Sang Pencari Jati Diri



Oleh Dewi Rahayu Cahyaningrum

Komunitas Muslimah Rindu Jannah Jember


Tawuran, tawuran, dan tawuran, kata yang selalu ada dalam benak kita jika ada perkelahian antar sekolah, mahasiswa atau pemuda baik di kampung maupun perkotaan. Tawuran terjadi dan terjadi lagi, hanya untuk menunjukkan eksistensi diri agar merasa diakui, atau hanya sekadar untuk mencari perhatian atau mencari sensasi, atau bahkan dengan alasan hanya untuk sekadar ikut-ikutan teman.


Sungguh miris dan memprihatinkan dunia pendidikan kita saat ini. Tahun ajaran baru yang seharusnya disambut para pelajar dengan suka cita dan dengan pikiran, apa yang akan menjadi target kedepan dan apa yang harus dilakukan untuk fokus serta bagaimana cara mencapai apa yang sudah ditargetkan, tetapi yang terjadi malah sebaliknya. Mereka membuat keonaran dengan perkelahian atau tawuran.


Kasus tawuran yang pertama terjadi pada hari Minggu, 23/7/2023 sebanyak 20 pelajar menangis massal dan bersimpuh di kaki orang tua mereka saat dipertemukan di Polsek Gunung Putri, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Para pelajar ini sebelumnya diamankan karena hendak tawuran dengan membawa senjata tajam. Para remaja yang rata-rata baru saja masuk di bangku kelas 1 Sekolah Menengah Atas (SMA). Sebelumnya, pelajar ini diamankan polisi saat hendak tawuran bersama kelompok pelajar lainnya pada Sabtu dini hari (22/7/2023). (beritasatu, Minggu, 23 Juli 2023).


Pada laman berita yang sama tetapi hari dan tanggal yang berbeda, kasus tawuran terjadi pada 69 pelajar dari 2 sekolah berbeda yang akan melakukan tawuran tersebut berhasil diamankan oleh Polresta Tangerang di daerah Olek dan Tobat, di Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang, Banten. "Kami pertama kali mengamankan 34 pelajar dari SMA Dwipama, dan setelah kami cek lagi dari patroli cyber, kami juga mengamankan kelompok pelajar dari SMA Al Badar sebanyak 35 pelajar, sehingga total pelajar yang kami amankan hari ini berjumlah 69 pelajar," papar Kepala Bagian Operasi (Kabag Ops) Polresta Tangerang, Kompol Kosasih.

 

Mirisnya lagi, sebagian dari puluhan pelajar yang diamankan ini ternyata ada yang baru masuk ke tingkat SMA. Mereka diajak oleh alumni dan kakak kelas mereka untuk tawuran agar bisa masuk ke dalam kelompok. Kompol Kosasih melanjutkan, dan dari tangan para pelajar ini hanya diamankan sebuah bendera kelompok tawuran, sedangkan untuk senjata tajam hingga saat ini Polresta Tangerang masih melakukan penyisiran beberapa lokasi.


"Seakan-akan ada pelatihan untuk siswa baru agar masuk ke kelompok mereka. Kami juga mengamankan bendera kelompok mereka. Meski demikian, pola perekrutan secara terbuka tidak ada, tetapi dari kasat mata terlihat jika ada alumni yang ikut serta, berarti ini ada sebuah regenerasi untuk melatih adik kelas yang baru untuk melanjutkan tradisi tawuran," ungkap Kosasih. (beritasatu, selasa, 18 Juli 2023).


Kasus tawuran yang ketiga pelajar melakukan tawuran ternyata hanya untuk eksistensi diri. Kepala Unit Reserse Kriminal Polsek Metro Penjaringan Kompol Harry Gasgari mengungkapkan bahwa motif tawuran yang dilakukan kelompok pelajar di Jembatan Bandengan, Jakarta Utara hanyalah sekadar ingin mencari pengakuan atau eksistensi di media sosial. "Mereka ingin eksis. Mungkin buat konten juga di situ sehingga viral," ujar Harry kepada wartawan di Jakarta Utara saat ditemui di Markas Polsek Metro Penjaringan. dua kelompok pelajar yang masih lengkap mengenakan seragam sekolah terlibat tawuran di Jalan Raya Bandengan Utara, Penjaringan, Jakarta Utara tepatnya di sebelah Jembatan Bandengan Utara. Keduanya saling serang dengan tangan kosong hingga ada juga yang menggunakan senjata tajam jenis celurit panjang. (antara, Selasa, 18 Juli 2023).


