Stunting dan Kemiskinan Ekstrim masih menjadi tranding di tahun ini dan menjadi prioritas penting yang harus segera diatasi. Namun meskipun banyak upaya yang dilakukan oleh Pemerintah, ternyata posisinya masih belum bergeming dari tempatnya. Hal ini menggelitik Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK).
Seperti yang diberitakan oleh REPUBLIKA.CO.ID, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy, mengungkapkan, permasalahan kemiskinan ekstrem dan stunting saling beririsan. Di mana, irisan tersebut mencapai angka 60 persen (14/1/2023).
Karena itu, menurut dia, untuk menyelesaikan masalah kemiskinan ekstrem dan stunting harus dilakukan dengan mengeroyoknya secara bersamaan. Menurut dia, pemerintah melakukan upaya serius dalam penanganan stunting dan kemiskinan ekstrem melalui intervensi spesifik dan intervensi sensitif.
Intervensi gizi spesifik, yakni intervensi yang berhubungan dengan peningkatan gizi dan kesehatan. Sementara intervensi gizi sensitif, yakni intervensi pendukung untuk mempercepat penurunan stunting, seperti penyediaan air bersih, MCK, dan fasilitas sanitasi. Berkaitan dengan permasalahan stunting, Menko Muhadjir berharap baik pada pemerintah pusat dan daerah dapat mengalokasikan anggarannya untuk penanganan stunting termasuk anggaran dana desa. Karena menurutnya, yang tahu persis berapa jumlah ibu hamil dan berapa jumlah bayi dibawah umur dua tahun adalah kepala desa (kades) itu sendiri.
Penyelesaian Stunting dan Kemiskinan dalam sistem Kapitalis ibarat jauh panggang dari api. Jika melihat ulasan di atas, tampak Pemerintah begitu berupaya keras untuk menurunkan Stunting dan kemiskinan. Namun apa yang diterapkan oleh pemerintah untuk penyelesaian masalah selalu berada pada pemecahan masalah turunannya, bukan pada akar masalahnya. Maka dalam hal ini adalah kebutuhan pokok yang harus dipenuhi saat itu juga, maka untuk memenuhinya tidak boleh ada penundaan. Karena Jika pemenuhannya ditunda atau tidak dipenuhi secara layak akan menimbulkan bahaya terhadap jiwa. Maka ketika terjadi stunting bisa dipastikan gizi makan anak-anak tersebut tidak dipenuhi secara layak, sehingga tumbuh kembang anak terganggu.
Salah satu ketidaklayakan pemenuhan Gizi adalah faktor kemiskinan. Kemiskinan inilah yang mengakibatkan ketidak mampuan keluarga untuk menyediakan makanan bergizi kepada anak-anak mereka. Dan kemiskinan saat ini adalah kemiskinan sistemik. Karena kemiskinan yang terjadi saat ini adalah dampak dari penerapan sistem ekonomi kapitalisme yang membuat para kapital legal dalam menguasai kekayaan alam (SDA) yang notabenenya kekayaan alam merupakan harta kepemilikan umum.
Hasil yang melimpah masuk ke kantong-kantong korporat, sehingga negara tidak memiliki dana untuk mengurus rakyatnya. Malah yang ada penguasa kapitalisme memalak rakyat dengan pajak. Rakyat pun susah untuk mencari pekerjaan yang layak. Sebab penguasa kapitalisme hanya regulator para kapitalis.
Tugas mereka adalah memastikan setiap regulasi memberi keuntungan kepada para kapital. Akibatnya kemiskinan sistemik terjadi, apalagi layanan publik yang di komersialisasi. Kesehatan, pendidikan, dan keamanan diperjualbelikan kepada rakyat. Rakyat harus membayar jika ingin menikmati layanan ini. Begitu juga untuk memenuhi kebutuhan pokok seperti sandang, pangan, dan papan.
Kebutuhan yang seharusnya murah dan terjangkau bagi masyarakat dimonopoli oleh swasta, sehingga hanya mereka yang memiliki kelebihan harta yang mampu membelinya. Rakyat yang miskin hanya bisa menahan bahkan bermimpi untuk bisa tercukupi kebutuhannya.
Inilah akar masalah stunting, dua hal tersebut merupakan akibat dari penerapan sistem ekonomi kapitalisme. Oleh karena itu, kita membutuhkan sistem ekonomi alternatif untuk menyelesaikan problem kronis ini. Satu-satunya solusi yang mampu menyelesaikan masalah ini adalah sistem Islam. Penguasa yang berjalan harus diatas syariat Islam, sehingga setiap kebijakan yang dikeluarkan tak akan keluar dari syariat. Sedangkan syariat memerintahkan penguasa adalah pelayan umat. Rasulullah Saw. bersabda, “Seorang imam adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawabannya.” (HR. Bukhari).
Maka menyelesaikan masalah kemiskinan dan stunting akan begitu mudah oleh negara Islam, karena negara menerapkan politik ekonomi Islam. Caranya dengan diawali dari negara menjamin setiap individu per individu masyarakat terpenuhi kebutuhan pangan dan nutrisi mereka. Jaminan itu terwujud dari negara menyediakan lapangan pekerjaan yang luas, sehingga tidak ada satu laki-laki pun yang tidak mendapat pekerjaan. Dengan bekerja setiap laki-laki yang memiliki tanggungjawab nafkah akan mampu memenuhi kebutuhan pokok berupa sandang, pangan, dan papan bagi keluarganya. Konsep ini akan menutup celah stunting dari sisi keluarga karena anak-anak tercukupi gizinya.
Selain itu, negara akan fokus pada peningkatan produksi pertanian dan pangan berikut segala riset dan jaminan kelancaran seluruh proses pengadaannya. Negara juga akan mendata ketersediaan dan distribusi pangan agar tepat sasaran. Jika tidak tercukupi negara bisa meminta bantuan negara wilayah lain atau impor untuk sementara waktu.
Negara akan menutup celah monopoli pasar oleh para spekulan sehingga harga barang di pasar akan mengikuti mekanisme pasar. Supply dan demand barang akan dikontrol oleh negara. Cara ini akan membuat masyarakat bisa menjangkau kebutuhan pokok dan gizi keluarga mereka.
Negara juga akan melarang penguasa maupun privatisasi sumber daya alam oleh para kapital. Dalam pemerintahan Islam kekayaan alam adalah harta kepemilikan umum yang haram untuk dikuasai oleh sebagian orang. Karenanya Islam mengatur pengelolaan kekayaan ini ada di tangan penguasa yang hasilnya diberikan kepada masyarakat. Salah satu satu bentuk hasil pengelolaan sumber daya alam yang bisa dinikmati rakyat adalah jaminan kebutuhan dasar publik, seperti kesehatan, pendidikan, dan keamanan meraka dapatkan secara gratis. Sebab negara membiayai kebutuhan dasar publik menggunakan dana hasil pengelolaan sumber daya alam yang masuk kedalam pos kepemilikan umum Baitul Mal.
Post a Comment