Kenakalan Remaja Menjerat Potensi Generasi Emas


Oleh: Rifdah Reza Ramadhan, S.Sos.


Usia muda seringkali dikatakan sebagai usia emas bagi setiap individu. Mengapa demikian? Karena di usia muda inilah individu berada di antara dua kelemahan. Yaitu, sebelumnya berada dalam kondisi masih kecil yang belum bisa melakukan apa-apa dan kelak di masa tua pun akan terbatas untuk melakukan apa-apa lantaran diri sudah tua dan cenderung rapuh.


Usia muda ini seharusnya digunakan untuk memaksimalkan potensi diri, mulai dari menenggelamkan diri dalam lautan ilmu, mengaktifkan diri pada hal bermanfaat, dan mengalirkan manfaat pula bagi sekitar. Tetapi bila melihat fakta terkini, kita akan dicengangkan bahwa sangat jauhnya anak muda dari hal positif, justru saat ini anak muda masihlah terjebak dalam kenakalan-kenakalan.


Sebagaimana adanya pemuda asal Kabupaten Purwakarta berinisial DR (24 tahun) yang ditangkap polisi lantaran membeli ganja melalui Instagram. Ia ditangkap pada Sabtu, 29 Juli 2023.(Jabar News, 08/08/2023).


Ada juga aksi yang sejak dahulu belumlah dapat diredakan secara total di kalangan anak muda, yaitu tawuran. Baru-baru ini seorang pelajar SMP berinisial KS (14 tahun) meninggal dunia lantaran terkenal luka bacokan setelah tawuran di Jalan Raya Kutagandok, Kecamatan Kutawaluya, Kabupaten Karawang pada Jumat 11 Agustus 2023. (Detik Jabar, 12/08/2023).


Kenakalan lainnya pun masih terus berjalan di tengah anak muda. Mulai dari bolos sekolah, pergaulan bebas, dan masih banyak lagi. Menanggapi hal itu tentunya perlu penanggulangan khusus untuk anak muda agar terhindar secara total dari aksi kenakalan-kenakalan tersebut.


Terjebak Solusi Parsial


Pemerintah ternyata telah meluncurkan upaya untuk menyelamatkan generasi dari kenakalan. Sebagaimana adanya Satpol PP Goes to School sebagai sosialisasi Perda Purwakarta di sekolah. Dalam pelaksanaannya dipimpin langsung oleh Kabid Penegakan Perundangan Undangan Daerah Purwakarta (GAKDA) Iman Sukmana, AP, S.Sos, M.Si. 


Hal ini dilakukan agar dapat mengajak seluruh pelajar menjadi pelopor tertib, membudayakan ketertiban umum sebagai kebutuhan, dan meminimalisir kenakalan remaja.


Satpol PP Kabupaten Purwakarta memberikan sosialisasi peraturan daerah, yang tertuang dalam Perda Nomor 05 Tahun 2022 mengenai Penyelenggaraan Ketenteraman, Ketertiban Umum dan Pelindungan Masyarakat khususnya yang berkaitan dengan Tertib Peserta Didik sesuai dengan Pasal 31 Perda tersebut. (Purwasuka Suara, 07/08/2023).


Namun, ternyata untuk betul-betul menyelesaikan permasalahan kenalan ini, butuh solusi yang bukan hanya bersifat parsial, namun tentunya haruslah total. Saat ini, anak muda bukanlah menghadapi gelombang pengaruh kenakalan dari eksternal yang sederhana dan biasa. Tetapi, anak muda sedang menghadapi dampak dari kapitalisme sekular yang melahirkan banyak turunan penyimpangan.


Pertama, pemisahan agama dari kehidupan. Ini dipicu lantaran negara tidak mengurusi rakyat sampai tataran keterikatan terhadap hukum syara. Dengan itu, dalam melakukan sesuatu anak muda cenderung bersandar pada nafsu dan kebebasannya. Parahnya, dengan ini individu-individu tidak memiliki hubungan dengan Sang Pencipta. Alhasil, perilakunya menjadi seenaknya dan tersesat dalam dunia yang melenakan.


