Stunting Mengapa Belum Berhenti?

 


Oleh : Ummu Hayyan, S.P.

(Aktivis Dakwah)


Sebanyak 597 Keluarga Resiko Stunting (KRS) di Kota Banjar mendapat bantuan pangan berupa 1 (satu) kilogram daging ayam serta sepuluh butir telur ayam. Bantuan tersebut akan diterima KRS selama tiga bulan, yaitu bulan April, Mei sampai bulan Juni.


Wali Kota Banjar dalam kunjungannya mengatakan bahwa stunting dapat dicegah dengan perencanaan kelahiran jumlah anak. Menurutnya, bagi keluarga yang sudah mempunyai tiga orang anak, Wali Kota menyarankan untuk mengikuti mengikuti program Kontrasepsi MOW maupun MOP.


Semua orang tua tentu tidak ingin anaknya mengalami stunting (gizi buruk) . Namun, problem kesehatan ini nyatanya masih menghantui masyarakat Indonesia, negeri yang kaya akan sumber daya alam. Kenapa ini belum berhenti?


Selama ini, pemerintah berusaha menurunkan angka stunting. Menurut Survei Status Gizi Indonesia, prevalensi stunting di Indonesia turun dari 24,4% pada 2021 menjadi 21,6% pada 2022. Hanya saja, penurunan itu dianggap masih kurang, karena masih jauh dari target, yaitu 3,8%.


Permasalahan Utama


Stunting merupakan gangguan kesehatan akibat kekurangan gizi, baik saat anak dalam kandungan ataupun setelah mereka dilahirkan. Balita yang terkena stunting mayoritas berasal dari keluarga kurang mampu. Meski ada juga yang berasal dari keluarga mapan, tetapi jumlahnya sedikit. Kurangnya keluarga dalam mencukupi kebutuhan gizi anak disebabkan kemiskinan, mereka tidak punya cukup uang untuk membeli makanan penuh gizi setiap hari.


Jika kita kaji lebih dalam lagi, problem kemiskinan muncul dari pengelolaan sistem ekonomi kapitalis. Siapa saja yang memiliki uang, bisa mendapatkan sesuatu dengan cara apa pun. Layaknya berkompetisi di hutan, siapa yang kuat, merekalah yang dapat bertahan. Hasilnya, si kaya makin banyak harta dan si miskin tambah sempit kehidupannya. Muncul jurang besar antara keduanya.


Bagaimana tidak? Maraknya PHK menambah jumlah masyarakat pengangguran, apalagi saat ini mencari kerja pun susah. Kalau ada pun, gaji tidak seberapa. Pendapatan sebulan tidak cukup untuk memenuhi semua kebutuhan. Ditambah lagi naiknya harga pangan dan yang lainnya. 


*Sistem Islam*


Islam bukan sekadar agama ritual, melainkan merupakan sistem aturan yang lengkap. Kebijakan Islam di segala aspek dapat mengentaskan kemiskinan, bahkan bisa menyelesaikan stunting. 


Pemimpin dalam Islam bertanggung jawab mengurusi kebutuhan rakyatnya dan harus memastikan kebutuhan dasar setiap masyarakat (sandang, pangan, papan, kesehatan, dan keamanan) dapat terpenuhi. Dalam menjalankan tugas itu, pemimpin akan melaksanakan sistem kebijakan yang telah ditetapkan syari'ah, seperti ekonomi, politik luar negeri, kesehatan, pendidikan, dan sanksi.


Dalam sistem ekonomi Islam, terdapat konsep tiga kepemilikan, yaitu individu, umum, dan negara. Pengelolaan individu diserahkan pada pribadi asal tidak bertentangan dengan hukum syariat. Dua kepemilikan lainnya dikelola negara melalui baitulmal. Dua pos itu berasal dari pembayaran jizyah, fai, kharaj, ganimah, pengelolaan SDA, dsb. 


Selain itu, terdapat pos khusus, yaitu pos zakat yang diperoleh dari para muzaki (orang yang wajib membayar zakat). Negara menanamkan keimanan kepada rakyatnya serta mendorong orang yang mampu untuk menunaikan zakat. Semua dilakukan untuk mengharap ridha Allah Taala. 


Pemimpin dalam sistem Islam akan membuka lapangan pekerjaan bagi yang membutuhkan. Misalnya, memberikan tanah yang terbengkalai kepada masyarakat yang bisa menghidupkannya agar bisa dimanfaatkan, memberikan modal kepada setiap orang yang membutuhkan modal berupa pemberian atau pinjaman tanpa bunga, mendirikan industri padat karya atau industri berat yang dapat menyerap pekerja, dst. dalam melaksanakan kebijakan itu, negara akan mendapatkan biaya dari baitulmal.


Jadi, keluarga yang berhak menerima zakat, selain mendapat bantuan, juga mendapat lapangan kerja. Secara berangsur-angsur, keluarga tersebut pun mampu dengan sendirinya memenuhi kebutuhan mereka sehingga dapat terentas dari kemiskinan.


Ketika masalah kemiskinan terselesaikan dan dengan pembinaan yang terus-menerus dari negara mengenai hidup sehat, masyarakat mudah mengakses gizi seimbang dan problem stunting dapat terselesaikan.

Wallaahu a'lam

Post a Comment

Previous Post Next Post