Ketiga kasus tawuran pelajar di atas adalah hasil yang terpublish ke media sosial, bagaimana yang belum terpublish, pastinya akan lebih banyak lagi. Melihat maraknya fenomena tawuran pelajar pastinya ada yang salah dalam kita mendidik anak-anak kita. Entah itu sistem pendidikannya atau cara mendidik mereka.


Fenomena ini menunjukkan lemahnya kepribadian generasi penerus peradaban dan mengekspresikan eksistensi diri mereka dengan cara yang tidak benar, serta rendahnya jaminan keamanan oleh negara dan ketegasan aparat dalam menjaga keamanan warga. Dikarenakan adanya sistem pendidikan hari ini yang berbasis sistem kapitalisme sekuler yaitu sistem yang memisahkan agama dengan kehidupan, yang masih diterapkan hingga saat ini.


Padahal mereka adalah pemuda yang seharusnya menjadi agen generasi perubahan peradaban yang membawa visi dan misi, tetapi pada kenyataannya saat ini malah mengalami kemunduran. Padahal pada merekalah pewaris tongkat estafet perjuangan diteruskan.


Setiap orang yang membawa ajaran agama Rasulullah saw. yaitu Islam, pasti kelak akan dimintai pertanggungajawaban oleh Allah SWT. atas segala sesuatu yang telah dilakukannya di dunia. Jika yang melakukan tawuran adalah seorang muslim maka hal tersebut juga akan terjadi. Maka bukan hanya pihak para pelajar saja yang bertanggungjawab tetapi keluarga, masyarakat dan negara juga harus bertanggungjawab jika para pelajar melakukan tawuran. 


Untuk menjadi generasi Islam yang berkualitas adalah generasi yang memiliki keimanan yang kuat, memiliki kepribadian Islam yang tinggi, berjiwa pemimpin sehingga mampu memengaruhi dan melakukan perubahan di lingkungan sekitarnya.


Mempersiapkan dan mendidik generasi Islam yang demikian tidaklah mudah, semudah membalikkan kedua telapak tangan. Keluarga adalah wadah pertama dan pilar utama yang memberikan konstribusi yang besar dalam mendidik generasi. Karena hal tersebut merupakan proyek yang teramat besar dan membutuhkan perjuangan serta perjalanan panjang dimana keluarga mempunyai peran serta aktif terutama bagi seorang ayah dalam membentuk generasi perubahan peradaban, sedangkan ibu yang mengajarkan Islam secara fundamental yaitu menggembleng anak-anak dengan iman, mengokohkan ketundukan kepada aturan Allah serta menyemaikan bibit keberanian, pantang menyerah dan semangat untuk mengejar rida Allah dalam berjuang. 


Keluarga juga merupakan lingkungan pertama bagi anak-anak untuk belajar berperilaku, belajar tentang hidup dan kehidupan serta bagaimana seharusnya berjuang membela Islam. Keluarga yang kuat, ideologis dan berkarakter akan menjadi pondasi yang kokoh bagi perkembangan anak sehingga lahir generasi penggerak perubahan untuk menjadi pembela Islam.


Tetapi yang terjadi pada saat ini sungguh miris dan memprihatinkan karena bukan generasi penggerak perubahan untuk menuju kepada kebaikan dalam membela Islam, tetapi yang ada adalah generasi penggerak perubahan menuju kemaksiatan. Astagfirullah, nauzubillah. 


Upaya yang harus dilakukan dalam menyiapkan generasi penerus peradaban Islam 


Beberapa aktivitas yang dapat kita lakukan untuk menyiapkan generasi menjadi pembela penggerak perubahan diantaranya adalah:


Pertama. Memahamkan bahwa setiap muslim wajib berislam secara kaffah (menyeluruh) yaitu menanamkan keimanan yang kokoh dengan menjadikan sejak dini kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya diatas segalanya. Orang tualah yang akan sangat memengaruhi tumbuh kembang sendi-sendi agama dalam diri anak yaitu mengenalkan kepada anak bahwa Islam mengatur seluruh urusan dunia dan urusan akhirat. Islam tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Allah, tetapi Islam juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri serta Islam juga mengatur hubungan manusia dengan manusia yang lainnya.  Rasullulah saw. bersabda : "Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Ibu dan bapaknyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi." (HR al-Bukhari).


