MHD (9), bocah kelas dua di salah satu Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat (Jabar), Meninggal dunia akibat dikeroyok oleh kakak kelasnya pada senin (15/5/2023). Kakek korban, HY mengatakan usai kejadian yang terjadi di sekolah itu cucunya sempat mengeluh sakit.
Keesokan harinya, Selasa (16/5/2023), korban memaksa tetap masuk sekolah meski dalam keadaan sakit. Namun, nahas, saat itu korban kembali dikeroyok oleh kakak kelasnya. Akibat pengeroyokan terakhir, korban harus dilarikan ke RS Priyama pada rabu (16/5/2023).” Hasil visum, korban mengalami luka pecah pembuluh darah, dada retak, dan tulang punggung retak “kata HY, (Kompas.com, 20/05/2023).
Miris, bullying makin sadis dan bengis bahkan ini terjadi di Sekolah Dasar. Dibenak sebagian orang Sekolah Dasar itu tempatnya anak-anak yang masih lugu, faktanya saat ini pelaku bullying yang menelan korban jiwa itu adalah anak Sekolah Dasar. Bibit-bibit kekerasan itu sudah muncul pada anak usia dini.
Peristiwa ini turut mendapat perhatian dari pengamat masalah perempuan, anak, dan generasi dr Arum Harjanti. Ia menyesalkan nasib tragis korban, apalagi pelakunya adalah kakak kelasnya sendiri.
“Sungguh tragis nasib MHD. Mirisnya, pelaku pengeroyokan adalah kakak kelasnya, dan lebih miris lagi mengetahui hasil visum yang sangat parah,” ungkapnya kepda MNews, Selasa(25/05/2023).
Melihat fakta diatas tentu muncul banyak pertanyaan, apa yang menyebabkan anak usia SD melakukan pengeroyokan seperti itu? Apa yang ada di pikiranya sehingga tega melakukan kejahatan?
Tentu banyak hal menyebabkan anak-anak melakukan kekerasan, diantaranya anak terbiasa mengkonsumsi tontonan atau game yang berbau kekerasan. Sehingga timbul keinginan untuk mecoba melakukanya, atau bahkan efek dari tontonan itu menghilangkan rasa kasih sayang terhadap sesamanya.
Mengingat pelaku adalah anak-anak berarti di sini ada peran orang tua dalam pola pengasuhanya dan lingkungan tempat tinggal. Ibu adalah seklah pertama bagi anak, peran ibu sangat penting dalam mendidik karakter anak. Penanaman keimanan dan akhlak akan sangat berpengaruh terhadap kepribadian anak. Namun, tak dapat dipungkiri saat ini banyak ibu yang kewalahan jika harus mengajar anaknya di rumah sebab ibu terpaksa kerja diluar rumah untuk membantu perekonomian keluarga.
Selain itu peran kurikulum pendidikan juga sangat mempngaruhi perilaku anak. Kurikulum pendidika sekuler saat ini memisahkan agama dari kehidupan, ini memicu anak untuk semakin jauh meninggalkan ajaran agamanya. Nah, disinilah peran negara sangat dibutuhkan untuk membuat kurikulim pendidikan yang mampu menghasilkan output yang baik tentunya berlandaskan aqidah islam kemudian negara juga wajib mengawasi tayangan yang layak untuk anak sehingga tidak ada pembiaran kekerasan terus berkembang di benak anak.
Bulliying di dalam Islam bisa dikatergorikan sebagai perilaku yang dilarang atau diharamkan. Adapun dalil-dalil pelarangannya diantaranya adalah yang pertama, Islam melarang saling mengolok-olok dan memanggil dengan sebutan yang jelek. Sebagaimana dijelaskan dalam surat al-Hujurat ayat 11 yang artinya,
"Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) itu lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok). Dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wainta yang lain ( karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olok) itu lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri, dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barang siapa tidak bertaubat, maka mereka itu adalah orang yang zalim". Larangan mengolok-olok juga terdapat dalam hadis yang artinya, "Mencela seorang muslim adalah kefasikan (dosa besar)", (HR. Bukhori).
Selain itu Islam juga memerintahkan sesama muslim untuk saling mengasihi, saling mencintai dan menjaga persatuan sebagaimana dijelaskan dalam surat Al-Imran ayat 103, "Dan berpeganglah teguhlah kalian pada tali (agama) Allah seraya berjamaah, dan janganlah kalian bercerai-berai". Juga dijelaskan dalam hadis yang artinya, "Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam mencintai, saling mengasihi dan saling menyokong satu sama lain itu bagaikan satu tubuh. Jika satu tubuh sakit, maka seluruh bagian tubuh yang lainnya akan merasakan sakit. (HR. Muslim).
Demikianlah penjagaan Islam terhadap pergaulan sesama manusia, Islam menutup semua pintu terjadinya kekerasan baik kekerasan fisik, psikis maupun bulliying. Namun semua aturan Islam itu bisa memberikan solusi untuk kehidupan manusia jika Islam diterapkan sempurna dalam semua aspek kehidupan. Jika hanya diterapkan setengah-setengah sudah pasti tidak akan memberikan efek yang sempurna. Karena membangun sumber daya manusia yang baik perlu proses panjang, perlu lingkungan yang mendukung juga memerlukan diterapkannya sanksi yang tegas, dan semuanya hanya bisa dilakukan oleh Islam sebagai sistem hidup, bukan Islam sebagai agama ritual saja. Wallahu a'lam bis showab.
Post a Comment