PELECEHAN AL-QUR’AN TERUS BERULANG KOK BISA?


Oleh: Khaizuran

Al-qur’an adalah kitab suci umat Islam yang begitu sakral, siapapun termasuk umat Islam pasti akan marah ketika kitab sucinya dilecehkan. Sudah berulang kali Al-qur’an dilecehkan terlebih di negara yang minoritas muslim.

Seperti yang terjadi di Swedia beberapa waktu lalu, Sebelum nya pelecehan Al-qur’an dilakukan oleh Erasmus Paludan di Swedia kali ini hal yang sama dilakukan juga oleh Salwan Momika.

Dilansir dari BBC.com. Aksi pembakaran Al-qur’an kembali terjadi di Swedia, kali ini berlangsung ditengah perayaan idul adha. Aksi yang dilakukan atas nama kebebasan berpendapat dan berekspresi ini kemudian menuai kecaman di seluruh dunia.

Pembakaran Al-qur’an di Swedia bukanlah kali pertama, terulangnya kasus ini ini menjadi bukti bahwa pemerintah swedia tidak serius menanganinya meskipun telah mendapat kecaman dan peringatan dari negara-negara lain. 

Bukan hanya dibiarkan pemerintah Swedia juga memberikan izin, ini dilihat dalam kasus Paludan yang mendapatkan pengawalan polisi baik di Swedia maupun pelecehan Al-Qur’an yang dilakukannya di Denmark.

/Islamofobia dan hipokrisi barat Barat atas nama Ham
Aksi pelecehan yang kerap tejadi di Swedia adalah tanda meningkatnya kebencian pada ajaran Islam di dunia. PBB pada tahun 2021 menyebutkan tingkat kebencian tehadap Islam terus meningkat. Tercatat 4 dari 10 orang di Eropa memiliki pandangan negatif tehadap muslim.

Kebencian terhadap Islam juga menunjukan Islamofobia akut di barat, hal ini tidak bisa lepas dari propaganda war on terrorism dan deradikalisasi ajaran Islam yang dilancarkan barat pimpinan AS pasca tragedi 9 september di tahun 2001. Sebab peristiwa ini AS menuduh al-Qaedah berada dibalik serang tersebut, meskipun begitu banyak pihak yang meragukan dan mengungkap kejanggalan keruntuhan gedung WTC akibat serangan teroris.

Pelecehan terhadap Islam seperti yang dilakukan oleh Salwan Momika ini tentunya menjadi suatu hal yang biasa bagi mereka, sebab sistem demokrasi yang diterapkan telah menjamin kebebasan termasuk kebebasan berbicara. 

Kebebasan berpendapat dan hak asasi manusia yang diagungkan  dalam sistem demokrasi kerap kali dijadikan dalih untuk melecehkan ajaran Islam, sedangkan disisi yang lain hal ini tidaklah berlaku bagi umat Islam, sebut saja nasib kaum muslim di Palestina dan Rohinya apakah pernah dilirik bagi negara pengagung demokrasi dalam kelembagaan PBB? Rasa-rasa nya tidak ada inilah hipokrisi yang ditunjukan oleh negara-negara barat. Misalnya juga di negara barat yang lain kaum muslimah dilarang menggunakan cadar bahkan kerudung.

Selain itu sikap umat Islam tehadap pelecahan ajaran Islam oleh negara-negara barat bukanlah berupa kecaman saja tapi tindakan yang mampu membuat mereka berhenti melakukan pelecehan tehadap Islam. Sayangnya dalam sistem sekuler-demokrasi hari ini menghasilkan pemimpin-pemimpin yang tidak punya sikap demikian, sebab mereka juga tunduk dibawa sistem ini yang pemegang gemboknya adalah barat  sendiri.

Sedangkan di dalam Islam tindakan membakar al-Qur’an dengan tijuan menghinakannya adalah dosa besar. Jika pelakunya muslim maka ia telah kafir. Qadhi Iyadh menyatakan, “Ketahuilah siapa yang merendahkan al-Qur’an atau tehadap mushaf, sesuatu yang ada dalam al-Qur’an, atau mencela keduanya maka ia telah kafir berdasarkan ijmak kaum muslim,” (Asy-Syifa bi Ta’rif Huquq al-Musthafa, 2/110)

Dalam sistem Islam juga jika pelakunya adalah  kafir dzimmiy dan yang terikat perjanjian dengan kaum muslim, maka tindaknnya telah membatalkan perjanjiannya dan hilang pula jaminan kemanan bagi si pelaku sehingga dapat dijatuhi hukuman mati. Demikianlah pendapat dari Imam asy-Syafii (Ash-Sharim al-Maslul’ala Syatim ar-Rasul , hlm 13)

Begitu juga bagi negara-negara kafir yang mendukung dan melindungi para penista al-Qur’an, kaum muslim akan memutus hubungan diplomatik dengan mereka bukan sebaliknya. Bukan hanya memutus hubungan diplomatik tetapi juga mengancam untuk menyerang segala kepentingan mereka. Seperti dalam sejarah Khalifah Sultan Abdul  Hamid II mengultimatum Inggris dan Perancis yang menghina Rasulullah melalui pementasan drama lantas mereka ketakutan dan menghentikannya.

Begitulah sikap seorang pemimpin dalam Islam seharusnya bukan lembek dan bahkan tidak berani melakukan tindakan yang tegas bahkan hanya retorika tanpa aksi nyata. Inilah pentingnya kaum muslim memiliki kepemimpinan yang menjadi perisai dan pelindung agama sebagaimana Sabda Rasulullah Saw:
“Sesungguhnya Imam (Khalifah) itu laksana perisai. Orang-orang akan berperang di belakangnya dan berlindung kepada dirinya (HR al-Bukhari dan Muslim)
Maka untuk mengentikan penistaan dalam bentuk apapun terhadap Islam kita butuh kepemimpinan Islam yang kaffah yang menghasilkan pemimpin yang mampu menjadi perisai bagi kita.

Post a Comment

Previous Post Next Post