Aktivis Muslimah Asal Ledokombo -Jember
Tingkat kemiskinan di Indonesia yang masih cukup tinggi menuntut masyarakatnya untuk berpikir keras memperbaiki perekonomiannya. Bahkan, tak jarang di antara mereka yang memilih menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri.
Kisah pilu dialami Meriance Kabu seorang ibu empat anak asal desa terpencil di Nusa Tenggara Timur selama 8 tahun mengalami kekerasan fisik yang dilakukan oleh majikannya. Sampai wajahnya menghitam karena bengkak akibat hantaman yang dilakukan sang majikan, bahkan sekujur tubuhnya mengalami sasaran penyiksaan. Namun, dia mengatakan tidak pernah memikirkan rasa sakit yang tak terkira atas kejadian delapan tahun lalu itu. Yang ada di benak ibu empat anak asal desa terpencil di Nusa Tenggara Timur itu adalah bagaimana caranya bertahan hidup. Wajah anak-anaknya menjadi penguat untuk bertahan.(BBC.com)
Kisah yang dialami Miriance Kabu adalah bagian dari ribuan kasus yang menimpa pekerja rumah tangga Indonesia di Malaysia, ratusan di antaranya adalah kasus penganiayaan termasuk penyiksaan fisik. Duta Besar Indonesia untuk Malaysia, Hermono, mengatakan ia "tak tahu kapan ini akan berakhir karena korban terus berjatuhan, dari penyiksaan, gaji tidak dibayar, dan lain-lain." Kasus yang disebut Hermono gaji yang tidak dibayar - dari lama bekerja sekitar setahun sampai 10 tahun - mencapai lebih dari 2.300, menurut data dalam lima tahun terakhir. Di tengah ini semua, permintaan pekerja di sektor ini terus meningkat dan bahkan mencapai sekitar lebih dari 66.000 sampai Februari 2023, berdasarkan angka dari KBRI Malaysia. Agen di Malaysia membayar setidaknya Rp30 juta untuk seorang pekerja rumah tangga sementara sektor lain seperti perkebunan, pabrik, dan kebersihan ditetapkan harga sekitar Rp10 juta.
Hal itu kemudian diperparah dengan rendahnya posisi tawar Indonesia di negeri lain, PMI mengalami berbagai penderitaan. Kita tak pernah lupa kegemparan yang memanas sejak beberapa kasus penganiayaan yang dialami pekerja migran terus berulang. Kekerasan yang dialami perempuan pekerja migran Indonesia di berbagai negara terjadi dari tahun ke tahun, misalnya. Kehadiran negara penting untuk melindungi mereka, termasuk memastikan adanya pemulihan saat pulang ke Tanah Air.
Kemiskinan Penyebab Itu Semua
Sempitnya lapangan kerja berdampak pada sempitnya kehidupan masyarakat. Sudah menjadi fitrah bagi manusia untuk berusaha keluar dari kesempitan dan menjalani ikhtiar, meski harus bertualang ke luar negeri, menghadapi berbagai penderitaan, akan dilalui. Merekalah yang gigih, namun dalam sistem kapitalisme ini tak ada ruang bagi mereka kecuali merasakan pedihnya kegigihan.
Komnas HAM mendapatkan laporan perihal adanya sejumlah pekerja migran Indonesia yang terjaring razia di Malaysia. Laporan tersebut, disampaikan pada tanggal 2 Februari 2023. Komnas HAM RI telah menyampaikan sikap dan mendorong upaya penanganan cepat dan menjamin pemenuhan serta pelindungan terhadap PMI oleh negara (Tempo.co, 3/3/2023).
Fakta itu mengajari kita semua tentang harapan kosong yang disajikan kapitalisme bagi manusia. Sistem ini tak memberi jaminan kesejahteraan terhadap ikhtiar. Padahal apa yang dicari oleh para pekerja migran bukanlah agar bisa merasakan sebagaimana kaum jetset bergaya sosialita, sekadar kenyang perut, tempat tinggal baik, dan terlepas dari beratnya beban ekonomi kapitalisme yang menimpa pundaknya.
