ANCAMAN HIV/AIDS DI SEKITAR KITA


 Oleh: Umi Astuti (Pemerhati Keluarga)



Peringatan hari AIDS sedunia pada tanggal 1 Desember merupakan momentum rutin untuk mempopulerkan program global penanggulangan HIV/ AIDS. Hari AIDS sedunia tahun 2022 ini mengusung tema "Satukan Langkah Cegah HIV, Semua Setara Akhiri AIDS".


Berbagai langkah dan upaya pada berbagai level sudah dilakukan untuk mengendalikan dan menghilangkan epidemi HIV/AIDS di dunia. Namun ternyata hingga kini perang melawan HIV [Human Immunodeficiency Virus]/AIDS [Acquired Immune Defisiensy Syndrome] belum juga berhasil. Alih - alih berkurang ternyata jumlah penderita HIV/ AIDS justru bertambah dari tahun ke tahun ibarat gunung es yang semakin lama semakin membesar. Kasus HIV terus menjadi masalah kesehatan masyarakat global.


*HIV /AIDS di Barat* 


Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, ada sekitar 38,4 juta orang hidup dengan HIV (Human Immunodeficiency Virus) di seluruh dunia pada 2021. Dari jumlah itu, mayoritas berasal dari wilayah Afrika, yakni 25,6 juta kasus. Wilayah Asia Tenggara dan Amerika Serikat menempati urutan berikutnya dengan jumlah kasus HIV masing-masing sebanyak 3,8 juta kasus. Kemudian diikuti wilayah Eropa dengan 2,8 juta kasus. Berikutnya kawasan Pasifik Barat mempunyai 1,9 juta kasus HIV. Terakhir, kawasan Mediterania Timur tercatat memiliki kasus HIV sebanyak 430 ribu kasus.


*HIV/AIDS di Indonesia* 


Menurut laporan Badan Narkotika Nasional (BNN), sepanjang 2022 ada 62.856 kasus HIV (52.955 kasus) /dan AIDS (9.901 kasus) di Indonesia dan laki-laki mendominasi kasus HIV dan AIDS di Tanah Air. Jumlah kasus HIV pada laki-laki sebanyak 31.218 kasus atau setara 58,95% dari total kasus HIV di dalam negeri. Di sisi lain, jumlah kasus HIV perempuan 21.737 kasus.


AIDS merupakan sekumpulan gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat HIV.


Jawa Tengah merupakan provinsi dengan jumlah pengidap AIDS terbanyak di Indonesia pada 2022 mencapai 1.484 kasus. Jumlah pengidap AIDS terbanyak kedua berada di Papua, yaitu sebanyak 858 kasus pada tahun lalu. Lalu, Bali menyusul dengan jumlah pengidap AIDS sebanyak 851 kasus. Selanjutnya, jumlah pengidap AIDS di Jawa Timur tercatat sebanyak 666 kasus. Kemudian, Jawa Barat dan Sumatera Selatan memiliki pengidap AIDS masing-masing sebanyak 629 kasus dan 563 kasus.


Disisi lain, jumlah pengidap AIDS paling sedikit di Indonesia berada di Sulawesi Barat dengan jumlah 12 kasus. Posisinya diikuti oleh Gorontalo dan Jambi masing-masing 19 kasus dan 21 kasus. Secara keseluruhan, sebanyak 34 provinsi Indonesia memiliki pengidap AIDS pada tahun lalu.


 *Perkembangan Penyebaran HIV AIDS di KLATEN* 


Data Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Klaten menyebutkan, sebanyak 153 ibu rumah tangga dan 26 balita di Klaten terinfeksi HIV. Kenyataan itu cukup memprihatinkan. Mereka sebagian tertular dari suami atau orang tuanya.Jumlah terbanyak dari kalangan buruh yakni 293 orang dan karyawan 225 orang. Di Klaten telah ditemukan ada 1.306 orang dengan HIV/AIDS (ODHA) sejak tahun 2007, namun estimasi riilnya mencapai 1.436 orang.


Jumlah yang sangat fantastic ini merupakan ancaman bagi generasi dan menjadi potret bobroknya tatanan sistem pergaulan dalam sistem kapitalis -sekuler saat ini.


‘’Bahkan diketemukan data angka kematian akibat HIV/AIDS di Klaten ada 323 orang. Mereka meninggal karena penyakit dan daya tahan tubuh menurun, bagian yang paling lemah yang diserang penyakitnya,’’ kata Ronny Roekmito. Saat ini, masih ada 1.096 ODHA yang bisa tetap hidup sehat dengan rutin mengkonsumsi obat. Obat tak bisa membuat negatif HIV, tapi menekan virus dalam tubuh sehingga meminimalisir penularan.


