Oleh : Elis Sondari, S.Pd.I
Seperti
yang di lansir dari situs www.bp2mi.go.id yaitu Badan Perlindungan Pekerja
Migran Indonesia (BP2MI) sosialisasikan penyebarluasan informasi program
penempatan dan perlindungan PMI di pondok pesantren Ma’had Baitul Arqom Al
Islami, Ciparay Kabupaten Bandung. Deputi penempatan dan perlindungan kawasan
Eropa dan timur tengah Irjen. Pol. Achmad Kartiko mendorong para santri yang
memiliki mimpi ke luar negeri, untuk menyiapkan diri melalui peningkatan
kompetensi serta tetap melalui tahapan bekerja secara prosedural.
Namun
ada yang janggal ketika pesantren menjadi fokus untuk salah satu program
pemerintah agar bisa bekerja ke luar negeri. Menjadikan pesantren makin lemah
dan mendistorsi kontribusinya pada umat. Bagi negara sekuler kapitalisme,
santri adalah tenaga kerja yang harus diberdayakan untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi bangsa.
Seharusnya
pemerintah yang memberikan lapangan pekerjaan bagi rakyatnya. Pemerintah adalah
penguasa yang bertugas mengurusi (riayah) urusan rakyatnya, termasuk urusan
lapangan kerja. “Pemimpin masyarakat adalah pengurus dan dia bertanggung
jawab atas rakyatnya.” (HR Bukhari dan Muslim). Ketika penguasa gagal
menyediakan lapangan kerja untuk rakyat, sehingga banyak pengangguran, yang
harus mereka lakukan adalah evaluasi diri, bukan mendorong rakyat (santri)
untuk jadi TKI keluar negeri.
Jika
bukan pada pemberdayaan ekonomi, lantas apa peran strategis santri? Hal ini
kembali pada kelebihan yang santri miliki, yaitu tsaqafah Islam. Umat Islam
saat ini berada dalam kehidupan sekuler, kondisi saat Islam terabaikan, padahal
Islam adalah solusi kehidupan. Akan tetapi, karena umat tidak mengenal Islam
secara mendalam, jadilah mereka mencari solusi dari selain Islam. Akibat dari
ketaktahuan terhadap solusi Islam ini, berbagai permasalahan umat tak kunjung
mendapat solusi. Dari hari ke hari, masalah umat makin rumit dan kehidupan
makin sempit.
Di
sinilah kebutuhan akan kiprah para santri. Umat yang buta dan kabur tentang
Dinul Islam butuh pencerahan dari para ulama lulusan pesantren. Para santri
inilah yang akan mempelajari Islam secara mendalam dengan mengkaji aneka kitab
yang memuat tsaqafah Islam. Sungguh, umat butuh para ulama yang mengajarkan
akidah agar akidah umat lurus dan tidak sekuler; mengajarkan tafsir Al-Qur’an
agar umat paham isinya dan tergerak menjalankannya; serta mengajarkan fikih
agar umat paham syariat Islam kaffah (menyeluruh) dan tergugah menerapkannya sehingga
bukan hanya masalah perekonomian yang terselesaikan, kesejahteraan pun akan
terwujud secara merata.
Wallahu'alam
bisowab.
Post a Comment