Aktivis muslimah ngaji
Tahun ajaran baru dihiasi dengan prestasi bobrok para peserta didik. Bukannya memberikan contoh dan berbagai prestasi yang membanggakan, beberapa pelajar justru terlibat tawuran. Mirisnya yang melatarbelakangi hanya karena ingin mendapatkan pengakuan publik yakni eksis di dunia maya (medsos).
Kepala Unit Reserse Kriminal Polsek Metro Penjaringan Kompol Harry Gasgari mengungkapkan kepada wartawan, bahwa motif kelompok pelajar yang melakukan tawuran di Jembatan Bandengan, Jakarta Utara hanyalah sekadar ingin eksis dengan cara membuat konten agar viral di media sosial. Mako Polsek Cileungsi kembali mengamankan 7 orang remaja yang melakukan tawuran di Desa Mampir, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, satu di antaranya mengalami luka. Video penangkapan tersebut pun kini viral di media sosial (media online detik; 31/7/2023).
Tawuran masih saja menjadi PR yang penyelesaiannya tak kunjung mendapatkan titik terang. Kurikulum pendidikan Indonesia terbukti gagal dalam menciptakan generasi yang mencerminkan jiwa seorang pelajar. Para anak didik seharusnya fokus belajar untuk menimba ilmu agar kelak bisa bermanfaat untuk keluarga, masyarakat, dan negara tentunya. Bukan malah terlibat tawuran tanpa tujuan.
Mereka adalah para generasi yang akan melanjutkan estafet kepemimpinan pada masa depan. Namun jika terus dibiarkan seperti ini, sudah jelas bagaimana gambaran kepemimpinan masa mendatang. Para remaja saat ini telah tercemari oleh paham Sekularisme Liberal, alhasil para remaja tidak memahami hakikat dan tujuan hidupnya sendiri. Yang ada dalam benak mereka hanya bagaimana agar dapat terlihat selalu bahagia dan tidak ketinggalan zaman.
Bahkan mereka lupa bahwa kehidupan dunia ini hanyalah sementara, mereka lupa bahwa maut datang menjemput tanpa pernah ada pemberitahuan terlebih dahulu. Usia muda menyilaukan mereka seolah mati hanyalah hadir ketika sudah menua. Bahkan mereka kabur akan tujuan hidupnya selama di dunia. Mereka hidup seperti bulu yang diterbangkan angin, terombang-ambing tanpa tujuan yang jelas.
Sistem kapitalis liberal membuat para generasi terbuai dan salah dalam memaknai nilai kesuksesan yang sesungguhnya. Ditambah sistem pembelajaran yang hanya berfokus mengejar angka pada sebuah kertas. Pendidikan agama yang semakin dipersingkat sekadar formalitas agar bisa menyelesaikan soal yang diberikan saat ujian kenaikan kelas atau kelulusan.
Sementara era digital saat ini mempertontonkan bahwa kesuksesan bukan berdasarkan prestasi pendidikan, melainkan bagaiman bisa menjadi terkenal di jagat maya. Tak perduli jika harus menunjukkan keindahan tubuh, gaya hidup yang unik, bahkan konten unfaedah sekalipun tidak menjadi problem. Yang utama hanya bagaimana agar menjadi terkenal di media sosial seperti Instagram, tiktok, YouTube hingga terpampang sebagai artis di televisi. Meskipun dengan nol prestasi yang penting punya sejuta sensasi.
Berbeda sekali dengan sistem Islam yang menjadikan akidah sebagai pilar utama dalam kurikulum pendidikan. Para peserta didik akan dibina agar memiliki keimanan dan akidah yang mengkristal, sehingga generasi yang lahir dari sistem Islam akan memahami makna kehidupan dunia dan menyadari bahwa kehidupan akhirat adalah yang abadi.
Mereka akan berlomba untuk mencapai derajat tertinggi sebagai insan mulia yang mendapatkan rida Allah. Mereka akan memahami bahwa sebagai generasi penerus bangsa sangat penting untuk fokus menimba ilmu di dunia pendidikan. Sosok pemuda yang takut akan murka Allah dan berusaha sebaik mungkin menjadi generasi yang berprestasi gemilang.
Sosok generasi yang mampu menciptakan teknologi baru yang mampu memajukan bangsa. Mereka bukan generasi pembebek yang tergerus mengikuti zaman, melainkan akan tampil sebagai sosok pemuda dengan prestasi baru yang membanggakan. Sosok pemuda yang berani memberantas kemungkaran dan gemar melakukan amar makruf, serta hidupnya dihabiskan hanya untuk beribadah kepada Allah Swt.
Rasulullah saw. bersabda, “Tujuh golongan yang dinaungi Allah dalam naungan-Nya pada hari yang tidak ada naungan, kecuali naungan-Nya, yakni imam yang adil, seorang pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allah.” (HR Bukhari)
wallahualam bissawwab.
Post a Comment