Mencari Keuntungan dalam Kesempatan


Oleh: Sri Sulhah 
(pegiat literasi Banjarnegara)

Kesempatan itu lah yang selalu ditunggu-tunggu dan dijadikan momen untuk mencari keuntungan. 

Bagi para kapitalis segala momen harus bisa dijadikan sebagai kesempatan untuk mencari cuan. Begitu juga peristiwa yang diprediksi oleh BMKG bahwa dibulan Juli mendatang Indonesia akan terkena  dampak cuaca panas ekstrim atau El Nino. 

Fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normalnya yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah. Pemanasan SML ini meningkatkan potensi pertumbuhan awan di samudera Pasifik tengah dan mengurangi curah hujan di Wilayah Indonesia. 

Hal ini mengakibatkan kemarau yang lebih Panjang dari biasanya. Dengan adanya Kemarau Panjang maka dipastikan para petani tidak bisa bercocok tanam seperti biasanya. Hal ini akan berdampak pada ketahanan pangan di negri ini. 

Solusi Praktis

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengungkapkan “Beras kita menang harus ambil (impor) walaupun kadang-kadang enggak populer ya, tapi kita harus ambil inisiatif karena nanti kalau El Nino berat keadaannya kita enggak boleh bertaruh beras kurang kan," kata Zulhas, Kamis (16/6/2023).

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengatakan bahwa dirinya sudah meneken kontrak impor  beras dengan India sebanyak satu juta ton. 

Rencana importasi tersebut dilakukan di luar penugasan dari Badan Pangan Nasional (Bapanas) ke Perum Bulog.

Jadi total rencana impor beras Indonesia sebanyak tiga juta ton tahun ini. 

Dengan rencana impor beras sebanyak 2 juta ton yang telah direncanakan sebelumnya (pemerintah melalui Bapanas menugaskan Perum Bulog impor beras 2 juta ton hingga akhir Desember 2023.)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjelaskan impor beras tersebut dilakukan karena kemungkinan akan menghadapi El Nino atau kekeringan panjang. Jadi, pasokan tersebut untuk mengantisipasi kekosongan saat musim kekeringan tersebut.

Apakah kita perlu impor ?
Kebijakan impor beras yang dilakukan pemerintah dengan jumlah yang besar mungkinkah tidak dengan pertimbangan yang matang? Karena disisi lain kita juga sebagai negara agraris dengan luas panen padi pada Januari 2023 lalu mencapai 447,71 ribu hektar. Pada bulan juni 2023 di kota Cirebon juga sedang panen raya.

Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies, Bhima Yudhistira Adhinegara, mengatakan kebijakan impor beras tersebut terlihat dilakukan tanpa persiapan yang matang. 

Pasalnya, El Nino merupakan kondisi yang sudah bisa diperkirakan tahun sebelumnya. 

Dia mengatakan, pengadaan beras Bulog seharusnya sudah ditingkatkan sejak tahun lalu. Pemerintah juga seharusnya bisa menambah produksi sejak jauh hari dengan meningkatkan kualitas benih dan bantuan pupuk. 

kebijakan impor bisa menjaga keamanan pangan dalam jangka pendek. Namun demikian, hal itu bisa merugikan dalam jangka panjang terutama pada petani.  

Apalagi kebijakan impor dilakukan saat saat panen raya sehingga berpotensi mengganggu harga gabah di tingkat petani. Hal ini bisa berdampak negatif pada petani,
Banyak petani yang kapok menanam padi lagi karena kebijakan beras terlalu diintervensi. 

Lama-lama mereka akan keluar dan mencari mata pencaharian lain.

Lonjakan impor beras tahun ini mengingatkan kebijakan serupa pada 2018. Impor beras melonjak setahun jelang tahun politik. Pada tahun 2018 lalu pemerintah impor beras sebanyak 2,3 juta ton. 

Sudah jelas disini bahwa penguasa tidak berpihak kepada rakyat melainkan hanya mementingkan kepentingannya sendiri dengan disegala situasi. 

Bahkan di situasi bencana sekalipun mereka msih memikirkan bagaimana mencari keuntungan sebanyak-banyaknya.

