hak untuk memperoleh manfaat dari harta milik umum sekaligus pendapatannya. Tanpa membedakan diantaranya, karena semuanya sama di mata Allah SWT.  Tentunya semua ini hanya akan terwujud jika yang tegak di bumi ini adalah sistem Khilafah yang menegangkan hukum Allah SWT. tanpa campur tangan manusia, sehingga semuanya berjalan atas aturan Islam yang tentunya menyejahterahkan rakyat tanpa membedakan diantara mereka.


Walhasil, Islam adalah sistem yang tidak menjanjikan kata sejahtera sebagai jargon semata, melainkan sesuatu yang nyata. Sistem Islam tidak hanya membawa keadilan dan keberkahan karena dimana ada syariah disitu ada maslahat. Inilah kunci dari kemaslahatan masyarakat, yaitu kembali kepada hukum Allah di seluruh aspek kehidupan. Dalam Islam, ebergi termasuk elpiji didalamnya adalah harta kepemilikan umum. Artinya ini milik masyarakat, tidak boleh dimiliki negara apalagi korporasi. Wallahu a'lam.

Post a Comment

Previous Post Next Post