Kedua, kebebasan. Karena tidak adanya keterikatan dengan hukum syara, anak muda merasa bebas dan tak pernah tahu kalau sebetulnya Islam telah memberikan aturan sebagai jalan hidup. Bahkan tak jarang, justru anak muda dengan kebebasannya merasa bangga menyeru dan melawan landasan Islam yang seharusnya ia genggam.


Dengan mudah pada praktiknya, lahirlah anak muda berlandaskan ide feminisme, hedonisme, fanatisme, dan lainnya. Tanpa sadar ini pun yang melanggengkan kenakalan dan penyimpangan itu sendiri. Seks bebas merajalela, perilaku L63T di mana-mana, terjebak dengan euforia dunia, dan hal lainnya yang lagi-lagi melenakan.


Ketiga, kerusakan terstruktur. Di sistem kapitalisme ini, hal yang mudah bagi pemilik kepentingan untuk menyebarkan idenya di kalangan masyarakat termasuk di dunia pendidikan. Alhasil pada kurikulum pun dibangun kultur yang tidak menjadikan agama sebagai landasan untuk mengontrol kenakalan anak muda. Siswa bahkan sampai kalangan mahasiswa pun terjerat dengan pola pikir dan pola sikap yang jauh dari Islam. Hasilnya, banyak yang terjebak dalam lingkarang kenakalan yang kian parah. 


Butuh Solusi Total


Maka, yang dibutuhkan untuk menyelesaikan itu semua bukan hanya dengan sosialisasi semata. Tetapi, kurikulum pendidikan pun harus fokus dan mendukung hal tersebut dengan total. Yaitu dengan memaksimalkan landasan Islam yang kuat dan mendalam agar siswa dan mahasiswa memiliki kepribadian Islam, yaitu berakidah Islam dan menggenggam Islam sebagai petunjuk bagi jalan hidup ini.


Dengan demikian, anak muda akan memiliki hubungan dengan Sang Pencipta, merasa takut melakukan penyimpangan dan kenakalan-kenakalan. Semua itu sebab tumbuh keadaran dalam benaknya bahwa segala sesuatu akan dipertanggungjawabkan kelak di sisi-Nya.


Pastinya itu semua tidaklah bisa dilaksanakan di bawah naungan sistem kapitalisme hari ini. Karena, di sistem ini fokus pendidikan bukanlah untuk menghasilkan generasi emas yang taat dan bemanfaat, melainkan hanya tataran keduniaan yang tidak jauh dari ranah materi semata. Sehingga kalau pun banyak generasi yang cerdas, masihlah tidak dilandasi secara menyeluruh dengan akhlak yang mulia.


Islam Mendukung Lahirnya Generasi Emas


Hanya dengan kembali kepada Islamlah generasi muda dapat terselamatkan. Yaitu juga dibersamai dengan mencampakkan sistem kapitalisme yang jelas-jelas melenakan.


Sebagaimana Islam pernah berdiri memimpin dua per tiga dunia selama 1.300 tahun lamanya, di sanalah didapati generasi muda yang cerdas, unggul, dan bermanfaat. Menjadi ilmuan, penemu teknologi, dan pastinya menggunakan potensi yang Allah SWT berikan dengan maksimal di jalan-Nya, bukan malah sebaliknya.


Marilah kita menjemput solusi tuntas itu bersama-sama dengan bersandar pada Islam. Sebagaimana Allah SWT memberikan Al-Qur'an dan As-Sunnah sebagai pelita di kala kegelapan, sebagai solusi di kala kebingungan, dan sebagai jalan keluar di kala ketersesatan.


Tidak ada alasan lagi untuk berdiam diri pada kondisi yang rusak ini. Jadilah pemain yang berupaya menegakkan Islam secara total untuk menghempaskan problema yang ada. Semoga kita dapat merasakan betapa damai dan luar biasanya hidup di bawah naungan Islam dalam bingkai Khilafah sebagaimana yang Allah SWT perintahkan dan Rasulullah SAW contohkan.


Wallahu a'lam wishawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post