Impor beras untuk siapa?
Dalam rapat kerja bersama Komisi IV DPR RI, Kementerian Pertanian (Kementan) mengklaim bahwa produksi beras dalam negeri pada masa panen raya ini diprediksi akan surplus. 

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengklaim bahwa produksi padi atau gabah kering giling (GKG) dan produksi beras mengalami peningkatan. 

Dia menuturkan, produksi padi atau gabah kering giling sebanyak 23,94 juta ton atau meningkat 0,53%. Sementara itu produksi beras juga mengalami peningkatan 0,56% atau berhasil menghasilkan sebanyak 13,79 juta ton. 

Syahrul menyampaikan, pada tahun 2023 potensi luas panen selama Januari hingga April sebanyak 4,51 juta hektare. 

Jumlah itu meningkat 2,13% dibanding periode yang sama tahun 2022. Di tahun 2022 pemerintah hanya mengimpor beras sebanyak 429.207 ton.

Kenapa ditahun ini yang panen nya mengalami surplus justru impor lebih banyak yaitu rencana mencapai 3 juta ton. 

Impor beras memang bukan untuk kepentingan rakyat banyak tapi untuk segelintir pemain yang mendapatkan keuntungan di dalamnya.

Islam menangani bencana kekeringan

Islam memiliki aturan yang komplek. Termasuk di dalamnya mengurusi terkait ketahanan pangan. 

Setidaknya ada lima prinsip pokok ketahanan pangan yang pernah diterapkan di sepanjang kekhilafahan Islam yang tetap relevan.

Prinsip pertama yaitu optimalisasi produksi. yaitu mengoptimalkan seluruh potensi lahan untuk melakukan usaha pertanian berkelanjutan yang dapat menghasilkan bahan pangan pokok. Ada peran berbagai aplikasi sains dan teknologi, mulai dari mencari lahan optimal untuk benih tanaman tertentu, teknik irigasi, pemupukan, penanganan hama, hingga pemanenan dan pengolahan pascapanen.

Kedua, adaptasi gaya hidup, agar masyarakat tidak berlebih-lebihan dalam konsumsi pangan. 

Konsumsi berlebihan justru berpotensi merusak kesehatan (wabah obesitas) dan juga meningkatkan persoalan limbah. 

Nabi mengajarkan agar seorang mukmin, baru makan tatkala lapar dan berhenti sebelum kenyang.

Ketiga, manajemen logistik, di mana masalah pangan beserta yang menyertainya (irigasi, pupuk, anti hama) sepenuhnya dikendalikan pemerintah, yaitu dengan memperbanyak cadangan saat produksi berlimpah dan mendistribusikannya secara selektif pada saat ketersediaan mulai berkurang. 

Di sini teknologi pascapanen menjadi penting.

Keempat, prediksi iklim, yaitu analisis kemungkinan terjadinya perubahan iklim dan cuaca ekstrem dengan mempelajari fenomena alam seperti curah hujan, kelembapan udara, penguapan air permukaan, serta intensitas sinar matahari yang diterima bumi.

Kelima, mitigasi bencana kerawanan pangan, yaitu antisipasi terhadap kemungkinan kondisi rawan pangan yang disebabkan oleh perubahan drastis kondisi alam dan lingkungan. 

Mitigasi ini berikut tuntunan saling berbagi di masyarakat dalam kondisi sulit seperti itu. (Fahmi Amhar, 2018)



Bagaimana sikap pemimpin islam yang bisa dicontoh

Selama sembilan bulan Jazirah Arab pada masa itu mengalami kemarau yang melelahkan. Peristiwa ini dikenal sebagai Amar Ramadah atau Tahun Abu.

Pada masa itu, segala usaha pertanian dan peternakan yang diupayakan hasilnya hancur total. 

Hewan-hewan ternak seperti domba dan unta tak lagi dapat menghasilkan susu. Kondisi tubuh ternak-ternak itu pun cukup mengenaskan, kurus-kurus.

Pada awal musim paceklik, para penduduk Kota Madinah dapat menyimpan cadangan makanan karena taraf hidup kesejahteraannya sudah meningkat. 

