Oleh Sumiati
Pendidik Generasi dan Pegiat Literasi
Makanan sehat dan bergizi, dalam sistem kapitalis tentu tidak murah. Tidak semua orang bisa menikmatinya. Ada yang berlebih, ada yang sangat kekurangan.
Dikutip oleh Tribun Jogja. Terungkap alasan warga Gunung Kidul makan sapi yang sudah dikubur. Petugas Balai Besar Veteriner Yogyakarta, saat akan mengambil sampel yang tercemar virus di Padukuhan Jati, Kelurahan Candirejo, Semanu, Rabu 05/07/2023. Sementara itu, Kepala Bidang Kesehatan Hewan Gunung Kidul, Retno Widyastuti menyatakan, berdasarkan penelusuran, terdapat enam sapi dan enam kambing yang terkonfirmasi antraks sejak November 2022 lalu. Dinas terkait menelusuri penyebaran antraks usai seorang warga Padukuhan Jati meninggal dunia di RS Sardjito, Yogyakarta dalam kondisi positif antraks. Warga diduga terjangkit antraks setelah mengonsumsi daging ternak yang sakit. Hal ini diduga akibat mengikuti tradisi Mbrandu atau purak, di mana masyarakat menyembelih hewan yang mati atau kelihatan sakit dan membagi-bagikan, disebut menjadi faktor yang paling meningkatkan risiko terjadinya kasus antraks.
Dalam sistem kapitalis ini, di mana masyarakat diberikan kebebasan sebebas-bebasnya dalam menjalani kehidupan. Menjadikan masyarakat tak terkendali. Baik memilah tradisi yang boleh atau pun tidak menurut hukum syarak, atau dalam hal beragama. Begitu pun dalam hal menjaga kesehatan mereka dari mengonsumsi makanan yang berbahaya bagi kesehatannya. Hal ini, bukan hanya masyarakat semakin tidak terjaga kesehatannya, hal ini pun nampak semakin jelas, jika penguasa tidak hadir di tengah-tengah masyarakat. Artinya, tidak mengurus secara serius dalam hal pangan mereka. Jangankan memikirkan, apakah yang dikonsumsi masyarakat itu barang halal atau haram. Dari sisi kesehatan pun tak diperhatikan. Bukan menjadi prioritas pembahasan atau pengurusan mereka. Tetapi sayangnya, saat tragedi sudah terjadi, barulah ribut ini dan itu, padahal, harusnya, pencegahan yang diutamakan.
Dalam hal makanan, berbeda dengan pandangan Islam. Bahwa makanan diatur oleh Allah Swt. dalam firman-Nya: Allah berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 168. Artinya: Wahai manusia, makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu. (Q.S Al-Baqarah: 168)
Begitu pun dalam sebuah hadits, dari Abu Hurairah ra, dia berkata: Rasulullah saw bersabda: "Sesungguhnya Allah Maha Baik dan tidak menerima kecuali yang baik. Dan sesungguhnya Allah Swt. telah memerintahkan kepada kaum mukminin dengan sesuatu yang Allah perintahkan pula kepada para rasul. Maka Allah subhanahu wa ta'ala berfirman: "Wahai para rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik dan kerjakanlah amal shalih." (Al-Mu'minun; 51). Dan Allah Swt. berfirman: "Wahai orang-orang yang beriman, makanlah kalian dari rezeki yang baik-baik yang telah Kami berikan kepada kalian." (al-Baqarah: 172). Kemudian Rasulullah saw. menyebutkan seseorang yang melakukan perjalanan panjang dalam keadaan dirinya kusut dan kotor, dia menengadahkan kedua tangannya ke langit seraya berdoa: "Wahai Rabb-ku, wahai Rabb-ku," namun makanannya haram, minumannya haram dan pakaiannya haram dan kenyang dengan sesuatu yang haram, lalu bagaimana mungkin doanya akan dikabulkan?" (HR Muslim).
Demikianlah Islam mengatur urusan makanan. Bahkan peran negara sangat penting dan mendukung masyarakat untuk taat kepada Allah Swt. dalam segala aspek.
Wallahu a'lam bishshawab
Post a Comment