Menyoal Lemahnya Ketahanan Pangan di Indonesia

Oleh: Arbiah, S.Pd

Indonesia mendapat julukan sebagai Zamrud Khatulistiwa. Karena wilayah Indonesia yang berada tepat di garis khatulistiwa dengan tingkat curah hujan cukup tinggi. Sehingga menjadikan tanahnya subur. Bahkan kesuburannya digambarkan dalam sepenggal lirik “Tongkat Kayu dan Batu Jadi Tanaman”. Oleh karena hijaunya bumi Indonesia, maka negara kita mendapat julukan sebagai Zamrud Khatulistiwa, yaitu permata berwarna kehijauan.

Julukan itu tak seindah nan nyata dengan keadaan negeri hari ini. Faktanya Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi mengatakan, swasembada pangan merupakan tantangan besar. Negara hanya mengucurkan 0,6 persen dari total anggaran negara untuk bidang pangan.

Berdasarkan Global Food Security Index, indeks ketahanan pangan Indonesia berada di level 60,2 pada 2022. Angka tersebut lebih tinggi dari capaian 2020-2021 yang belum menembus level 60,0. Adapun, indeks ketahanan pangan nasional tertinggi terjadi pada 2019 atau hingga 62,6. Sebagai informasi, indeks ketahanan pangan GFSI diukur berdasarkan keterjangkauan harga pangan; ketersediaan pasoka, kualitas nutrisi, dan keberlanjutan dan adaptasi.

Pada tahun lalu, GFSI menilai harga pangan di Indonesia cukup terjangkau dibanding negara-negara lain. Hal ini terlihat dari skor affordability Indonesia yang mencapai 81,4, cukup jauh di atas rata-rata Asia Pasifik yang skornya 73,4. Namun, ketersediaan pasokan pangan Indonesia dinilai kurang baik dengan skor 50,9. Kualitas nutrisi juga hanya mendapat skor 56,2, sedangkan keberlanjutan dan adaptasi skornya 46,3. Di tiga indikator ini ketahanan Indonesia dinilai lebih buruk dibanding rata-rata negara Asia Pasifik (Katadata.co.id, 02/06/2023).

Ketahanan pangan adalah persoalan penting bagi suatu bangsa karena berkaitan erat dengan kualitas SDM. Sayangnya hal ini masih belum diperhatikan secara serius oleh Indonesia. Ketahanan pangan merupakan sumber utama untuk keberlangsungan manusia karena kualitas SDM dilihat dari kualitas pangan negeri ini.

Mirisnya Indonesia dengan julukan zamrud khatulistiwa seharusnya mampu menyediakan pangan yang berkualitas, murah dan mudah diperoleh. Indonesia juga dijuluki dengan negara maritim, namun tidak mampu menyediakan pangan yang berkualitas bagi rakyat negeri ini. Ada apa dengan negeri yang subur nan luas ini tidak mampu menyediakan pangan yang berkualitas?

Benar, untuk mewujudkan ketahanan pangan membutuhkan anggaran yang cukup dan teknologi untuk dapat memanfaatkan lahan sebagai sarana untuk mewujudkannya. Negara seharusnya mampu mewujudkan hal itu demi keberlangsungan rakyat negeri ini. Negara juga harus serius dalam mengurusi lemahnya ketahanan pangan negeri ini.

Tetapi faktanya adalah kebijakan pangan di negeri ini bertumpu pada sistem ekonomi neoliberal. Sistem yang condong pada kepentingan kapital yaitu pemilik modal yang menjadi biang carut-marutnya pengelolaan pangan negeri ini. Sistem ini melegalkan kapitalisasi dan liberalisasi seluruh sektor yang menjadi kebutuhan hidup rakyat termasuk sektor pertanian. Alhasil para korporasi raksasa dengan mudah dan cepat menguasai lahan pertanian karena dipandang memiliki kemampuan. Sehingga berdiri lah perusahaan raksasa yang menguasai sektor pertanian dari hulu hingga ke hilir. Disamping juga negara tidak bertanggung jawab dalam menjamin pemenuhan kebutuhan pangan rakyatnya.