Namun begitu kondisi berbeda dialami para penduduk Arab Badui yang tinggal di pedalaman. Tidak ada cadangan makanan yang dapat disimpan.

Mereka, penduduk Arab Badui, pun akhirnya berbondong-bondong menuju Kota Madinah saat kemarau sedang panas-panasnya. 

Mereka meminta bantuan pertolongan Khalifah Umar bin Khattab RA bisa mendapatkan makanan walaupun sekadar remah-remahnya.

Melihat kondisi paceklik ini, Khalifah Umar bin Khattab RA tidak tinggal diam. Sebagai pemimpin umat Islam dia pun turut merasakan apa yang dirasakan rakyatnya.

Bahkan Sang Al Faruq sampai-sampai tidak mau lagi memakan daging atau samin sampai kondisi pulih seperti sedia kala. Kala itu pernah ada seorang pemuda memberikan susu kepada Sang Khalifah, namun pemberian itu ditolaknya.

Menurut Sang Amirul Mukminin tidaklah mungkin seorang pemimpin dapat memperhatikan kondisi rakyatnya jika dia tidak merasakan apa yang diderita oleh mereka. 

Padahal saat itu kekayaan Islam telah menyaingi bangsa Persia dan Romawi. 
Hal yang sama juga dilakukan oleh Khalifah Utsman Bin Affan yang  mewakafkan sumur Raumah. Berawal di hari yang sangat terik dan panas di seluruh kota Jazirah Arab. 

Bahkan angin yang berhembus tidak bisa memberikan kesegaran melainkan membawa hawa panas.
 
Sangat memprihatinkan, karena di kala itu sumur-sumur di rumah warga mengalami kekeringan, sehingga tidak ada air untuk kebutuhan sehari-hari. 

Pada masa itu, Kota Madinah sedang mengalami musim paceklik yang berkepanjangan. 

Namun, ada satu sumur yang tidak mengalami kekeringan dan sumber airnya masih mengalir meskipun musim sedang kemarau. 

Sumur tersebut adalah sumur Raumah, salah satu sumur miliki seorang Yahudi. 

Rasulullah SAW dan seluruh rakyat Madinah yang kekurangan air pun merasa sangat kehausan, karena saking teriknya matahari. 

Alhasil, kaum muslimin dan warga Madinah terpaksa membeli air di sumur Yahudi dan rela mengantre panjang. Rasulullah bersabda “Wahai sahabatku, siapa saja diantara kalian yang menyumbangkan hartanya untuk dapat membebaskan sumur itu, lalu menyumbangkannya untuk umat, maka ia akan mendapatkan surgaNya Allah Ta’ala” (HR. Muslim).

Utsman Bin Affan yang mendengar seruan Rasulullah SAW pun langsung menyambut dan mendatangi si pemilik sumur Raumah. 

Beliau berniat untuk membeli sumur tersebut, agar bisa digunakan oleh seluruh masyarakat Kota Madinah. Dengan segala kepandaiannya dalam bernegosiasi, utsman pun berhasil membeli sumur tersebut dengan harga 12.000 dirham.

Namun sumur tersebut belum sepenuhnya dimiliki oleh utsman. Utsman harus bergantian untuk mengambil air tersebut, pasalnya sehari sumur tersebut milik utsman dan sehari lagi sumur tersebut milik yahudi dan begitulah seterusnya.

Utsman pun menyerukan kepada kaum muslimin agar mengambil air sumur tersebut sebanyak mungkin pada hari ketika sumur tersebut dimiliki oleh utsman. 

Kondisi demikian berjalan beberapa waktu. Hingga akhirnya Yahudi pemilik sumur tersebut menawarkan kepada Utsman untuk membeli secara penuh. 

Utsman mengeluarkan 8.000 dirham lagi dari kantongnya untuk melunasi harga sumur tersebut.

Dengan demikian, sumur itu sudah dimiliki Utsman secara penuh. Sumur ini lantas diberikan dan diwakafkan kepada umat sehingga umat Islam bebas mengam
bil air kapanpun mereka butuh. luar biasa bukan bila islam diterapkan saat ini.wallahu a'lam bisowab

Post a Comment

Previous Post Next Post