Oleh Suhirnan, S.Pd.
(Aktivis Dakwah Muslimah)
Pertumbuhan ekonomi masyarakat mulai meningkat, seiring dengan bertambahnya kebutuhan yang harus di penuhi. Hal ini tentu akan berimbas pada jumlah lapangan kerja yang tersedia. Sebagaimana kita ketahui jumlah angkatan kerja dengan lapangan kerja yang tersedia belum seimbang, sehingga terjadi pengangguran yang semakin hari semakin bertambah jumlahnya.
Melihat fakta saat ini, ternyata individu yang belum bekerja atau pengangguran masih terus ada. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Februari 2023 sebesar 5,45 %, turun sebesar 0,38 % dibandingkan dengan Februari 2022. Angka pengangguran ini sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. Adapun 146,62 juta orang tidak semuanya terserap di pasar kerja lainnya, yakni sekitar 7,99 juta orang pengangguran. Sementara yang termasuk dalam penduduk yang bekerja sebanyak 138,62 juta orang, naik sebanyak 3,02 juta orang dari Februari 2022. (liputan6.com, 5/5/2023)
Usut punya usut, penyebab seseorang belum mendapatkan pekerjaan (pengangguran) disebabkan kurangnya lowongan pekerjaan. Artinya banyaknya para pencari kerja tidak sebanding dengan lapangan kerja yang tersedia. Kurangnya keterampilan masyarakat akibat pendidikan membuat para pekerja kesusahan dalam memilih pekerjaan yang sesuai kemampuannya.
Di samping itu juga karena masuknya tenaga kerja asing menyebabkan semakin sempitnya lapangan pekerjaan di dalam negeri. Hal ini kerap membuat pencari kerja kesulitan mendapatkan pekerjaan jika tidak diimbangi dengan peningkatan usaha di dalam negeri. Tentu ini
berdampak pada tingginya angka kemiskinan, akibatnya kebutuhan masyarakat tidak terpenuhi. Alhasil kesenjangan terjadi dan pengangguran terus ada.
Adapun kebijakan yang ditawarkan oleh pemerintah tak sepenuhnya menyelesaikan permasalahan yang dihadapi masyarakat. Sebab negara mengadopsi sistem kapitalisme sekuler yang memungkinkan negara hanya sekadar mengawasi dan melakukan kegiatan ekonomi yang berkaitan dengan penyelenggaraannya saja. Karena dalam sistem kapitalisme sebagian besar kegiatan ekonomi dilakukan oleh pihak swasta atau para korporat yang hanya segelintir orang saja. Walhasil para korporat lah yang diuntungkan. Rakyat dibuat merana.
Oleh karena itu, penting adanya suatu negara menyelesaikan permasalahan dengan lebih mengedepankan kepentingan rakyat bukan malah sebaliknya mengambil sistem kapitalisme yaitu sistem buatan manusia yang berdasarkan akal pikiran manusia serba lemah dan terbatas sehingga aturan yang dibuat hanya diuntungkan sebagian lainnya.
Ironisnya, jika hal ini tidak segera diatasi maka kesenjangan akan terus terjadi sehingga berakibat fatal terhadap kehidupan masyarakat. padahal tugas tersebut adalah tanggungjawab pemimpin dalam mensejahterakan rakyatnya.
Maka satu-satunya solusi adalah dengan mengambil aturan Islam dalam kehidupan agar tidak terjadi ketimpangan ataupun kesenjangan yang terjadi seperti permasalahan pengangguran dan kemiskinan. Sebab dalam Islam aturan yang dipakai adalah aturan yang langsung dari Sang Pencipta. Begitupun dengan pemimpin akan bertanggungjawab penuh terhadap kepentingan rakyatnya.
Seperti sabda Rasulullah saw.: “Imam/khalifah adalah pemelihara urusan rakyat. Ia akan dimintai pertanggung jawaban terhadap urusan rakyatnya.” (HR Al-Bukhari dan Muslim)
Dalam sistem ekonomi Islam akan membagi antara kepemilikan negara, kepemilikan umum dan kepemilikan individu.
Negara juga akan berkewajiban memberikan pekerjaan kepada mereka yang membutuhkan. Selain itu, dalam bidang pendidikan pemerintah bahkan akan mengratiskan pendidikan sehingga masyarakat tidak akan terkendala dalam mencari pekerjaan. Sebab akan dilatih sampai terampil sehingga lebih mudah dalam mencari pekerjaan dan untuk bekerja nantinya, menyiapkan lapangan pekerjaan sebanyak-banyaknya dengan memanfaatkan sumber daya alam di dalam negeri, serta menjamin saran dan prasarana yang memadai agar tercipta lingkungan yang kondusif bagi masyarakat.
Wallahu a’lam bishawab
Post a Comment