(Aktivis Muslimah)
Miris. Itulah yang kita rasakan ketika membaca berita terkait kekerasan seksual pada anak. Bagaimana tidak, anak TK menjadi korban pemerkosaan oleh anak SD. Sebagaimana yang diberitakan oleh liputan6.com, 20 Januari 2023 lalu dimana kasus ini terjadi di Mojokerto dan pelakunya adalah tetangga korban dan juga teman sepermainan. Pelakunya tak hanya satu, bahkan 3 anak sekaligus. Satu pelaku yang termasuk tetangga samping rumah korban bahkan hingga 4 kali melakukan pemerkosaan itu pada korban sepanjang tahun 2022 lalu, sehingga total 5 kali dengan yang baru saja terjadi.
Diberitakan juga bahwa pelaku melakukan 4 kali perbuatannya itu di rumahnya sendiri ketika orang tuanya bekerja jualan sayur sehingga rumah dalam kondisi kosong. Dan itu dilakukan seorang diri. Sedangkan yang sekali di tahun ini dilakukan di rumah kosong bersama kedua temannya. (detikjatim.com,21/01/2023)
Menyoal Akar Masalah Kekerasan Seksual
Penyebab anak SD menjadi pelaku pemerkosaan siswi TK ini timbul dari banyak aspek. Faktor utama adalah peran negara yang disfungsi dalam mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat, termasuk di dalam sistem pendidikan, ekonomi dan juga pengaturan media. Dengan adanya kasus ini dan banyak kasus serupa di seluruh penjuru negeri, menunjukkan betapa bobroknya negara dalam mengurusi sistem sosial masyarakat.
Akar permasalahan utama adalah sekulerisme yang dijadikan asas oleh negara. Sekulerisme, paham yang memisahkan agama dari pengaturan urusan dunia telah menjadi biang kerok atas berbagai masalah bangsa ini. Dan berkaitan dengan kasus kekerasan seksual ini, perlu kita kaji lebih dalam kenapa tindakan amoral ini terus terjadi berulang kali.
Di bidang pendidikan. Kita ketahui bersama bahwa sistem pendidikan kita saat ini sudah jauh dari hasil yang gemilang. Kurikulum senantiasa berganti tapi tak menampakkan hasil yang berarti. Sistem pendidikan saat ini telah jauh dari nilai-nilai luhur agama. Padahal, kemuliaan seseorang tak bisa dilepaskan dari agama. Bisa kita cermati bersama, bahwa di banyak sekolah-sekolah, pelajaran agama sangat minim sekali diajarkan dibanding pelajaran yang lainnya. Terlebih dengan banyaknya kasus kenakalan remaja, semisal tawuran pelajar, gangster yang melibatkan remaja, terungkapnya dispensasi nikah bagi pelajar, dan sebagainya, ini cukup menjadi bukti bahwa pendidikan saat ini tidak berorientasi pada perbaikan manusia yang berkepribadian luhur yang diajarkan oleh agama. Sudah porsinya minim, itu pun tak menjadikan agama diterapkan oleh peserta didik.
Di bidang ekonomi. Sebagaimana kasus ini terungkap, bahwa orang tua pelaku sedang dalam kondisi bekerja, sehingga pengawasan terhadap anak pun menjadi abai. Himpitan dan atau pun gaya hidup telah menjadikan masyarakat lebih mementingkan untuk terjun ke dunia kerja. Disamping itu, negara sebagai fasilitator utama atas ekonomi rakyat, sudah tak berpihak pada mereka. Sulitnya lapangan pekerjaan menjadikan mereka harus pontang panting kerja apapun. Pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran pun terjadi dimana-mana. Sementara para pengusaha besar diberikan kebebasan berinvestasi di negeri ini dengan regulasi yang sangat menguntungkan mereka.
Di bidang pengaturan media. Negeri ini dengan sekulerisme dan demokrasi menjadi asasnya, telah menjamin kebebasan hak asasi manusianya. Sehingga dari situ, kita saksikan di media saat ini, banyak sekali konten-konten yang beragam. Semua orang bisa membuat konten sesuai keinginannya. Disamping itu, tidak adanya kontrol negara atas konten-konten ini menjadikan dunia maya seakan tanpa batas. Sehingga masyarakat bebas akses apapun yang diinginkan. Tak ada norma-norma dan aturan-aturan agama yang dijadikan sebagai patokannya.
Fakta menunjukkan banyak kasus kekerasan seksual pada anak berawal dari fasilitas Hape dan internet yang diberikan oleh orang tua. Anak mengakses konten-konten yang merusak. Kemudian, ditambah lagi tidak adanya kontrol atas pergaulannya sehingga membuat mereka terseret pada pengaruh-pengaruh lingkungan yang tidak aman bagi anak.
Solusi Tuntas Kekerasan Seksual
Dari sini jelas, bahwa solusi tuntas atas berbagai kemelut yang mengitari generasi dan rakyat secara keseluruhan saat ini adalah dengan merubah asas kehidupan negeri ini. Islam memiliki aturan yang lengkap yang mampu mencegah dan menyelesaikan seluruh problematika umat. Persoalan generasi yang semakin lama semakin parah akan bisa diatasi jika seluruh aturan Islam diterapkan di dalam kehidupan. Kenapa Islam? Karena Islam diturunkan oleh Allah SWT, Sang Pencipta Manusia dan Alam Semesta. Sehingga, yang namanya pencipta pasti lebih mengetahui apa yang terbaik bagi ciptaan-Nya.
Sekulerisme, yang memisahkan agama dari kehidupan terbukti gagal membentuk manusia-manusia luhur. Hal ini sebuah keniscayaan karena memang sekulerisme lahir dari adanya kompromi akal manusia yang lemah dan terbatas. Sehingga takkan bisa memecahkan problematika hidup manusia itu sendiri.
Jadi, hanya dengan asas akidah Islam sajalah negeri ini akan menjadi negeri baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur sebagaimana yang termaktub dalam Alquran surat Saba’ ayat 15. Dari beberapa pendapat ahli tafsir, dapat diartikan “sebuah negeri yang mengumpulkan kebaikan alam dan kebaikan perilaku penduduknya.”.
Wallahu a’lam bishshowab.
Post a Comment