KASUS BSI: MEMPERTANYAKAN KEMAMPUAN NEGARA ATAS JAMINAN KEAMANAN DATA


Oleh: Hideyosi Mori

Bank Syariah Indonesia beberapa waktu lalu mengalami error, pihak bank menyampaikan bahwa hal tersebut disebabkan karena perawatan sistem yang sedang berlangsung. BSI juga menegaskan tidak ada kebocoran data nasabah.  Namun, Menteri BUMN justru mengatakan terjadinya error disebabkan serangan siber. Di sisi lain sosial media juga dihebohkan dengan file yang diduga berisi data nasabah BSI.

Dari peristiwa ini, kita melihat seakan-akan pihak manajemen BSI dan pejabat negara tidak memiliki kekompakan dalam menghadapi permasalahan tersebut. Penyebab error saja kedua belah pihak sudah memiliki pandangan berbeda, bagaimana dengan solusinya? 

Sebab solusi pastilah berhubungan dengan penyebabnya, ditambah lagi BSI adalah BUMN yang secara otomatis berada di bawah kendali negara. Jangan sampai justu yang akan terjadi adalah saling menuduh bukan malah menyelesaikan masalah tersebut.

Kasus kebocoran data sebenarnya sudah sering kali terjadi beberapa diantaranya bocornya 26 juta data history pelanggan indihome, 17 juta data pengguna PLN, 6 juta data pasien di server Kementerian Kesehatan, 1,3  miliar data registrasi SIM card, 105 juta data penduduk dari database KPU bahkan data pribadi beberapa pejabat negara.
Patut dipertanyakan apakah negara benar-benar mampu untuk menjamin keamanan data rakyatnya?

Lalu bagaimana tanggung jawab negara atas kerugian yang menimpa nasabah?
Sistem sekular kapitalisme membawa petaka.

Abainya negara terhadap keamanan data rakyat adalah suatu keniscayaan pada kehidupan yang berlandaskan sistem sekular kapitalisme, sebab sistem ini telah mengkerdilkan peran agama dalam kehidupan. Dengan demikian lahirlah orang-orang berjiwa liberal yang menghalalkan segala cara demi meraup keuntungan salah satunya dengan menjual data-data orang lain, muncul pula pemimpin atau pejabat negara yang tidak amanah. Maka tak ayal kasus seperti ini akan terus berulang.

Sistem islam, sistem terbaik   
Sudah saatnya umat “membuka mata”, apa yang terjadi pada hari ini memungkinkan terjadi lagi esok hari. Selama sistem sekular kapitalisme yang dibuat oleh manusia dan digunakan manusia maka kasus ini tidak akan berhenti begitu pula dengan kasus-kasus lain. Akal manusia tidak akan pernah mampu untuk menentukan aturan terbaik dalam menyelesaikan polemik manusia, sebab akalnya tidak didesain untuk hal tersebut.

Islam merupakan agama yang berasal dari Sang Pencipta manusia telah menyiapkan aturan-aturan terbaik untuk kesejahteraan ciptaanya. Dengan diterapkannya semua aturan Islam ini dalam bingkai negara akan mencegah siapa pun melakukan hal yang akan menimbulkan kemudaratan. Aktivitas spionase yang melemahkan negara akan dilawan dengan penyiapan SDM dan kekuatan teknologi yang memadai. Semua ini sejalan dengan penerapan seluruh sistem Islam, termasuk sistem pendidikan, politik, ekonomi, pertahanan, jihad fisabilillah, dan lainnya. Islam juga akan membentuk pemimpin maupun pegawai negara yang amanah dan profesional. 

Rasulullah saw. bersabda,
إنَّمَا الْإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ، فَإِنْ أَمَرَ بِتَقْوَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَعَدَلَ كَانَ لَهُ بِذَلِكَ أَجْرٌ، وَإِنْ يَأْمُرْ بِغَيْرِهِ كَانَ عَلَيْهِ مِنْهُ
”Sesungguhnya al-imam (khalifah) itu (laksana) perisai yang (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)-nya. Jika seorang imam (Khalifah) memerintahkan supaya takwa kepada Allah ’azza wajalla dan berlaku adil, maka dia (khalifah) mendapatkan pahala karenanya, dan jika dia memerintahkan selain itu, maka ia akan mendapatkan siksa.” (HR Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud, dan lain-lain). Wallahu’alam 
.

Post a Comment

Previous Post Next Post