(Pegiat Literasi Mustanir)
Bau busuk dari gunungan sampah kerap meresahkan, terutama warga yang tinggal tak jauh dari Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPSA) dan pasar tradisional. Kondisi ini terjadi pula di Pasar Sehat Cileunyi dan Pasar Baleendah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Pedagang dan pembeli sempat mengeluhkan gunungan sampah di dua lokasi tersebut sebelum akhirnya pada Jumat (5/5/2023) gunungan sampah di Pasar Baleendah tersebut sudah hilang.
Menurut Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bandung Asep Kusumah, penyebab terjadinya penumpukan sampah di beberapa titik di Kabupaten Bandung, dikarenakan jam opersional TPSA yang hanya buka pukul 17.00-18.00 Wib. Keterbatasan waktu ini mengharuskan armada menginap di lokasi dan terlambat kembali untuk melakukan penarikan. Selain itu, dampak dari banyaknya antrean di TPA Sarimukti, sejumlah truk sampah mengalami kerusakan dan terguling ketika mengeluarkan muatan sampah.
Asep juga menjelaskan bahwa dalam jangka pendek, Kabupaten Bandung akan membangun pembuangan ke TPA di samping mengupayakan sistem. Perlu diketahui, saat ini Pemkab Bandung sudah memiliki dan mengaktifkan 155 unit Tempat Pengelolaan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R) di 500 Bank Sampah Tematik. (Kompas.com, Bandung 5/5/2023)
Upaya Parsial Tak Akan Menuntaskan Masalah
Menggunungnya sampah hingga menimbulkan bau menyengat tentu mengganggu kenyamanan setiap orang. Selain merusak pemandangan dan keindahan lingkungan, kondisi ini juga akan memunculkan gangguan kesehatan.
Meskipun telah ada upaya dari pemerintah seperti penambahan dan perluasan TPA, TPS3R, Bank sampah, bahkan ada kerja sama dengan perusahaan Jepang untuk pembangunan TPA Legoknangka di Kabupaten Bandung, upaya ini hanyalah program parsial yang memungkinkan masalah sampah terus berulang.
Seharusnya, selain dibuat program pengelolaan dan pengolahan sampah, pemerintah harus aktif menyosialisasikan pentingnya hidup bersih sebagai bagian dari ajaran agama dan menjaga kelestarian alam sebagai ciptaan Allah Swt. Tentunya sosialisasi ini berkaitan erat dengan sistem dan ideologi negara. Sementara ideologi negara saat ini adalah demokrasi kapitalisme, dimana kerap terjadi kapitalisasi di berbagai sektor, maka target penyelesaian sampah pun terkendala hal serupa. Dana penanganan sampah misalnya, bisa dimanfaatkan oleh kelompok tertentu yang menyebabkan gagalnya proyek-proyek pengolahan sampah.
Pemerintah harusnya memiliki mekanisme tepat guna, tepat sasaran dan bebas kapitalisasi di samping memiliki dana yang memadai, alat mengolah sampah dalam skala besar dan modern; imbauan pada masyarakat untuk memilah sampah rumah tangga; melarang penggunaan plastik dan sejenisnya; dan terakhir diterapkannya aturan serta sanksi tegas pada pelaku yang membuang sampah sembarangan, termasuk pada pelaku kecurangan terhadap pengelolaan sampah. Walaupun ada denda yang ditetapkan pemerintah, sejauh ini masih belum berefek jera apalagi menyelesaikan masalah.
Pemerintah juga dapat bekerja sama dengan para ahli terkait pengelolaan sampah dengan mengapresiasi dan mengadopsi inovasi teknologi tepat guna dan ramah lingkungan hingga terwujud lingkungan yang sehat dan bersih. Semua ini dapat terwujud jika pemerintah mengabaikan kepentingan para kapitalis untuk mengambil alih urusan rakyat termasuk masalah sampah dan memahami bahwa tanggung jawabnya sebagai pemimpin adalah mengurusi urusan rakyat.
