Oleh Erni Apriani
Aktivis Muslimah
Fenomena baru-baru ini terjadi penyakit mematikan yang diakibatkan oleh hewan ternak. Seperti yang diberitakan media online Jakarta, CNN Indonesia -- Penularan antraks terhadap puluhan warga Kabupaten Gunungkidul, DI Yogyakarta jadi buah bibir. Tradisi brandu disebut-sebut sebagai biang kerok masifnya penularan. Kementerian Pertanian menyebut tradisi brandu atau purak jadi salah satu faktor yang meningkatkan risiko penularan antraks di sana. Pemotongan sapi atau kambing yang sakit atau mati berkaitan dengan tradisi purak atau brandu. (7/7/2023).
Tradisi memakan bangkai hewan ternak membuat kasus penyakit antraks terus bermunculan di Gunungkidul. Sapi dan kambing yang telah sakit hingga mati menjadi bahan makanan oleh warga setempat, sehingga menyebabkan bakteri yang menular dari hewan ke manusia tidak dapat dihentikan. Hal ini terjadi karena tingginya tingkat kemiskinan di daerah tersebut yang membuat akses pendidikan dan kesehatan tidak memadai. Kebodohan yang membelenggu atas kepercayaan terhadap adat istiadat, menjadikan kebiasaan antar warga untuk mengkonsumsi bangkai hewan.
Kemiskinan masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan, menjadikan alasan tradisi mengkonsumsi bangkai hewan terus berlangsung demi bertahan hidup. Padahal dalam sebuah hadits, sungguh Rasulullah saw. memutuskan tidak boleh mencelakakan diri sendiri dan orang lain (HR. Ibnu Majah).
Islam melarang manusia untuk mengkonsumsi bangkai hewan, karena membahayakan kesehatan hingga menyebabkan kematian. Seperti pada firman Allah Swt.
"Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, dan (daging) hewan yang disembelih bukan atas (nama) Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu sembelih." (QS: Al-Maidah: 3).
Perilaku menyimpang ini adalah hasil dari Islam yang tidak disertakan dalam mengatur setiap kehidupan. Sistem bobrok sekulerisme telah berhasil menghapus jati diri kaum muslim sebagai hamba Allah yang berilmu dan bertakwa. Menjauhkan manusia dari aturan agama Islam hanya akan menghasilkan kerusakan pada segala aspek. Penguasa semakin abai dalam mengurus rakyat. Saat ini yang menjadi dominan tenaga kerja adalah orang asing, bukan rakyat pribumi sendiri.
Kemudian dalam Islam kesehatan merupakan pelayanan yang merupakan kewajiban negara. Kini dalam sekulerisme pelayanan kesehatan menjadi industri untuk meraup pundi-pundi keuntungan. Harusnya negara berperan dalam meriayah atau pengatur urusan rakyat dan pelindung rakyat. "Setiap kamu adalah pemimpin. Setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dia pimpin," Sabda Rasulullah saw. dalam Al Bukhari dan Imam Muslim. Ini menunjukan kewajiban yang ada dipundak penguasa adalah meriayah rakyatnya. Di dalam syariah Islam negara menjamin pelayanan kesehatan dan lapangan kerja luas untuk seluruh umatnya. Negara memfasilitasi akses pendidikan dan pekerjaan yang memadai.
Maka dari itu yang harus kita lakukan sekarang adalah mengkaji Islam lebih dalam agar menjadi muslim yang berilmu dan beriman benar serta berkepribadian Islam. Kemudian melakukan amar ma'ruf nahi munkar di tengah-tengah umat untuk menerapan syariat Islam sebagai solusi seluruh problematika di dunia. Dengan Islam maka ketakwaan individu akan tercipta, pemahaman akan menjalankan seluruh aspek kehidupan di bawah naungan hukum-hukum Islam. Serta adanya kontrol masyarakat dalam melakukan amar ma'ruf dan negara sebagai pelaksana hukum yang akan mengurus rakyat dan menjalankan sistem sanksi bagi siapa saja yang menyimpang.
Wallahualam bissawab
Post a Comment