Penculikan Anak Marak, di Mana Jaminan Keamanan Negara?


Oleh Nur Fatimah
Ibu Rumah Tangga

Anak adalah amanah yang Allah Swt. titipkan kepada kita. Maka wajib untuk dijaga, dirawat, dididik sampai batas kemampuan yang kita miliki. Sebab, di situlah ada ladang pahala yang bisa kita raih kelak di akhirat. Namun, butuh perjuangan yang luar biasa untuk terus mengawasi anak-anak, terutama di saat mereka beraktivitas di luar rumah. 

Beberapa hari yang lalu marak terjadi kasus penculikan anak di berbagai daerah. Anak yang diculik dipaksa untuk mengemis, sebagai pemuas seksual, hingga organ tubuhnya dijual. Di Makassar, bocah 11 tahun diculik dan dibunuh oleh dua remaja karena tergiur dengan uang jual beli ginjal di situs online. Kemudian muncul juga video seorang anak yang dimasukkan ke dalam karung oleh lelaki tak dikenal. Namun, polisi menyatakan video tersebut hoaks. Meskipun demikian sebagai orang tua tetap harus waspada. 

Menurut Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPA) pada 2022, angka kasus penculikan anak mencapai 28 kejadian sepanjang tahun. Angka ini meningkat dari tahun sebelumnya yang berjumlah 15 kejadian. Data ini menunjukkan bahwa penculikan anak makin marak terjadi. (Tempo.co, 31/01/2023) 

Jika kita telisik lebih dalam kasus penculikan anak terjadi akibat beberapa faktor. Di antaranya: Pertama, faktor kemiskinan. Melihat kasus penculikan anak di Makassar, penyebab utamanya adalah faktor kemiskinan. Bisa dibayangkan hanya tergiur dengan iming-iming uang, pelaku rela mengorbankan nyawa seorang anak untuk dijual ginjalnya tanpa ada belas kasih. Jika berasal dari keluarga mampu, mereka tidak akan melakukan perbuatan kejam tersebut.

Melihat korban yang masih sangat kecil jika harus bekerja sebagai juru parkir, sangat rentan untuk beraktivitas di jalanan yang memang rawan terjadi tindak kriminal. Sebab, ia belum memiliki kemampuan untuk membela diri. Harusnya anak seumuran itu bisa fokus belajar dan bermain dengan teman-temannya. Namun, karena faktor ekonomi akhirnya rela mengorbankan masa kecilnya demi mencari uang. Di manakah peran negara dalam mengatasi kemiskinan? 

Kedua, lemahnya pengawasan orang tua. Saat ini banyak para ibu yang ikut bekerja di luar demi mencukupi kebutuhan sehari-hari, melihat harga kebutuhan pokok yang makin melonjak. Peran ibu yang seharusnya fokus menjaga dan merawat anak menjadi terbengkalai, anak pun merasa kurang diperhatikan. Dampaknya anak bebas melakukan apa pun asalkan mereka senang tanpa berpikir membahayakan atau tidak. Hal ini tidak boleh dibiarkan, harus ada upaya untuk mengembalikan peran seorang ibu agar bisa fokus menjaga anak-anak. 

Inilah tugas negara untuk menyediakan lapangan pekerjaan bagi seorang laki-laki atau suami agar para ibu tidak bersusah payah ikut campur dalam urusan nafkah. Sehingga anak-anak bisa maksimal dalam penjagaan orang tua terutama ibu. 

Ketiga, rendahnya jaminan keamanan negara. Dunia digital saat ini berjalan tanpa filter, hingga semua konten bisa diakses, terlebih anak-anak yang belum bisa membedakan baik dan buruk akan mudah terpengaruh. Seperti kasus penculikan anak di Makassar berawal dari situs online yang belum jelas kebenarannya. Jika negara mampu menutup informasi buruk di media sosial, maka akan mengurangi tindak kriminal di masyarakat. Namun, ini semua tidak akan terwujud jika sistem sekuler-kapitalis masih diterapkan. 

Keamanan merupakan hak rakyat yang harus diwujudkan oleh negara, terlebih anak merupakan golongan rentan terjadi tidak kriminal. Sayangnya hal ini belum menjadi prioritas negara. Abainya negara atas keselamatan rakyatnya menjadi salah satu bukti lemahnya negara sebagai junnah atau pelindung bagi rakyat. Sebab, Rasulullah saw. pun bersabda:

Ø¥ِÙ†َّÙ…َا الْØ¥ِÙ…َامُ جُÙ†َّØ©ٌ ÙŠُÙ‚َاتَÙ„ُ Ù…ِÙ†ْ ÙˆَرَائِÙ‡ِ ÙˆَÙŠُتَّÙ‚َÙ‰ بِÙ‡ِ

”Sesungguhnya al-Imam (khalifah) itu perisai, di mana (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan) nya.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud)

Solusi Islam

Di dalam Islam keamanan merupakan tanggung jawab seorang pemimpin, terlebih keselamatan generasi yang akan menjadi garda terdepan dalam mewujudkan peradaban Islam. Negara akan melindungi semaksimal mungkin agar terhindar dari tindakan kriminal. Mereka akan dibekali pendidikan dasar mulai dari pemahaman akidah dan tsaqofah Islam, baik di dalam rumah maupun di sekolah. 

Selain itu, negara juga memberikan sanksi hukum kepada para pelaku penculikan anak agar mendapatkan efek jera yaitu berupa hukuman takzir yang akan ditetapkan oleh khalifah, sedangkan hukuman bagi pelaku pembunuhan adalah kisas. Jika ada rakyat yang melakukan tindakan kriminal pasti akan berpikir beribu-ribu kali untuk melakukannya karena begitu berat hukuman yang harus dijalani.

Tidak hanya menjamin keamanan rakyatnya, negara pun akan menyediakan lapangan pekerjaan bagi laki-laki untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari. Begitu juga kesehatan dan pendidikan akan dijamin oleh negara sehingga orang tua bisa fokus mendidik dan menjaga anak-anak, tanpa harus memikirkan biaya yang mahal seperti saat ini. 

Jika aturan Islam diterapkan secara sempurna, sudah dipastikan kasus penculikan anak akan minim terjadi, bahkan bisa dikatakan tidak ada. Faktor kemiskinan bisa langsung teratasi, serta keamanan dan kesejahteraan akan kita rasakan dalam kehidupan sehari-hari. Lantas tidakkah kita rindu akan syariat Islam tegak kembali? 

Wallahualam

Post a Comment

Previous Post Next Post