‘’Pasien HIV harus konsumsi obat seumur hidup yang bisa didapat di RSUP dr Soeradji Tirtonegoro (RSST) dan Balkesmas. Jangan sampai bolong, karena harus mengulang,’’ imbuh dia.


Bupati Klaten Sri Mulyani mengajak masyarakat terus memerangi HIV/AIDS. Hingga saat ini HIV/AIDS masih menjadi masalah kesehatan global dan nasional. Hal tersebut disampaikan bupati, saat Sarasehan Peringatan Hari AIDS Sedunia tahun 2022 tingkat Kabupaten Klaten, dengan Tema “Satukan Langkah Cegah HIV, Semua Setara Akhiri AIDS”, di Pendapa Pemerintah Kabupaten Klaten, Selasa (6/12/2022). Kegiatan itu diikuti pemilik panti pijat, hotel, homestay, dan lainnya.


Sri Mulyani mengatakan untuk memaksimalkan pencegahan HIV/AIDS, pelibatan dan pemberdayaan masyarakat sangat dibutuhkan. Seperti, sosialisasi di seluruh elemen masyarakat dan lembaga pendidikan, serta melakukan tes HIV pada masyarakat, terutama calon pengantin.


Selain itu Sri Mulyani juga mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk semakin

memperkuat komitmen, peran serta, dan dukungan kita untuk bergerak, bekerja sama, dan bersinergi, dalam pencegahan dan pengendalian HIV/ AIDS,” ungkapnya“.


Sementara Kepala Bagian Kesejahteraan Rakyat [Kesra] Ardhani menyampaikan Hari AIDS sedunia diperingati untuk menumbuhkan kesadaran terhadap penyebab kasus AIDS di seluruh dunia. Dengan mengetahui status kesehatan sejak dini, semakin banyak masyarakat mengetahui status HIV dan mendapatkan pengobatan, maka hal ini dapat mendorong penurunan HIV. Sehingga, Indonesia dapat mencapai tingkat zero, yaitu tidak ada infeksi baru HIV, tidak ada kematian akibat AIDS, dan tidak ada stigma dan diskriminasi,” jelas Ardhani.


 *Kesalahan Kebijakan Penanggulangan HIV/AIDS di Dunia dan Indonesia* 


Penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia secara umum mengadopsi strategi yang digunakan oleh UNAIDS dan WHO. Kedua Lembaga internasional ini menetapkan beberapa langkah penanggulangan HIV/AIDS di dunia dengan. Upaya penanggulangan HIV/AIDS versi UNAIDS ini telah menjadi kebijakan nasional yang berapa di bawah koordinasi KPAN (komisi penanggulangan AIDS nasional). Program program penanggulangan HIV/AIDS diantaranya adalah:


 _1. Kondomisasi (obral kondom = leluasa berzina/ alat penyebar HIV/AIDS)._ 

Kampanye penggunaan kondom awalnya dipopulerkan melalui ABCD. ABCD yaitu A: absinentia , B: be faithfull, C: use condom, D: no Drug. Kondomisasi tidak berhasil memutus mata rantai penularan HIV/AIDS promosi kemampuan kondom untuk mencegah penularan HIV/AIDS mengandung bahaya besar dan kebohongan, hal ini dapat dilihat dari beberapa hal: a).secara factual, kondom terbukti tidak mampu mencegah penularan HIV. dan b).Kondomisasi pintu masuk liberalisasi seks.


 _2. Pembagian jarum suntik steril = menambah korban_ 

Penyebaran HIV dikarenakan penggunaan jarum suntik secara bergantian di kalangan IDU yang sangat cepat akhir akhir ini, dijadikan sebagai alasan untuk mensahkan tindakan memberikan jarum suntik steril dan subtitusi metadon bagi penyalahgunaan NARKOBA suntik.


 _3. Kepedulian terhadap “ODHA” penuh kejanggalan._ 

ODHA yang dimaksud adalah Orang Dengan HIV/AIDS dari kalangan pezina, pelacur, homo dan lesbi, penasun. Kepedulian dunia terhadap ODHA memang “istimewa”. Masyarakat didorong untuk menerima pelaku maksiat ini dengan dalih HAM dan pemerintah harus memfasilitasi aktivitas yang mereka lakukan.


