Kontroversi nikuba yang dilirik oleh negara asing usai diabaikan oleh negara sendiri, memang bukan pertama kalinya terjadi di Indonesia. Banyak penemuan-penemuan anak bangsa yang dipandang sebelah mata oleh Pemerintah. Bahkan, penemu alat pengubah air menjadi bahan bakar kendaraan (Nikuba), Aryanto Misel mengumumkan dirinya tak butuh bantuan pemerintah terkait pengembangan atas inovasinya itu.
Ia mengungkapkan kekecewaannya kepada pemerintah yang dianggap telah mengucilkannya selama ini. "Saya tidak butuh mereka, saya sudah dibantai habis, tidak mau," ucapnya.
Bukan hanya Ariyanto saja, Surono Danu seorang petani asal Nambah Dadi di Kecamatan Terbangi Besar, Kabupaten Lampung juga berhasil menemukan bibit padi unggul lokal yang hanya berbekal ketajaman mata dan alat penjepit atau pinset. Dalam meneliti bibit padi, Surono tak pernah meminta atau menerima imbalan, bahkan beberapa negara mencoba menawarkan kerja sama dengan Surono Danu, ditolak. Surono hanya ingin mewujudkan kedaulatan pangan yang ada di Indonesia
Tak hanya dua bapak-bapak hebat tersebut, tiga mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Brawijaya (UB) Malang juga turut menemukan obat oles alternatif untuk pengobatan kanker mulut yang terbuat dari bahan baku berupa ekstrak daun kemangi. Namun, hal ini masih dalam observasi lebih lanjut dan belum ada perhatian pemerintah atas hal ini
Masih banyak lagi penemuan anak bangsa lainnya yang begitu membanggakan, tapi bukan itu permasalahannya melainkan setelah penemuan hebat tersebut malah tidak difasilitasi negara dalam riset lanjutan atau pengembangannya. Sehingga gagasan hebat yang ada hanya bagai semilir angin berlalu tanpa adanya perhatian pemerintah atas hal ini.
Padahal, untuk menemukan ide-ide hebat tidak semudah itu, ada banyak hal yang harus dilakukan dan dikorbankan demi tercapainya ide hebat tersebut. Akan tetapi, negara sepertinya memang memiliki kebiasaan buruk ini karena SDM yang berkualitas selalu tidak mendapat perhatian negara. Dan hanya diapresiasi sekenanya saja tanpa ada sikap serius untuk menindaklanjuti.
Alih-alih memberikan modal riset dan penghargaan, dilirik pun bahkan tidak, karena penemuan atau inovasi sering berbenturan dengan kepentingan para pengusaha. Pemerintah takut ambil sikap karena adanya cengkraman dari pengusaha dalam sistem kapitalis yang menjerat. Sehingga, jika berpihak pada penemuan anak bangsa akan menutup keran pemasukan pengusaha yang menyebabkan macet pula pundi-pundi rupiah yang diberikan kepada penguasa.
Memang sarkas, akan tetapi demikianlah kenyataannya. Negara lebih banyak berpihak pada pengusaha dibanding rakyatnya. Karena lagi-lagi, pengusaha adalah penyokong dana besarnya untuk duduk di kursi pemerintahan saat ini, sehingga setiap kebijakan yang akan diambil tak ada lagi integritas dan independennya sama sekali, karena sudah tercampur oleh perjanjian terikat dalam kapitalis yang menjerat.
Begitulah, sistem kapitalisme yang menjerat budak-budaknya dengan naungan materi tanpa batas, sehingga nurani pun kandas. Hal ini sangat berbanding terbalik dengan sistem Islam yang mana, negara membutuhkan inovasi dari rakyatnya dalam upaya menjadi negara adidaya yang terdepan. Jadi, tak hanya ekonomi yang independen, tetapi juga seluruh inovasi yang ada akan sangat disokong keberadaan oleh negara.
Karena dengan adanya inovasi yang terbarukan bisa menaikkan laju ekonomi yang ada, walaupun awalnya harus mengorbankan dana yang cukup fantastis. Namun, beginilah mulianya Islam yang sangat menghargai para ilmuwan dan tak segan mendorong mereka pada pengembangan teknologi. Karena dengan dukungan dan sokongan yang mumpuni pasti akan menghasilkan ide-ide hebat nan brilian, yang akhirnya mampu menciptakan inovasi-inovasi hebat yang unggul di bidangnya.
Wallahhu'alam bishawab.
Post a Comment