Awal tahun ajaran baru 2023-2024, disambut dengan serentetan aksi tawuran antar pelajar yang terjadi di berbagai daerah. Tepatnya di hari pertama masuk sekolah.
Aksi tidak terpuji kembali terjadi dikalangan pelajar. 69 pelajar dari dua sekolah yang berbeda karena akan tawuran. Tawuran terjadi di Jakarta.Yakni dua pelajar yang berseragam SMA melakukan aksi tawuran di Penjaringan, Jakarta Utara. Tidak hanya itu mereka juga menggunakan senjata tajam. Pada hari yang sama, terjadi juga tawuran pelajar SMK di Purworejo, Jawa Tengah hingga viral di media sosial. (Tribun Jogja, 18/7/2023)
Tak cukup disitu, tawuran seakan menjadi tren dikalangan generasi, mereka menganggap standar kekuatan dengan cara bertarung dan melakukan tindakan anarkis yang bahkan sampai menghilangkan nyawa seseorang. Seperti yang terjadi pada seorang pelajar yang terluka parah usai terkena sabetan senjata tajam dalam aksi tawuran di wilayah Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang. Dalam video yang beredar di media sosial, terlihat satu pemuda yang menggunakan batik berwarna kuning hitam tergeletak di atas tanah. Korban pun meringis kesakitan karena banyak darah yang berlumuran di sekujur tubuh. Tribunnews.com
Sungguh miris memang melihat perilaku para pelajar saat ini. Disaat orang tuanya menaruh harapan besar pada anak-anaknya. Menyekolahkan mereka dengan tujuan agar mendapatkan pendidikan yang terbaik, dan menjadi orang yang bermanfaat bagi orang tua dan masyarakat, malah melakukan kerusakan dan tindak kriminal.
Belum lagi tingkah mereka sudah seperti gangster di film-film. Dengan senjata tajam, mereka saling serang. Korban pun berjatuhan, bahkan nyawa pun sampai hilang. Namun tawuran ini seolah sudah menjadi budaya yang selalu diwariskan dari generasi ke generasi antar pelajar. Inilah yang menjadikan tawuran antar pelajar seperti rantai yang sulit putus dan seolah sudah mendarah daging.
Tudingan yang mengatakan bahwa maraknya aksi tawuran antar pelajar dikarenakan jiwa muda yang membara di dada para pemuda. Namun itu semua terbantahkan, karena pada faktanya, ketika diamankan polisi dan dipertemukan dengan orang tuanya, mereka menangis tersedu-sedu seperti anak kecil tepergok berbuat salah. Mereka akan merasa sok jagoan hanya didepan kelompoknya saja.
Walaupun dari segi fisik mereka sudah terlihat dewasa, namun hakikatnya tingkah lakunya masih kekanak-kanakan. Mereka juga tidak faham akan konsekuensi yang harus mereka terima atas perbuatannya. Mereka melakukan itu hanya sekedar ingin eksis dan dianggap jago. Mereka bahkan tidak faham bahwa melukai orang lain bahkan sampai menghilangkan nyawa adalah perbuatan dosa yang nantinya akan dimintai pertanggungjawaban dihadapan Allah SWT.
Inilah dampak dari sistem Kapitalis Sekuler.
Yaitu memisahkan Agama dari kehidupan. Yang membuat generasi muda terutama dikalangan remaja yang hidup bebas tanpa mau diatur oleh aturan sang pemilik hidup yakni Allah SWT. Belum lagi dengan motto hidup mereka " yang penting happy", yang pastinya merasuk dalam pikiran, perasaan, yang pastinya mempengaruhi tingkah laku mereka, sehingga mereka bebas melakukan apa saja " mumpung masih muda". Mereka seakan lupa jika mati tidaklah memandang usia. Muda, tua, sehat, ataupun sakit.
Belum lagi didalam sistem Kapitalis yang menjadikan pendidikan di negeri ini hanya berfokus pada nilai akademik saja yang hanya tertulis di atas kertas, dan justru mengabaikan pendidikan kepribadian pelajar. Belum lagi pelajaran Agama yang hanya dijadikan pelajaran selingan saja, bahkan hanya satu kali dalam satu Minggu dan hanya diberikan waktu 2 jam saja. Inilah yang menjadikan generasi muda semakin jauh dari Agama.
Dan dari sini dapat kita lihat, bahwa para penegak hukum kurang tegas dalam memberikan sanksi terhadap para pelaku tawuran. Para pelajar yang tertangkap hanya diberikan pembinaan saja. Namun setelah itu dilepaskan kembali. Tentu saja ini tidak akan memberikan efek jera. Namun akan membuat mereka semakin beringas lagi. Tentu saja sangat menghawatirkan, karena bukan hanya sesama pelajar yang tawuran saja yang terluka, namun orang-orang yang tidak bersalah juga akan menjadi sasaran tawuran tersebut.
Sudah saatnya kita campakkan sistem yang rusak ini dan kembali dalam sistem Islam. Islam sangat tegas dalam menyelesaikan masalah tawuran antar pelajar. Dan akidah Islam dijadikan sebagai dasar, sehingga seluruh aturan kehidupan tegak berdasarkan asas keimanan. Ini menjadikan setiap perilaku warga negara, termasuk pemuda, terikat dengan pemahaman Islam. Islam juga akan memahamkan kepada setiap individu bahwasanya setiap perbuatan manusia akan dihisab oleh Allah SWT, sehingga mereka tidak akan berbuat sesuka hatinya.
Dalam sistem pendidikan Islam, pelajaran agama tidak sekadar diajarkan di sekolah, tetapi menjadi spirit dalam pendidikan. Dari sistem pendidikan, lahirlah output berupa para pemuda bervisi akhirat dan sekaligus cakap dalam ilmu pengetahuan. Para pemuda Juga akan dibimbing menjadi generasi yang agamis, dan memiliki ketaatan total terhadap Rabb-nya.
Islam juga memiliki sistem sanksi yang efektif. Setiap orang yang sudah baligh harus mempertanggungjawabkan perbuatannya dihadapan syariat. Jika terbukti melakukan tindakan kriminal, ia harus dihukum sesuai jenis pelanggarannya. Dalam hal melukai dan membunuh orang, akan ada sanksi qishas.
Wallahu a'lam bishawwab
Post a Comment