Islam Solusi Terbaik Atas Beragam Persoalan
Islam sebagai ideologi sahih yang datang dari Sang Khalik memiliki seperangkat aturan untuk kehidupan manusia. Akidah sebagai pondasi umat Islam berbanding lurus dengan konsep kebersihan (bersuci) sebelum melakukan ibadah. Rasulullah saw. telah bersabda dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim berikut:
بُنِيَ الدِّیْنُ علی النظَافَةِ
"Agama itu didirikan atas kebersihan."
الطُهُورُ نِصْفُ الإِيْمَانِ.
"Kesucian adalah sebagian dari iman."
Selain hadis Nabi saw. tentang kaitannya bersuci dan keimanan, kebersihan pun menjadi hal utama yang tersemat pada Zat Allah Swt. atas keagungan dan kemuliaanNya seperti hadis Nabi saw.: "Sesungguhnya Allah Swt. itu suci yang menyukai hal-hal yang suci, Dia Maha Bersih yang menyukai kebersihan, Dia Maha Mulia yang menyukai kemuliaan, Dia Maha Indah yang menyukai keindahan, karena itu bersihkanlah tempat-tempatmu." (HR Tirmidzi)
Dengan konsep suci dan bersih yang bersumber dari Allah Swt. dan tuntunan Rasulullah saw. maka Islam dan peradabannyalah yang terdepan mengenalkan mekanisme hidup bersih. Pantaslah kiranya di kemudian hari banyak karya modern dari para ilmuwan muslim memukau dunia Barat dan Eropa.
Sejak era Kekhilafahan Islam, yaitu sejak abad 9-10 M Islam juga yang terdepan mengenalkan pengelolaan sampah. Pada masa Bani Umayah misalnya, jalan-jalan di Kota Cordoba telah bersih dari sampah berkat ide cemerlang dari Qusta ibn Luqa, ar-Razi, Ibn al-Jazzar dan al-Masihi. Tokoh-tokoh muslim ini telah mengubah konsep sistem pengelolaan sampah yang sebelumnya hanya diserahkan pada kesadaran masing-masing orang menjadi kewajiban negara.
Ketika orang-orang Barat dan Eropa berkunjung ke negeri Islam, banyak dari mereka merasa takjub. Bukan hanya pemandangan kota yang indah dan jalan yang bersih, tapi juga penampilan kaum muslim yang jauh dari kata 'jorok' sebagaimana perilaku mereka selama ini. Mandi dan pola hidup bersih yang selama ini mereka hindari ternyata kaum muslim menerapkannya baik secara individu, masyarakat, serta negara.
Negara dalam sistem Islam, memiliki pengaruh yang luar biasa untuk menjaga pemahaman umat. Salah satunya menjaga pola pikir dan pola sikap umat tentang pelaksanaan syariat seperti urgensi bersuci dan menjaga kebersihan. Baik untuk dirinya, masyarakat, atau lingkungan. Di samping penjagaan ini kewajiban negara, kelestarian alam yang Allah ciptakan bergantung pada implementasi syariat dalam kehidupan masyarakat yakni selaras atau tidak dengan aturan Allah. Jika aturannya membawa keburukan, maka kehancuran dan kerusakan alam akan mengiringi umat manusia seperti longsor, banjir, gempa, tsunami, dan lain sebagainya. Hal ini telah Allah Swt. nyatakan dalam firmanNya:
"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." [QS. ar Rum:41]
Dan saat ini, ketika peradaban Islam terganti dengan peradaban kufur ala Barat, kebersihan hanya menjadi pemahaman sebagian orang. Pola pikir dan pola sikap individualis telah melahirkan sikap acuh terhadap kelestarian alam dan kebersihan lingkungan. Negara pun abai dengan tanggung jawab serta kewajibannya menjalankan syariat Allah dan menjaga ciptaanNya.
Wallahu a'lam bisshawwab.
Post a Comment