 *Dampak Penyebaran HIV/AIDS di Masyarakat* 


HIV merupakan penyakit yang menakutkan dan dianggap belum ada obatnya. Padahal HIV merupakan suatu penyakit kronis yang memerlukan pengobatan rutin seperti penyakit darah tinggi atau diabetes. ART (Antiretroviral Therapy) merupakan suatu cara untuk memperpanjang hidup seseorang yang terinfeksi HIV dan mengubah HIV/AIDS dari suatu penyakit yang mengancam jiwa menjadi penyakit kronis. Meski sudah bertambahnya pemahaman kita mengenai HIV seperti cara penularan, perkembangan penyakit, dan perkembangan perawatan yang baik, namun masih banyak Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) baru yang sulit menerima statusnya. Salah satu penyebabnya adalah masih ada anggapan bahwa HIV adalah penyakit yang berbahaya, sehingga proses penerimaan status apalagi penerimaan pada pengobatan bukanlah hal yang sederhana dan penderita pun menjadi depresi.


 *Solusi Pemerintah Tingkat Nasional Maupun Klaten Terkait HIV/AIDS* 


Penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia pada umumnya mengadopsi strategi yang digunakan barat. Untuk meneruskan kebijakan pemerintah dalam penanggulangan HIV di daerah dan kabupaten Klaten khususnya dibuat kebijakan WPA (wilayah peduli AIDS) dan KPA (komisi penanggulangan AIDS) tingkat daerah dalam rangka mengkampanyekan program-program diatas. Penyebab utama masalah HIV/AIDS lebih disebabkan perilaku manusia, maka upaya pencegahan secara dini melalui jalur agama atau Pendidikan agama merupakan langkah yang strategis. Dari situlah diharapkan kesadaran akan nilai moral dan agama meningkat hingga dapat menekan perilaku menyimpang. Pada akhirnya solusi pemerintah belum membuahkan hasil tetapi malah meningkat penderitanya.


*Solusi Islam Praktis dan Solutif.* 


Sistem kehidupan Islam berbeda dengan sistem kehidupan sekuler. Dimana sistem kehidupan Islam itu sebagai pelindung dari segala yang membahayakan kehormatan, jiwa, harta termasuk pelindung masyarakat dari ancaman HIV/AIDS. Sebagaimana yang sudah Rosulullah SAW sampaikan dalam hadistnya;


_“sesungguhnya imam (khalifah) itu laksana perisai, tempat orang-orang berperang di belakanganya dan berlindung kepadanya”_ 

(HR.Muslim)


Ada 2 upaya yang dilakukan Khalifah untuk menuntaskan penularan HIV/AIDS yaitu:


a. Upaya preventif yaitu upaya untuk memutuskan mata rantai penularan virus HIV dengan mengubah suasana yang berawal dari liberal menjadi suasana yg Islami. Dalam Islam tata pergaulan pria-wanita sungguh diatur sedemikian rupa agar terjaga, begitu pula mekanisme standar aurat dan berbagai tayangan lainnya.


Upaya ini karena media penularan utama HIV/AIDS dengan adanya perilaku seks bebas dan narkoba. Oleh karena itu pencegahannya haruslah dengan menghilangkan segala bentuk praktek seks bebas dan narkoba yang meliputi media-media yang merangsang (pornografi dan pornoaksi), tempat tempat prostitusi dan tempat tempat maksiat lainnya dengan memberlakukan pezina sanksi yang berat sehingga akan mengakibatkan rasa takut/jera untuk melakukan maksiat tersebut. Sebagaimana yang Rosululloh sampaikan dalam hadistnya:


 _"Kalian ambillah dariku, terimalah ketentuanku. Sesungguhnya kini Allah telah menetapkan keputusan bagi mereka (yang berzina) hukumannya adalah dicambuk seratus kali cambukan serta diasingkan satu tahun. Sedangkan bagi pezina yang telah menikah, dicambuk seratus kali cambukan dan dirajam sampai mati."_ (HR Bukhari)


b. Upaya kuratif yaitu upaya yang dimana memfokuskan pengobatan atau penanganan korban HIV/AIDS yang dilakukan sesuai dengan syariat islam. Khalifah wajib memberikan pengobatan gratis bagi penderita HIV/AIDS yang memiliki hak hidup. Selain gratis juga mudah dijangkau semua kalangan dan dalam jumlah memadai. Karena kesehatan termasuk kebutuhan pokok public yang wajib dijamin pemenuhannya oleh negara. Hal ini sebagaimana dalam sabda nabi yang artinya:


 _“imam (khalifah) sebagaimana penggembala dan ia bertanggungjawab atas gembalaannya (rakyatnya)”_ (HR bukhari)


Selain itu Kholifah juga mendorong dan menfasilitasi penderita untuk semakin taqwa kepada.Alloh SWT.Semua berubah sesuia aturan Islam dan inilah sebaik – baik aturan yang pernah diterapkan sekitar 13 abad lamanya.

 _Wallahu a`Lam bi ash showaab._

Post a Comment

Previous Post Next Post