(Pemerhati Keluarga)
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Daryono, mengatakan, hasil analisis menunjukkan gempa terasa di Mahakam Ulu dan Samarinda. Gempa bumi ini terjadi di kerak dangkal. Pusat gempa terletak di koordinat 1.117 LU dan 114.99 BT, atau tepatnya 47 kilometer tenggara Mahakam Ulu di kedalaman 10 kilometer.
“Gempa dengan skala 4,6 ini dipicu aktivitas sesar aktif dengan mekanisme geser (strike-slip),” ujar Daryono dalam keterangan pers. Berdasarkan laporan masyarakat, getaran dirasakan nyata dalam rumah seakan-akan ada truk yang berlalu. Hingga Selasa, 20 Juni 2023, pemantauan BMKG belum menunjukkan aktivitas gempa bumi susulan. Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Mahulu, Agus Darmawan, juga mengatakan bahwa belum ada laporan kerusakan material dan korban luka.
Gempa bumi sendiri sebenarnya dibagi menjadi tiga jenis menurut penyebabnya. Gempa bumi vulkanik, sesuai namanya, disebabkan aktivitas vulkanis seperti erupsi gunung berapi. Gempa bumi tektonik disebabkan pergeseran kulit bumi. Sementara gempa runtuhan disebabkan runtuhan bebatuan.
Di Indonesia, gempa paling banyak disebabkan pergeseran kulit bumi atau aktivitas tektonik.Sebenarnya, ketiga jalur lempeng Pasifik, Indo-Australia, dan Eurasia tidak melintasi Kalimantan. Pulau ini cenderung aman dari gempa. Kalimantan juga tidak dilewati sabuk vulkanik aktif, dan karenanya, tidak ada gunung berapi aktif sebagai penyebab gempa vulkanik. Namun demikian, bukan berarti pulau terbesar ketiga di dunia ini aman dari guncangan. Sejumlah gempa di Kalimantan telah dicatat BMKG dalam beberapa tahun terakhir. Uniknya, seluruh gempa yang melanda Kalimantan justru berjenis tektonik, yang ditimbulkan dari pergerakan lempengan bumi.
Pada 2019, Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, pernah menjelaskan, Pulau Kalimantan adalah satu-satunya pulau di Indonesia dengan tingkat aktivitas kegempaan relatif paling rendah. Dwikorita memaparkan, kondisi seismisitas Pulau Kalimantan yang relatif rendah ini berdasarkan sejumlah fakta. Di antaranya pertama, wilayah Pulau Kalimantan memiliki jumlah struktur sesar aktif yang jauh lebih sedikit daripada pulau-pulau lain di Indonesia.
Kedua, wilayah Pulau Kalimantan lokasinya cukup jauh dari zona tumbukan lempeng (megathrust), sehingga suplai energi yang membangun medan tegangan terhadap zona seismogenik di Kalimantan tidak sekuat dengan akumulasi medan tegangan zona seismogenik yang lebih dekat zona tumbukan lempeng.
“Dan ketiga, beberapa struktur sesar di Kalimantan kondisinya sudah berumur tersier sehingga segmentasinya banyak yang sudah tidak aktif lagi dalam memicu gempa,” jelasnya.
Negara kita sudah jelas rawan bencana. Untuk itu Negara harus melakukan upaya pendeteksian dini dan waspada akan bencana diseluruh wilayah daerah. Akan tetapi sejauh ini mitigasi bencana gempa masih seadanya dan tata kelolanya pun cenderung ala kadarnya. Minimnya prioritas anggaran Negara untuk antisipasi bencana, membuat tata kelola urusan rakyat lagi-lagi belum jadi visi utama para pemegang kebijakan.
Selain itu juga masih banyak rakyat yang tak paham mitigasi bencana. Karena tak memperoleh simulasi, seperti penyuluhan. Akibatnya, rakyat pun kembali menjadi korban. Tata kelola urusan rakyat yang ala kadarnya ini adalah buah dari penerapan system kapitalisme. Sistem ini memosisikan penguasa bukan sebagai pengurus urusan rakyat. Tetapi sebagai pengurus kepentingan korporasi. Dengan ini, bagi rakyat yang kaya mereka bisa dengan mudah membangun bangunan tahan gempa. Sementara yang miskin pasrah dengan tempat tinggal seadanya, dan sewaktu-waktu bisa roboh akibat guncangan kecil.
Negara Islam (khilafah) menggariskan kebijakan komprehensif yang tegak diatas akidah islam. Prinsip peraturan ini didasarkan pada syariat islam dan akan ditujukan untuk kemaslahatan rakyat. Khilafah wajib mengatasi terjadinya bencana alam. Khilafah akan menempuh 2 langkah strategi sekaligus yaitu, sebagai berikut.
Kebijakan Preventif
Kebijakan ini adalah kebijakan yang dilakukan sebelum terjadinya bencana. Tujuannya yaitu untuk mencegah atau menghindari penduduk dari bencana, seperti pembangunan sarana fisik. Dengan hal tersebut perspektif pembangunan berkelanjutan memberikan kontribusi bagi mitigasi dan kesiapan masyarakat untuk secara efektif menghadapi bencana alam. Khilafah bertindak tegas dalam kegiatan mitigasi ini, dan dalam aspek pembangunan infrastruktur. Serta pengaturan tata guna lahan dalam pemanfaatan lahan.
Penyediakan alokasi dana pun harus ditetapkan berdasarkan penilaian para ahli. Karena dikhawatirkan akan mengenai potensi bahaya dan potensi kerugian ketika terjadi bencana alam. Kemudian, khilafah juga akan siapsiaga dalam menyediakan logistic untuk menangani bencana alam. Seperti, cadangan strategi makanan, peralatan air,obat-obatan, dan kebutuhan lainnya. Membangun strategi jangka panjang dan jangka pendek, berupa pendidikan masyarakat, pelatihan, dan pembangunan system peringatan dini.
Kebijakan Kuratif
Kebijakan ini dilakukan pada saat pasca bencana terjadi. Pertama, me-recovery korban bencana agar mereka mendapat pelayanan yang baik selama dalam pengungsian. Kemudian, memulihkan kondisi spikis korban agar tidak depresi, stress ataupun dampak psikologis lainnya. Serta, memenuhi kebutuhan vital seperti makanan, pakaian, tempat tinggal yang memadai, obat-obatan, dan pelayanan medis lainnya. Kedua, me-recovery lingkungan tempat tinggal korban seperti kantor-kantor pemerintahan maupun tempat umum, tempat ibadah, rumah sakit,pasar dan lainnya harus segera diperbaiki. Khalifah juga akan merelokasi penduduk ke tempat lain yang lebih aman dan kondusif.
Demikianlah, langkah-langkah Khalifah menangani bencana. Keberhasilan penanganan bencana dalam Khalifah disebabkan oleh berpegang teguhnya pada syariat islam dalam menyelesaikan seluruh urusan rakyatnya.
Keberadaan potensi bencana alam yaitu ketetapan Allah. Selain itu, bisa jadi Allah menurunkan bencana alam tersebut sebagai peringatan manusia agar selalu menjauhi larangannya dan mendekakati apa yang diperintahkan-nya. Kemudian, harus ada upaya ikhtiar yang dilakukan manusia untuk menghindari keburukan yang dapat ditimbulkan. Serta manusia juga harus selalu bermuhasabah diri dan bertaubat kepada Allah Swt., agar terhindar dari kelalaian, musibah, dan segala maksiat ataupun kemungkaran. Selain itu, kita bisa meraih rida-nya. Wallahu a’alam bish-shawab.
Post a Comment