Oleh: Erlita Nur Safitri
Alumnus Universitas
Pancasila
Pada Minggu (5/2/2023) di Gang H Arsad, Kota Cimahi,
Jawa Barat, Gerombolan anggota geng motor membacok seorang korban hingga
tewas. Terkait pembacokan ini, Kepala
Satuan Reserse Kriminal Polres Cimahi menyampaikan pihaknya masih melakukan
penyelidikan (bandung.kompas.com). Selain itu aksi kawanan geng motor terekam
CCTV pada Sabtu (4/2/2023) tengah menyerang di salah satu apartemen kawasan
Jakarta Selatan. Sejumlah petugas keamanan setempat dan warga sempat
berusaha membubar aksi tersebut (rbg.id).
Maraknya kembali geng motor kembali meresahkan
masyarakat. Selain menyebabkan kerusakan properti, tidak sedikit korban yang
mengalami luka-luka bahkan tewas di tempat. Saat para anggota geng motor ini
melakukan konvoi di jalanan, seringkali mereka menyerang para pejalan kaki
ataupun pengendara motor lainnya tanpa alasan yang jelas. Bermodalkan motor dan
berbagai macam senjata mulai dari celurit, tongkat baseball, bahkan samurai,
mereka mulai melancarkan aksi mereka di malam hari.
Inilah salah satu dari sekian banyak potret buram
tingkah laku generasi. Mirisnya anggota yang bergabung dalam geng motor ini
kebanyakan adalah kaum remaja dan pemuda. Di saat mereka seharusnya belajar dan
mengerjakan hal-hal positif lainnya, mereka malah terjerumus ke dalam aktivitas
yang tidak hanya membahayakan diri sendiri, tetapi juga orang lain.
Kondisi ini menjadi cerminan banyak hal, di antaranya
gagalnya sistem pendidikan dalam mengarahkan kepribadian generasi dan
mengekspresikan eksistensi dengan cara yang benar. Demikian
juga rendahnya jaminan keamanan oleh negara dan ketegasan aparat dalam menjaga
keamanan warga.
Fenomena geng motor hadir di tengah kehidupan yang
sekuler kapitalis. Sekularisme adalah paham yang memisahkan agama dari
kehidupan manusia. Alhasil, manusia akan bertingkah laku berdasarkan nafsunya
semata. Konsekuensi dari kehidupan sekuler kapitalis adalah tampak jelas bahwa
kondisi remaja dan kaum pemuda saat ini semakin jauh dari nilai-nilai Islam
yang seharusnya mereka pelajari dan pahami, kemudian mereka amalkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Selain itu orang tua saat ini membangun keluarga tidak
berlandaskan iman dan takwa. Padahal orang tua jelas berperan besar karena dari
sanalah pendidikan bermula. Orang tua tidak membangun karakter Islam yang kuat,
sehingga para remaja pun akan mudah terpengaruh. Selanjutnya yang tidak kalah
penting juga adalah pendidikan, sistem pendidikan yang diterapkan saat ini
jauh dari ajaran Islam. Jangankan akidah Islam, generasi terus dijejali dengan
akidah yang membebaskan perilaku manusia.
Sistem sekuler kapitalisme telah sukses membawa remaja
Muslim negeri ini makin jauh dari pemahaman yang benar tentang Islam, bahkan
mereka makin asing dengan agamanya sendiri. Padahal, di tangan merekalah
tergenggam masa depan umat.
Ajaran Islam yang berasal dari wahyu Allah sudah pasti
dapat menjawab dan menyelesaikan seluruh persoalan manusia, termasuk fenomena
geng motor. Berkebalikan dengan sekularisme, Islam memandang bahwa agama harus
menjadi pedoman hidup manusia. Semua aturan yang diterapkan berdasarkan hukum
syara dan berlandaskan keimanan. Dari sanalah kita akan meyakini bahwa Islam
adalah agama yang mampu menyelesaikan seluruh urusan umat manusia.
Dalam Sistem Islam pemuda akan dibina agar memiliki
kepribadian Islam dan menjaga lingkungan.
Islam juga menjadikan keamanan dan keadilan sebagai tanggung jawab
negara. Masyarakat akan merasa aman dan tidak akan ada hukum yang tebang pilih.
Maka sudah seharusnya kita kembali memperjuangkan dan menegakkan kembali sistem
Islam. Dalam asuhan Islam, pemuda akan tumbuh menjadi generasi terbaik, dan
berkontribusi positif terhadap negara demi terbangunnya peradaban yang
gemilang.[]
Post a Comment