Fenomena Baby Blues Semangkin Marak Di Indonesia


Oleh : Umi Silvi
Aktifis muslimah ngaji

Dahulu di Indonesia, Istilah baby blues masih terasa asing di telinga, mungkin sebenarnya gejala itu sudah ada pada setiap ibu pasca melahirkan, hanya tidak sesanter saat ini karena mungkin pengaruh buruk media dan lingkungan tidak seberat saat ini. Tapi saat ini, fenomena baby blues di Indonesia menjadi menggejala dan cukup mengkhawatirkan. Hal tersebut terungkap dari data laporan Indonesia National Adlescent Mental Health Survey (I-NAMHS) 2023 yang menuliskan sekitar 25 persen perempuan di Lampung mengalami gangguan depresi setelah melahirkan (Republika.co.id,28/05/2023).

Sebuah "prestasi" yang sungguh ironis disematkan pada negeri yang penduduknya didominasi oleh mayoritas muslim. Ya, Indonesia telah diakui ranking ke 3 atas kasus ibu baby blues terbanyak di Asia. Hal itu disampaikan oleh Ketua Komunitas Wanita Indonesia Keren dan psikolog Dra Maria Ekowati (Health.detik.com, 26/05/ 2023).

Menurutnya, gangguan kesehatan mental atau populer disebut sebagai Mental Illness seorang ibu banyak dialami oleh ibu hamil, menyusui dan usia muda. Dalam sebuah penelitian nasional 50-70 persen ibu di Indonesia mengalami gejala minimal dan gejala sedang baby blues. Ini tertinggi ketiga di Asia. Sungguh sangat mencengangkan.
Baby blues syndrome adalah suatu bentuk perubahan psikologis atau gangguan kesehatan mental ibu setelah melahirkan. Gangguan ini ditandai dengan munculnya suasana hati seperti gundah, marah, cemas dan sedih secara berlebihan. Gangguan ini biasanya terjadi dalam minggu pertama setelah melahirkan. Namun, kondisi ini harus segera mendapat penanganan yang tepat, bila tidak akan menjadi depresi berat.

Akibat dari baby blues syndrom ini adalah ibu tidak ingin menyentuh anaknya, merasa jijik, sedih, cemas, marah bahkan parahnya sampai ingin membunuh anaknya. Faktor yang menyebabkan terjadinya baby blues adalah perubahan hormon, sulit tidur karena waktu tidur tidak teratur, sulit beradaptasi dari kondisi sebelum menjadi ibu dan setelah menjadi ibu serta tidak ada persiapan dan kesiapan menjadi seorang ibu dan memikul tanggungjawab dalam mengurus anak.
Memiliki bayi adalah perubahan hidup yang signifikan dan dapat menyebabkan berbagai emosi seperti khawatir, takut, dan ragu dalam kemampuannya untuk memenuhi tuntutan peran baru ini. Hal ini sangatlah wajar sehingga sebaiknya wanita pasca melahirkan perlu diingatkan bahwa perasaan ini normal dan mendapatkan dukungan penuh selama masa transisi.

Sayangnya kurikulum pendidikan di Indonesia tidak menjadikan kesiapan menjadi orang tua sebagai salah satu kompetensi yang harus dimiliki. Bahkan pendidikan Indonesia justru jauh dari nilai-nilai agama yang dibutuhkan sebagai pegangan hidup. Kurikulum pendidikan ala kapitalisme hanya berfokus pada nilai-balai materi dan akademik. Kompetensi menjadi orang tua tidak menjadi ukuran yang harus mereka miliki. 

Padahal pendidikan menjadi hal yang penting untuk membentuk generasi sehingga mereka tumbuh menjadi seseorang yang berkepribadian Islam dengan aqliyah dan nafsiyah Islam. Inilah gambaran ketika kita hidup dalam sistem kufur bernama kapitalisme. Kapitalisme berdiri dengan asas pemisahan antara agama dengan kehidupan, sehingga agama hanya dijadikan sebagai pengatur aktivitas ibadah ruhiyah belaka. Sementara untuk menjalani kehidupan di dunia mereka memakai aturan yang dibuat oleh manusia.

