(Aktivis Muslimah)
Kasus bullying semakin marak terjadi. Selama periode 2016 sampai 2022, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menerima aduan dari 480 yang menjadi korban perundungan di sekolahnya. Di tahun 2020 terjadi sebanyak 119 kasus bullying. Jumlahnya semakin meningkat setiap tahun. Di tahun 2021 sebanyak 168 kasus. Pada tahun 2022 bullying dengan kekerasan fisik dan mental yang terjadi di lingkungan sekolah sebanyak 226 kasus, termasuk 18 kasus bullying di dunia maya. (depoedu.com, 13/12/2022)
Berdasarkan catatan Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), sepanjang dua bulan pertama pada 2023 sudah tercatat 6 kasus bullying atau kekerasan fisik dan 14 kasus kekerasan seksual di satuan pendidikan. (Republika.co.id, 06/03/2023).
Bahkan fenomena bullying ini sangat viral dan sering ditayangkan di media sosial. Realita di lapangan lebih banyak daripada yang dilaporkan. Bullying adalah perilaku yang ditujukan untuk menyakiti seseorang, baik secara fisik maupun mental. Selain itu, bullying juga ditandai ketidakseimbangan kekuatan (bisa fisik, akses informasi, sampai popularitas) untuk menunjukkan kekuasaan pelaku atas korban. Tindakan bullying berpotensi berulang atau lebih dari satu kali.
Asisten Deputi Pemenuhan Hak Anak atas Kesehatan dan Pendidikan Anggin menjelaskan perundungan dapat menyebabkan trauma baik fisik maupun psikologis yang punya dampak buruk yang besar bagi anak. Di samping itu, hadirnya media sosial dan internet yang dekat dengan anak ternyata menjadi ruang baru bagi tumbuhnya Cyberbullying atau perundungan di ranah digital. (KemenPPPA.go.id, 06/12/2022)
Beberapa bulan terakhir ini, media sosial diramaikan dengan perilaku anak 'pejabat' yang melakukan tindakan semena-mena terhadap rekannya. Sebut saja kasus Mario Dandy Satriyo, anak seorang pejabat di kantor pajak yang menganiaya Cristalino David Ozora Latumahina hingga koma.
Selain itu Aditya Hasibuan yang merupakan anak AKBP Achiruddin Hasibuan, perwira polisi di Polda Sumatera Utara (Sumut) yang menganiaya Ken Admiral. Parahnya lagi, penganiayaan disaksikan dan dibiarkan oleh sang ayah. (Liputan6.com, 19/05/2023)
Sikap orang tua dan guru dapat berpotensi memberi contoh perilagu agresif yang sangat buruk kepada anak sehingga semakin mudah terjadi bullying. Seperti kasus bullying yang terjadi di Batam. Orang tua murid melaporkan dua guru yang diduga telah melakukan tindakan bullying terhadap anaknya. Namun guru tersebut melapor balik karna tindakan intimidasi dan dugaan pelanggaran kode etik yang dilaporkan akibat wali murid yang membawa senjata api saat mediasi berlangsung sebanyak lima kali di lingkungan sekolah. (Kompas.com, 18/01/2023)
Kasus bullying yang terjadi di Sukabumi menewaskan anak usia 9 tahun. Sebelum meninggal bocah kelas 2 SD korban pengeroyokan kakak kelas menyebut nama pelaku. (Tribuntangerang.com, 21/05/2023). Kasus bullying ini sangat miris. Pasalnya, bullying bahkan dilakukan oleh anak SD. Kakak kelas yang seharusnya menyayangi dan memberi contoh yang baik namun justru melakukan kekerasan terhadap adik kelasnya. Tentu ini terjadi tidak terlepas dari contoh maupun didikan orang tua, lingkungan sekolah, dan media sosial.
Belum juga terlupakan dalam ingatan tentang kasus video viral bullying yang menewaskan siswa SD berusia 11 tahun di Tasikmalaya. KPAI menduga pelaku terpapar konten pornografi. Di video itu, dua pelaku terlihat memegangi kaki kucing. Kemudian pakaian si anak dilucuti lalu dipaksa berhubungan badan dengan hewan. Dia depresi dan demam hingga meninggal di RS.
Adapun beberapa kasus bullying 2023, yakni santri berusia 13 tahun yang dibakar santri senior di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Lalu ada kepala madrasah di Gresik, Jawa Timur, menampar 15 anak karena jajan di luar kantin sekolah siswa membawa parang ke sekolah di Samarinda karena marah kepada guru olahraganya. (Republika.co.id, 06/03/2023)
Beberapa faktor yang menyebabkan kasus bullying terus bermunculan terutama di kalangan generasi muda, antara lain :
Pertama, keluarga. Setiap anak tentu mendapatkan pendidikan awal melalui keluarga. Namun saat ini banyak orang tua sibuk bekerja banyak anak yang diberi gadget sejak kecil. Mereka terbiasa menonton film sadis dan penuh kekerasan. Generasi yang tidak paham batasan agama dan kurang kasih sayang akan mencari eksistensi di luar rumah. Salah satunya adalah dengan melakukan bullying.
Kedua, lingkungan sekolah dan masyarakat. Pendidikan dan kurikulum yang masih terlalu fokus pada kognitif, beban siswa terlalu berat, dan kurang bermuatan karakter, serta sikap sebagian guru serta masyarakat yang cuek terhadap kerusakan moral dan agama. Bahkan terdapat juga kasus guru membully siswanya. Akibatnya, anak tidak mendapatkan perhatian dan contoh dari lingkungan yang baik untuk mengendalikan diri.
Ketiga, peran negara dalam membentuk kepribadian generasi muda masih sangat lemah. Beginilah efek dijauhkannya agama dari kehidupan tersebab sistem sekuler.
Islam solusi mengatasi bullying
Solusi terbaik untuk menyelamatkan generasi dari kerusakan moral yaitu hanya berasal Pencipta kita. Islam sebagai agama yang sempurna mampu menghapus semua penyakit sosial generasi termasuk perilaku bullying. Melalui penerapan Islam secara sempurna negara akan melindungi generasi secara berlapis.
Dalam sistem Islam, keluarga sebagai elemen yang paling dekat dengan anak wajib mendidik anak berdasarkan akidah Islam. Ibu akan menanamkan iman sejak dini dan mengajarkan ilmu agama. Dengan begitu anak akan paham hidupnya untuk kemuliaan Islam.
Kemudian masyarakat akan memberi contoh gaya hidup yang benar. Masyarakat saling menasehati satu sama lain. Oleh karenanya anak tumbuh dalam lingkungan taqwa dan jauh dari perilaku maksiat.
Dalam sistem Islam, negara menerapkan sistem pendidikan Islam berdasar akidah. Pendidikan difokuskan membentuk generasi berkepribadian Islam. Mereka sibuk berlomba dalam ketaatan. Generasi juga dibentuk agar menguasai tsaqofah Islam dan paham saintek. Mereka bekerja untuk memudahkan urusan umat sebagai bentuk kontribusi bagi dunia Islam.
Negara juga akan mengatur media agar tidak menampilkan konten yang merusak penglihatan, pikiran, dan karakter generasi. Media digunakan sebatas untuk sarana informasi dan penyebarluasan dakwah. Dengan sistem Islam melalui kontrol penuh dari keluarga, masyarakat, dan negara maka generasi akan jauh dari perilaku kekerasan serta bullying karna setiap individu akan menyadari bahwa semua tindakannya dipertanggungjawabkan di akhirat kelak. Wallahu 'alam
Post a Comment