Oleh Ummu Nahla Tanjung
LPG 3 kg subsidi beberapa waktu ini mengalami kelangkaan di berbagai daerah. Kelangkaan yang terjadi memicu kenaikan harga yang hampir tidak realistis di pasar. Gas LPG yang biasanya dijual dengan harga Rp.17.000,00 pertabung 3kg, naik menjadi Rp. 25.000,00 pertabungnya. Kelangkaan gas LPG diklaim oleh pemerintah sebagai akibat dari meningkatnya konsumsi LPG di kalangan masyarakat. Hal ini (menurut pemerintah) mengindikasikan ada ketidaktepatan sasaran terhadap penerima gas LPG bersubsidi, sehingga pemerintah berusaha mengatur regulasinya dengan ketat.
Di tengah langkanya gas LPG pemerintah meluncurkan produk LPG 3kg non subsidi bermerek Bright dengan harga yang lebih mahal di tengah masyarakat yang kesulitan mendapatkan gas LPG 3 kg bersubsidi. Sedangkan selisih harga jualnya sangat besar. Dimana saat ini Pertamina menjual LPG 3 kg merek Bright seharga Rp56.000 terbatas di Jakarta dan Surabaya. Sementara gas melon 3 kg bersubsidi sebesar Rp20.000.
Tak ayal lagi, masyarakat kecil terus menerus menjadi korban dari ketidakcakapan pemerintah Berbeda dengan penguasa di sistem Islam yang terbukti mampu menyejahterakan rakyatnya. Penguasa di sistem Islam tak pernah menganggap subsidi untuk rakyat sebagai beban bagi negara. Akan tetapi, hal ini dianggap sebagai amanah besar yang kelak akan dimintai pertanggungjawabannya.
Dalam negara Islam ketersediaan kebutuhan pokok seperti energi akan terjamin. Kebutuhan untuk memasak, penerangan, transportasi dan lain sebagainya akan diatur oleh negara. Daulah Islam akan mengelola SDA yang ada guna menyediakan kebutuhan pokok bagi rakyat dengan harga yang murah bahkan gratis.
Kesungguhan para penguasa Islam dalam meriayah rakyatnya membuat kita yang hidup di tengah cengkeraman kapitalisme begitu merindukan kehadiran sosok pemimpin Islam. Semoga Allah segera menurunkan pertolongan-Nya dengan hadirnya kembali pemimpin bagi umat Islam di bawah naungan Daulah Khilafah. Aamiin allahumma aamiin. dalam mengatur ketersediaan gas LPG di tengah masyarakat. Langkanya LPG bukan hanya menyusahkan masyarakat kecil, bahkan telah memunculkan tindakan kriminalitas yaitu pengoplosan gas LPG. Muncullah oknum-oknum jahat di tengah masyarakat yang memanfaatkan kericuhan gas LPG untuk kemudian dioplos agar mendapatkan keuntungan yang lebih besar.
Kisruh kelangkaan LPG ini menjadi indikator gagalnya penguasa dalam memenuhi kebutuhan pokok rakyatnya. Bagaimana tidak, tahun 2007 dengan alasan agar masyarakat tidak menyalahgunakan subsidi minyak tanah dilakukan konversi ke gas. Sekarang setelah masyarakat terbiasa menggunakan elpiji, pemerintah malah mengaku kejebolan dengan anggaran dana subsidi yang membengkak.
Kehidupan rakyat saat ini begitu terhimpit. Sudahlah biaya kebutuhan harian yang kian melonjak. Telur naik, tarif listrik naik, bensin naik, kini ditambah elpiji langka. Kalaupun ada, harus mengantri lama, dengan harga yang berbeda, lalu apa sebenarnya yang menjadi penyebab nya?
Sesungguhnya pangkal dari kerusakan yang diciptakan oleh kapitalisme global adalah terjadinya ketidakmerataan kekayaan akibat dari kebebasan individu dan swasta dalam menguasai dan mengelola kekayaan baik berupa aset pribadi hingga aset negara. Negara dalam sistem kapitalisme berperan hanya sebagai regulator dari korporat dengan mengeluarkan UU serta kebijakan-kebijakan yang berpihak kepada kepentingan swasta dan asing. Padahal sejatinya negara bertanggung jawab untuk mengurusi urusan rakyatnya dan menjamin setiap kebutuhan rakyatnya telah terpenuhi dengan baik.
padahal secara fakta ketersediaan energi dan migas di Indonesia begitu melimpah. Sayangnya hampir sebagian besar tambang SDA di Indonesia telah sejak lama dikuasai asing. Pemerintah selalu berdalih bahwa Indonesia tak mampu untuk mengelolanya sendiri, sehingga harus diserahkan kepada swasta ataupun asing. Maka tak heran, meskipun daerah tersebut memiliki SDA yang melimpah, akan tetapi angka kemiskinan sangat tinggi. Hal ini dikarenakan hasil tambang yang dikeruk tidaklah menjadi hak milik bagi rakyat Indonesia tapi masuk kedalam kantong-kantong korporasi asing yang telah bercokol di negara kita.
Solusi Islam
Berbeda dengan penguasa di sistem Islam yang terbukti mampu menyejahterakan rakyatnya. Penguasa di sistem Islam tak pernah menganggap subsidi untuk rakyat sebagai beban bagi negara. Akan tetapi, hal ini dianggap sebagai amanah besar yang kelak akan dimintai pertanggungjawabannya.
Dalam negara Islam ketersediaan kebutuhan pokok seperti energi akan terjamin. Kebutuhan untuk memasak, penerangan, transportasi dan lain sebagainya akan diatur oleh negara. Daulah Islam akan mengelola SDA yang ada guna menyediakan kebutuhan pokok bagi rakyat dengan harga yang murah bahkan gratis.
Kesungguhan para penguasa Islam dalam meriayah rakyatnya membuat kita yang hidup di tengah cengkeraman kapitalisme begitu merindukan kehadiran sosok pemimpin Islam. Semoga Allah segera menurunkan pertolongan-Nya dengan hadirnya kembali pemimpin bagi umat Islam di bawah naungan Daulah Khilafah. Aamiin allahumma aamiin.
Post a Comment