Namun, banyak sekali yang mengabaikan perasaan ini dan menganggap bahwa para wanita harus bisa survive dengan peran barunya karena memang itulah tugas seorang ibu. Memang benar ibu merupakan sosok pertama yang harus selalu ada bersama anaknya, mereka merupakan Madrasatul ‘Ula (madrasah pertama) bagi anak-anaknya. Namun, pada kondisi seperti ini dukungan dari pihak keluarga terutama suami sangat dibutuhkan.

Semestinya negara menyiapkan sistem pendidikan berupa kurikulum yang mampu mencetak seorang perempuan yang siap menjalankan perannya sebagai seorang ibu dan memfokuskan materi terkait hal itu diawal ketika seorang perempuan sudah menginjak masa baligh sebelum memberikan materi-materi pelajaran lainnya. Sebagaimana pada sistem sekuler yang tengah diterapkan saat ini yang memandang peran perempuan dan laki-laki itu sama sehingga kurikulum pendidikan pada perempuan dan laki-laki pun disamaratakan padahal secara peran, keduanya sangatlah berbeda.
Pandangan Islam Terkait Baby blues

Peran ibu ketika dalam masa kehamilan hingga persalinan bukanlah fase ringan dan tentu dapat membuat dampak psikologis pada perempuan. Bahkan di dalam Al-Qur'an digambarkan betapa beratnya beban yang dipikul oleh seorang ibu.

وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِۚ حَمَلَتْهُ اُمُّهٗ وَهْنًا عَلٰى وَهْنٍ وَّفِصَالُهٗ فِيْ عَامَيْنِ اَنِ اشْكُرْ لِيْ وَلِوَالِدَيْكَۗ اِلَيَّ الْمَصِيْر


"Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembali mu". (QS.Luqman :14).

Sejak mengandung, melahirkan, hingga proses menyusui pada sebagian mereka memberi tekanan emosi yang dikenal dengan sindrom baby blues. Al-Qur'an menggambarkan proses ini sebagai wahnan ala wahnin. Menurut al-Qurthubi dalam tafsirnya al-Jami' li Ahkam, istilah wahnan ala wahnin digunakan karena pada dasarnya perempuan adalah makhluk yang lemah secara fisik dan kondisi kehamilan menyebabkan bertambahnya kelemahan tersebut.

Oleh karena itu, Islam sangat memuliakan seorang ibu karena perannya yang sangat besar dalam melahirkan generasi yang akan mengisi peradaban manusia di masa yang akan datang. Karena perannya yang sangat besar tersebut pula maka peran perempuan lebih diutamakan berada di ranah domestik dan seumur hidupnya perempuan itu dinafkahi sehingga perempuan bisa fokus untuk menjalani perannya sebagai ibu yang akan sangat memeras fisik dan psikisnya.

Bahkan ketika perempuan itu dalam keluarganya sudah tidak ada lagi yang bisa menafkahi maka negara-lah yang akan menanggung nafkahnya. Selain itu, negara Islam juga menyiapkan kurikulum yang mempersiapkan warga  negaranya (perempuan dan laki-laki)untuk memahami agamanya secara kaffah dan memiliki syakhsiyah Islam yang mumpuni sehingga memahami tujuan penciptaannya di muka bumi ini.

Perempuan dan laki-laki akan memahami perannya masing-masing dan menyadari bahwa semua perbuatannya akan diminta pertanggung jawaban di yaumil akhir.
Maka, dengan support sistem seperti inilah sebenarnya fitrah dan kewarasan ibu akan tetap terjaga dan peluang seorang ibu untuk terkena baby blues bisa diminimalisir sedemikian rupa bahkan bisa hilang dengan sendirinya karena dia menyadari apa yang dilakukannya itu adalah ibadah yang akan mendapatkan pahala di sisi Allah SWT.

Post a Comment

Previous Post Next Post