Pasalnya tata kelola pangan dan pertanian negeri ini lahir dari sistem kehidupan sekuler kapitalisme telah mengaburkan dan menihilkan visi politik pangan. Pangan tak lagi dikelola untuk menyejahterakan rakyat dan menjamin kedaulatan pangan tetapi untuk memenuhi ambisi rakus para kapital.

Persoalan pangan adalah personal keberlangsungan hidup rakyat. Sebab lemahnya ketahanan pangan negeri ini akan berdampak pada SDM yang tidak berkualitas. Sebut saja permasalahan stunting di negeri yang belum terselesaikan, kemiskinan yang terus meningkat, kelaparan, mahalnya pangan dan lain-lainnya. Jika berharap pada sistem ekonomi kapitalisme neoliberalis saat ini hanya akan mendapatkan kekecewaan sebab solusi yang ditawarkan pun hanyalah solusi tambal sulam. Sedangkan berharap pada penguasaan hanya kekecewaan dan sakit hati sebab penguasa hanya bertindak sebagai regulator.

Oleh karena itu Islam lah satu-satunya solusi terbaik dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan ini. Islam menjadikan pembentukan SDM berkualitas sebagai hal penting, demikian juga kesejahteraan seluruh rakyatnya. Karena Islam satu-satunya sistem yang manusiawi yang mampu memberikan kesejahteraan kepada rakyatnya secara kaffah. Islam lah sistem yang mampu menyediakan pangan dan mendistribusikan secara merata dan menyeluruh.

Islam akan menjalankan politik ekonomi Islam dalam pengelolaan pangan dan pertanian secara politik syariah. Islam menetapkan seorang penguasa wajib bertanggung jawab secara penuh dalam pengurusan hajat publik. Hal ini ditegaskan oleh Rasulullah Saw dalam hadits beliau, "Sesungguhnya seorang penguasa adalah pengurus (urusan rakyatnya) dan bertanggung jawab terhadap rakyat yang diurusnya."

Tanggung jawab sebagai raain (pelayan) dan junnah (pelindung) mutlak diemban oleh penguasa tanpa dialihkan oleh pihak lain seperti korporasi/perusahaan dagang. Ada dua hal utama yang dilakukan oleh Islam. Pertama, Islam bertanggung jawab menjamin berjalannya proses produksi dan menjaga stok pangan. Kedua, pada aspek distribusi dan stabilitas harga. Islam mengharamkan negara untuk mematok harga. Justru oleh Islam dibiarkan mengikuti mekanisme pasar, supply and demand. Ketika zaman nabi, saat harga barang-barang naik, para sahabat datang kepada Nabi SAW meminta agar harga-harga tersebut dipatok, supaya bisa terjangkau. Tetapi, permintaan tersebut ditolak oleh Nabi seraya bersabda, "Allah-lah yang Dzat Maha Mencipta, Menggenggam, Melapangkan rezeki, Memberi rezeki dan Mematok harga."(HR Ahmad dari Anas). Dengan begitu, Nabi tidak mau mematok harga, justru dibiarkan mengikuti mekanisme supply and demand di pasar. (KH Hafidz Abdurrahman, MA., Peradaban Emas Khilafah Islamiyah).

Tanggung jawab penuh dari penguasa Islam akan menjamin pemenuhan pangan rakyat secara merata, mencukupi dan harganya pun terjangkau. Dukungan total dalam berproduksi akan menggairahkan petani dalam bertani. Distribusi yang dikawal akan menciptakan pasar yang sehat sehingga apabila pengurusan pangan dalam negeri telah dikelola dengan baik maka kebutuhan rakyat akan terpenuhi. Pasalnya Islam memiliki metode terbaik untuk mewujudkannya dengan berbagai sistem kehidupan yang diatur oleh Islam.

Wallahu'alam Bishawwab.

Post a Comment

Previous Post Next Post