Oleh : Siti Zaitun
Sangat miris Indonesia, yang kaya akan sumber daya alam (SDA) tetapi mengalami permasalahan kelangkaan LPG 3 kg terjadi beberapa wilayah. Karena kelangkaan LPG ini membuat para penjual gas mengambil kesempatan untuk menaikkan harga jualnya di atas Harga Eceran Tertinggi ( HET) yang ditetapkan pemerintah.
Mereka mewawancarai produsen kerupuk di Medan Perjuangan yang bernama ibu Yulianti, ibu yulianti berkata sudah dua hari produksi kerupuk berhenti karena begitu sulitnya untuk mendapatkan gas 3 kg. Ketika sudah dapat setelah berkeliling- keliling kota Medan tetapi harganya melonjak naik yaitu 30.000 / tabung dari harga 20.000 / tabungtabung. Kemudian satu tabung hanya untuk satu orang pembeli tidak boleh lebih.(dilansir dari iNewsSumut 24 /07/2023).
Dilansir INews Sumut. id, Dari Humas PT Pertamina Patra Niaga, Imam Mohammad bahkan mengatakan tidak ada istilah pengurangan distribusi, malah yang ada penambahan fakultatif. Menurut dugaan beliau ada pangkalan yang melakukan penyalahgunaan.
Masalah ini sedang ditelusuri. Kalau nanti terbukti, bisa langsung dilakukan Pemutusan Hubungan Usaha( PHU). ( 24/07/2023).
Kompas. com. Terjadinya kasus kelangkaan gas 3 kg ini pun pemerintah mencari alibi bahwa mereka mengungkapkan penyebab terjadinya kelangkaan LPG 3 kg ini karena terlepas dari adanya hari raya besar yang berdekatan seperti Hari Raya Idul Adha 1444 dan Tahun Baru Islam 1445 H, hal inilah yang memicu peningkatan konsumsi gas, ungkap Direktur Utama PT Pertamina ( Persero), Nicke Widyawati. ( 26/07/2023).
Kemudian upaya yang dilakukan pemerintah adalah dengan menambahkan pasokan gas 3 kg ke 16 kabupaten/ kota di Sumatera Utara. Pasokan tambahan ini diharapkan dapat segera mengatasi kelangkaan LPG bersubsidi tersebut. Tetapi upaya yang mereka sampaikan beli mampu menjadi jaminan untuk memadainya pasokan gas di tengah- tengah masyarakat hingga menuntaskan permasalahan kelangkaan ini.
Kelangkaan LPG ini bukti dari kegagalan pemerintah yang tidak mampu memenuhi kebutuhan rakyatnya. Sebab kelangkaan LPG tersebut sebenarnya bukan diakibatkan konsumsi yang meningkat ditengah masyarakat, tetapi pengelolaan migas yang salah dalam sistem kapitalisme- neoliberal.
Sistem ekonomi yang digunakan saat ini dibangun berdasarkan asas produksi, sehingga hal ini membuat distribusi kepada rakyat kurang optimal. Sebab asas produksi di sistem ekonomi neoliberal ini hanya mementingkan produksi yang menghasilkan untung yang tinggi tanpa memperdulikan kebutuhan rakyat.
Sumber daya alam yang ada di Indonesia, negeri ini merupakan penghasil gas bumi terbesar. Kekayaan alam di negeri ini terlihat cukup untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya jika dikelola dengan benar. Hanya saja, tata kelola sumber daya alam di negeri ini adanya campur tangan swasta atau asing Aseng. Dengan adanya hal ini, maka para pemilik modal lah yang mendapatkan untung sedangkan rakyat tidak bisa menikmati pemanfaatannya dengan murah, mudah, dan bahkan gratis.
Beginilah jadinya jika sistem kapitalisme - neoliberal sudah tertancap dari segala aspek, sehingga membuat semua pengelolaan di negara ini hanya memikirkan untung terhadap individunya saja, namun tidak memikirkan kondisi masyarakat. Padahal gas alam sumber daya alam, dan minyak bumi termasuk milik rakyat, bukan milik individu. Seperti sabda Rasulullah SAW, Kaum Muslim berserikat dalam tiga perkara yaitu rumput, air, dan api. ( HR. Abu Dawud dan Ahmad).
Hadis tersebut menjelaskan bahwa segala sesuatu yang berhubungan dengan hajat orang banyak seperti halnya sumber daya alam dikuasai dan dikelola oleh negara, dan haram hukumnya jika dimiliki atau dikelola oleh individu atau negara asing, apalagi negara tersebut memusuhi Islam.
Islam mewajibkan negara sendiri yang mengelolanya hingga hasilnya diberikan kepada rakyat secara keseluruhan, baik itu muslim ataupun non muslim. Bahkan hal ini sudah tercatat dalam sejarah beradad- abad aturan Islam diterapkan, hingga membuat negara semakin maju dan berkembang serta menjadi mercusuar dunia.
Kemudian negara yang menerapkan sistem Islam secara kaffah akan menjamin kesejahteraan rakyatnya. Karena segala kebutuhan rakyat merupakan tanggung jawab negara. Negara pun harus siap menjadi pelayan publik atau masyarakat untuk memenuhi kebutuhan mereka mulai dari kebutuhan dasar, kebutuhan pokok, sampai fasilitas umum.
Sistem ekonomi dalam Islam pun akan meniscayakan ketersediaan migas. Karena migas merupakan energi untuk semua rakyat. Maka negara akan memberikan harga murah bahkan gratis untuk digunakan. Kalaupun rakyat dikenakan biaya, biaya tersebut hanya untuk operasionalnya. Mengenai pengelolaannya negara akan menyiapkan pendanaan khusus dari baitulmal dan keuntungan yang didapatkan akan kembalikan pada kas negara bukan pada individu. Begitulah sistem Islam jika diterapkan secara kaffah dibawah naungan Khilafah. Permasalahan kelangkaan LPG tentu akan terselesaikan sampai ke akarnya.
Tetap istiqomah dalam memperjuangkan Islam. Bangga berislam kaffah.
Wallahu a'lam bishowab.
Post a Comment