Namun sempitnya lapangan kerja di luar negeri memang merupakan bukti yang mematahkan narasi “kalau mau kaya ya kerja”. Kemiskinan yang meracuni masyarakat ‘kelas bawah’ dalam sistem kapitalisme memang dikondisikan untuk tak berketerampilan sebagaimana mereka yang berduit. Kemiskinan berbuah rendahnya keterampilan, hal inilah yang kemudian menjadi jurang bagi rakyat. Sehingga tak ada pilihan baginya kecuali mendapatkan pekerjaan tak layak, atau mengelana ke luar negeri untuk mengadu nasib.
Kondisi ini membuat para pekerja migran Indonesia (PMI) rentan dengan kekerasan. Pada 2021, terdapat lebih dari 100 jenazah pekerja migran Indonesia yang dipulangkan dari Malaysia ke kampung halaman mereka di NTT. Di balik gelombang kepulangan jenazah PMI asal NTT yang disebut sebagian besar korban perdagangan orang dan penyelundupan, terdapat sekelompok orang yang bekerja ‘menghidupkan dan menyuarakan jeritan’ pekerja migran yang meninggal di perantauan (BBC Indonesia, 9/3/2023).
Kemiskinan di Indonesia terjadi karena kesalahan sistem ekonomi yang diterapkan. Sistem kapitalisme nyatanya justru membolehkan perampasan SDA, yang pengolahannya seharusnya mampu membuka lapangan kerja yang banyak.
Islam Solusi
Islam memiliki sistem ekonomi yang mampu mmeberikan jaminan kesejahteraan rakyat dan juga membuka lapangan kerja yang Luas. SDA yang banyak akan mampu menjadi sumber pemasukan negara untuk mensejahrerakan rakyat. Negara mengelola SDA (Sumber Daya Alam) untuk kepentingan rakyat bukan untuk diberikan kepada asing. Negara bertanggung jawab penuh atas kesejahteraan rakyat. Rakyat tak perlu menjadi PMI untuk mencari sesuap nasi karena di negeri sendiri tersedia banyak lapangan pekerjaan.
Dalam Islam pemerintah dituntut untuk selalu mengedepankan urusan rakyat. Menghadapi tren global sejenis ini, pemerintah dalam islam akan segera bertindak dengan meningkatkan potensi SDM dengan memperbanyak pelatihan agar tidak tertinggal oleh tren era disrupsi. Sehingga masyarakat akan dapat bersaing dilingkungan era ini. Selain itu pemerintah akan menyediakan semua fasilitas untk modal rakyatnya dalam melakukan usaha. Sehingga pengangguran dalam negeri akan teratasi.
Dalam sistem islam negara berkewajiban memberikan pekerjaan kepada mereka yang membutuhkan sebagai realisasi Politik Ekonomi Islam. Rasulullah saw.:
اَلإِÙ…َامُ رَاعٍ ÙˆَÙ‡ُÙˆَ Ù…َسْؤُÙˆْÙ„ٌ عَÙ†ْ رَعِÙŠَتِÙ‡
Imam adalah pemelihara urusan rakyat; ia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap urusan rakyatnya. (HR al-Bukhari dan Muslim).
Lebih detail, Rasulullah saw. secara praktis senantiasa berupaya memberikan peluang kerja bagi rakyatnya. Suatu ketika Rasulullah memberikan dua dirham kepada seseorang. Kemudian beliau bersabda (yang artinya), “Makanlah dengan satu dirham, dan sisanya, belikanlah kapak, lalu gunakan kapak itu untuk bekerja!”
Inilah sebuah anjuran untuk setiap muslim agar dapat bekerja, sehingga negara tidak lepas tangan ketika melihat rakyatnya memiliki kesulitan dalam mencari lapangan pekerjaan, dan tidak ada ceritanya rakyat menjadi kesulitan dan Rakyat tak perlu menjadi PMI untuk mencari sesuap nasi karena di negeri sendiri tersefdia banyak lapangan pekerjaan.
Wallahu a’lam bi ash showab
Post a Comment