Kedua. Membiasakan senantiasa dalam ketakwaan. yaitu mengenalkan syariat Islam, termasuk adab dan akhlak mulia sejak dini. Rasulullah saw. bersabda: "Perintahlah anak-anakmu agar mendirikan salat ketika mereka berumur tujuh tahun. Pukullah mereka (jika meninggalkan salat) ketika mereka berumur sepuluh tahun." Demikian juga dengan hukum-hukum yang lainnya seperti kewajiban berpakaian sempurna, larangan mencuri dan sebagainya. Mengajak anak-anak kita ke majelis-majelis ilmu untuk memperkaya pemahamannya tentang syariah Islam, berdiskusi bersama dan sebagainya. Seiring berjalannya waktu, semakin kuat keimanan dan dorongan mereka untuk belajar Islam. Tentu saja pemahaman tentang syariah Islam yang semakin luas dan betapa istimewanya syariah Islam dan makin rindu pada penerapan syariah Islam di muka bumi milik Allah ini. Mereka akan siap membela syariah Islam dengan menyampaikan kebenaran-Nya.  


Ketiga. Mengasah akal anak untuk berpikir yang benar. Orang tua haruslah memberikan informasi yang benar yang tentu saja bersumber dari ajaran Islam yaitu Al-Qur'an dan as-Sunnah. Informasi ini dijadikan pijakan dalam menilai berbagai informasi yang di dapat. Peran ayah dan ibu amat sangat penting dalam merangsang anak menggunakan akalnya untuk berpikir dengan benar. Seorang ayah wajib mengetahui dan memahami akan tugas dan kewajibannya sebagai kepala keluarga, begitu juga dengan peran seorang ibu, wajib mengetahui dan memahami akan tugas dan kewajibannya sebagai madrasah pertama dan utama. 


Keempat. Memahamkan kepedulian terhadap permasalahan umat dan kewajiban menawarkan solusi Islam dengan menjadikan dakwah sebagai poros kehidupan. Untuk memperjuangkan dan membela Islam, umat Islam harus melakukan dakwah ke tengah-tengah umat, karena dakwah adalah kewajiban kaum muslim. Sudah seharusnya umat Islam menjadikan dakwah sebagai poros kehidupan. Dengan begitu mereka menjadi para pembela Islam terpercaya. Sebagaimana Allah SWT. memerintahkan kepada umat Nabi Muhammad saw. untuk menjaga diri dan keluarga mereka dari api neraka. (QS at-Tahrim [66]: 6).


Kelima. Memberikan teladan bagi anak. Anak membutuhkan teladan yang baik bahkan hingga mereka dewasa. Sudah seharusnya orang tua selalu memberi contoh yang baik kepada anak bagaimana menjadi pembela Islam terpercaya, memberikan teladan bahwa setiap aktivitas apapun menjadikan Islam sebagai patokan, maupun pada saat dalam berpikir dan berdiskusi selalu menjadikan Islam sebagai rujukan.


Keenam. Taqarrub kepada Allah. Banyak hal yang bisa dilakukan bersama anak-anak untuk makin dekat kepada Allah SWT., seperti salat sunnah, memperbanyak dzikir, berdoa, shaum sunnah, tilawah al-Qur'an dan banyak muhasabah. Dengan mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah berarti kita telah mengundang bantuan, pertolongan dan pemeliharaan dari Diri-Nya. Rasulullah saw. bersabda : "Pada setiap malam Tuhan kami Yang Mahasuci dan Mahatinggi turun (ke langit dunia) ketika tinggal sepertiga malam yang akhir. Ia berfirman, "Siapa saja yang berdoa kepada Diri-Ku, Aku akan memperkenankan doanya. Siapa saja yang meminta kepada Diri-Ku, Aku akan mengabulkan permintaannya. Siapa meminta ampunan kepada Diri-Ku, Akupun akan mengampuni dia" (HR al-Bukhari Muslim). 


Islam memiliki sistem pendidikan terbaik yang mampu menghasilkan para generasi penerus peradaban berkualitas yang memiliki kepribadian Islam dan menjaga lingkungan dalam sistem pendidikan Islam. Dalam asuhan Islam, pemuda tumbuh menjadi generasi penerus peradaban terbaik serta berkontribusi positif terhadap negara. Dan dalam naungan sistem Islam pelajar akan dan pasti terkondisikan untuk menjadi insan yang memiliki kepribadian dan pola berpikir yang Islami, serta meskipun para pelajar yang melakukan tawuran tersebut non muslim, pastinya juga memiliki kepribadian yang baik juga.


Wallahualam bissawab

Post a Comment

Previous Post Next Post