(Aktifis Muslimah Peduli Ibu dan Generasi wilayah Wonosari Tamora)
Pembakaran Al Qur’an kembali terjadi. Aksi yang dilakukan atas nama kebebasan berpendapat dan berekspresi ini kemudian menuai kecaman di seluruh dunia, termasuk Indonesia – negara dengan populasi Muslim terbesar dunia.
Pemerintah Indonesia mengecam keras aksi tersebut dan sejumlah kalangan, termasuk MUI dan warganet, mengutuknya. Kementerian Luar Negeri Indonesia dalam cuitannya “mengecam keras aksi provokatif” dan menyatakan “tindakan ini sangat mencederai perasaan umat Muslim dan tidak bisa dibenarkan. “Kebebasan berekspresi harus pula menghormati nilai dan kepercayaan agama lain. Indonesia bersama negara anggota OKI [Organisasi Kerja sama Islam] di Swedia telah sampaikan protes atas kejadian ini,” demikian pernyataan yang ditulis akun @Kemlu_RI.
‘mengecam’ solusikah?
Video pembakaran Al-Qur’an terbaru ini mendapat ragam reaksi dari warganet di akun YouTube BBC News Indonesia, dengan lebih dari 300 komentar. Sebagian warganet merespons dengan sumpah serapah. Tapi sebagian lainnya, menanggapinya lebih tenang.
Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII), Profesor Komaruddin Hidayat, ikut merespons aksi pembakaran Al-Qur’an kesekian kalinya di Swedia.
“Al-Qur'an tidak akan hilang dan tetap hidup dalam perjalanan sejarah manusia,” katanya kepada BBC News Indonesia, Jumat (30/06).Sebagai Muslim yang menjadi inspirasi, menurut Prof Komaruddin sebaiknya insiden ini “Tidak usah direspons dengan marah-marah”.
Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional (HLNKI), Sudarnoto Abdul Hakim, mengatakan pemerintah Swedia harus segera merespons kecaman dunia soal aksi pembakaran Al Quran yang dilakukan oleh warga negaranya.
"Apabila Pemerintah Swedia tidak merespons kecaman dari berbagai negara, termasuk Indonesia, maka dengan sendirinya kepercayaan internasional akan merosot," kata Sudarnoto dilansir dari situs resmi mui. Jumat, 30 Juni 2023.
Dari sini kita bisa melihat bahwa sebatas kecaman saja tidak cukup mengatasi islamofobia yang merajalela. Butuh upaya sistematis dan nyata yang dapat menumpas islamofobia sampai ke akarnya.
Kekuatan Umat bersatu
Sepanjang sejarah menggambarkan begitu besar kebencian kafir terhadap islam dan umatnya, mereka menyadari kekuatan muslim apabila bersatu dan berpegang teguh pada agama Allah swt dan pedomannya yaitu Alquran. Islam menjadi ancaman terbesar bagi kafir penjajah sehingga mereka akan melakukan segala cara untuk melemahkannya.
Dan islamofobia inilah racun untuk melemahkan pemikiran kaum muslimin. Kaum muslim akan takut akan islamnya sendiri, atau lebih parahnya ‘tidak perlu marah-marah’ kalau alquran dibakar atas nama kebebasan berpendapat, Miris.
Ini tidak bisa diselesaikan hanya dengan kekuatan individu seorang, harus ada pelindung atau perisai yang akan menjaga darah dan kehormatan kaun muslim.
Sejarah emas islam membuktikan bahwa Negara dengan system pemerintahan islam pernah menguasai dua pertiga dunia. Mampu mencetak peradaban gemilang dan menjaga kehormatan islam dan Alquran. Tidak menunjukkan pembelaan apalagi bersikap santai seolah tidak terjadi apapun terhadap penghancuran pemikiran islam bahkan pembakaran kitab suci Alquran.
Umat islam harus sadar bahwa mereka punya identitas kemuliaan yang disematkan Allah swt sebagai umat terbaik dengan menerapkan islam kaffah, umat harus memperjuangkan kembalinya Negara yang mampu melindungi islam dan umatnya. Wallahua'lam bisshawaf
Post a Comment