Aktivis Muslimah
Indonesia sebagai salah satu negara pengemban ideologi kapitalis yang berasaskan demokrasi pancasila yaitu dengan menggabungkan prinsip-prinsip demokrasi dengan nilai-nilai pancasila yang mencakup persatuan, keadilan, keseimbangan, kebebasan dan kebhinekaan, untuk menciptakan sistem pemerintahan yang menjungjung tinggi nilai-nilai moral, etika dan keadilan dalam konteks Indonesia. Seharusnya dengan segudang fasilitas yang menjanjikan untuk kepentingan dan kesejahteraan rakyat mampu membuat rakyat percaya dan mendukung sepenuhnya terhadap pemerintah dan jajarannya, karena dalam demokrasi menganggap suara rakyat adalah suara Tuhan, yang artinya bahwa segala keluhan dan keinginan rakyat didengar dan dilaksanakan dengan segera dan sepenuh hati oleh pemerintah yang diwakili oleh partai dan DPR sebagai wakil dari inspirasi suara rakyat.
Namun ternyata hasil survei Peneliti Utama Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi secara online membeberkan bahwa kepercayaan publik terhadap Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan partai politik masih rendah. Terhadap DPR yaitu cukup percaya 61,4 persen, yang sangat percaya 7,1 persen dan yang kurang percaya 26,6 persen, sedangkan kepercayaan publik terhadap partai politik paling rendah di antara lembaga lain yaitu yang kurang percaya mencapai 29,5 persen. (Kompas.com Minggu, 2/7/2023)
Tentu saja hal tersebut menjadi tanda tanya besar mengapa bisa seperti itu? Padahal di Indonesia begitu banyak partai yang berdiri menjanjikan beribu janji manis kepada rakyat saat kampanye untuk mendulang serta merangkul simpatisan dan suara rakyat terbanyak, yang berarti semakin banyak pula seharusnya calon legislatif yang duduk di meja DPR untuk mewakili inspirasi rakyat, tetapi sayangnya seakan sudah menjadi tradisi dalam sistem kapitalis rakyat disebut dan diingat hanya pada saat musim kampanye, karena mereka butuh untuk mendulang suara terbanyak yang dibuai dengan segudang janji manis jika mereka menang akan berjuang memenuhi semua kebutuhan rakyatnya.
Namun sayangnya janji hanya tinggal janji seperti kacang lupa kulitnya, habis manis sepah dibuang setelah mereka menang rakyat dilupakan, bukannya berjuang membuktikan janji manis mereka, malah seringkali mengeluarkan kebijakan yang tidak berpihak kepada rakyat malah tambah menyengsarakan rakyat.
Jangankan untuk membantu menyejahterakan rakyat, jeritan rakyat yang demo memperjuangkan hak-hak mereka tidak didengar, hanya dianggap angin lalu mereka lupa bahwa melalui suara rakyat mereka bisa duduk manis di kursi DPR dan menikmati segudang fasilitasnya. Belum lagi ditambah kasus korupsi yang merajalela di segala lini pemerintahan mengambil hak-hak rakyat kecil, mahalnya semua fasilitas publik pendidikan dan kesehatan, susahnya mencari lapangan pekerjaan ditambah dicabutnya subsidi BBM yang semakin membuat rakyat menderita dan terpuruk.
Namun itulah potret buruk penerapan sistem kapitalis buatan manusia yang syarat dengan kepentingan dan materi, pemerintah bertindak hanya sebagai regulator dengan rakyatnya, semua fasilitas publik diarahkan untuk menghasilkan materi, sehingga dalam sistem ini rakyat dibuat yang miskin semakin miskin yang kaya semakin kaya, sehingga ada kesenjangan ekonomi dalam sistem ini, masihkah kita mau mempertahankan sistem yang rusak dan merusak ini?
Tentu saja berbanding terbalik dengan sistem Islam yang datang dari Sang Pemilik Kehidupan, yaitu sebagai pencipta sekaligus sebagai Sang Khalik yang memberikan manusia aturan hidup agar selamat dunia sampai akhirat. Dalam sebuah pemerintahan Islam standarnya adalah hukum syarak, dan pemimpin dalam Islam wajib meriayah seluruh rakyatnya memenuhi semua kebutuhannya melindunginya dari segala ancaman. Rasulullah mengingatkan dengan hadisnya bahwa "Kaum Muslim berserikat dalam tiga perkara yaitu padang rumput, air, dan api." (HR.Abu Dawud dan Ahmad). Dalam hadis ini ketiganya harta milik umum tidak boleh dimiliki oleh individu dan dimanfaatkan untuk kepentingan umat sehingga kesejahteraan akan terwujud jika kita menerapkan hukum Islam didalam kehidupan kita.
Wallahualam bissawab
Post a Comment