Nestapa Dr. Aafia, Umat Butuh Khilafah


Oleh Rumaisha

Pegiat Literasi


"Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, menyayangi, dan mengasihi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya)." (HR. Bukhari dan Muslim)


Lewat hadis ini, 14 abad yang lalu Rasulullah saw. menegaskan bahwa kaum muslim adalah bersaudara, tidak memandang tempat tinggal, warna kulit, bentuk mata, dan lain sebagainya. Akan tetapi, ketika dia berakidah Islam, dia adalah saudara kita. 


Hari ini, ketika kaum muslimin tenggelam dalam lumpur hitam kapitalisme, rasa persaudaraan itu terkikis dan hilang ditelan ganasnya sistem. Empati dalam diri pudar seiring diberlakukannya nasionalisme di dunia.


Kondisi inilah yang dirasakan oleh Dr. Aafia. Seorang muslimah yang berusia 30 tahun. Ia berhasil menguasai ilmu tentang syaraf, dan ia satu-satunya ahli syaraf yang mendapatkan gelar Doktor dari universitas Harvard. Tidak ada seorangpun yang sepertinya di Amerika. Beliau telah dizalimi oleh rezim dan sistem rusak yang dimusuhi oleh Allah Swt.. Pada akhir Maret 2023, Amerika menculiknya bersama ketiga anaknya dengan bantuan intelijen Pakistan, dengan tuduhan yang tidak nyata, yaitu memiliki hubungan dengan Al-Qaeda.


Dr. Aafia menjalani kehidupan yang menyedihkan di penjara. Dia satu-satunya wanita yang dimasukkan di penjara pria, dan selnya terbuka bagi para penjaga dan penjahat penjara untuk memperkosanya di depan mata dan telinga sesama tahanan. Teriakannya senantiasa terdengar setiap malam. Tak terbayang, hatinya hancur menerima kenyataan ini.


Ironisnya, kaum muslimin dan para penguasa negeri-negeri muslim diam seperti kerbau yang dicocok hidungnya. Padahal, mereka mempunyai kekuasaan untuk menolong. Lantas, bagaimana hujah kita di hadapan Allah Swt. kelak ketika Dr. Aafia berteriak, "Aina kaum muslimin, di saat saya dianiaya, dizalimi, bukankah jumlah kalian banyak?"


Sejak kekhilafahan Islam  terakhir di Istambul runtuh pada tahun 1924, kaum muslimin tidak lagi memiliki perisai yang akan melindungi dari segala macam ancaman. Umat Islam terpecah-pecah menjadi 50 negeri-negeri kecil tanpa kekuatan, karena disekat oleh ide nasionalisme yang rusak. Umat Islam telah kehilangan induk semang dan rumah besarnya, yaitu khilafah.


Dr. Aafia, bukan muslimah pertama yang mendapat kekejaman rezim adidaya saat ini. Sebelumnya, banyak muslimah yang mengalami penderitaan yang sama, seperti di Palestina, Myanmar, Uighur, dan lain-lain. Lagi-lagi, pemimpin negeri muslim dan dunia internasional tak berkutik, ketika di hadapan matanya terjadi pelanggaran HAM yang sungguh biadab.


Berbeda ketika khilafah ada. Peminpin kaum muslimin (khalifah) akan mengerahkan segala upaya untuk melindungi warga negaranya dari segala bahaya. Umat seharusnya berkaca kepada sejarah, ketika hukum Islam diterapkan secara kafah dalam naungan khilafah. Khalifah Al-Mutashim Billah (793-842 M) di masa Abasiyah, telah menjawab panggilan seorang budak muslimah yang dilecehkan oleh kaum Romawi. Ketika kain jilbabnya dikaitkan ke paku sehingga terlihatlah sebagian auratnya ketika dia berdiri. 


Kabar ini lantas tersebar dan sampai  ke khalifah. Kemudian khalifah menerjunkan puluhan ribu pasukan untuk  menyerbu Ammuriah. Ammuriah dikepung selama lima bulan. Akhirnya, kaum muslimin barhasil membebaskan kota tersebut dari tangan Romawi. Romawi kehilangan tentaranya hampir 60 ribu, 30 ribu di antaranya terbunuh dan sisanya menjadi tawanan. 


Dr. Aafia, saat yang dinanti itu akan datang. Fajar kemenangan akan segera terbit. Janji Allah Swt. dan bisyarah  Rasulullah saw. tentang kemenangan Islam adalah sebuah kebenaran. Khilafah yang terakhir yang sesuai dengan manhaj Rasulullah saw. akan segera tegak, tuk menyingkap gelapnya dunia dengan cahaya Islam. Nestapamu akan berakhir dengan hadirnya pemimpin bak Al-Mutashim Billah. 


Mari, melipatgandakan perjuangan untuk menyongsong tegaknya khilafah. Karena, khilafah satu-satunya institusi yang bisa menolong saudara-saudara kita yang terzalimi dan tertindas hari ini. Semoga perjuangan yang dilakukan akan menjadi hujah di hadapan Allah Swt. "Ya Allah, saksikanlah kami telah berjuang." 


Wallahu a'lam bishshawab

Post a Comment

Previous Post Next Post