Mencengangkan, berdasarkan hasil survei aplikasi Just Dating, Indonesia menjadi negara kedua terbanyak terjadi perselingkuhan di ASIA. Sebanyak 50 persen responden mengaku pernah berselingkuh dari pasangannya masing-masing. Masih berdasarkan survei tersebut ternyata perempuan di Indonesia lebih banyak melakukan selingkuh dibanding laki-laki. Hal ini dipengaruhi oleh sudut pandang yang berbeda tentang perselingkuhan antara laki-laki dan perempuan. Laki-laki di Indonesia menganggap pasangannya selingkuh jika mereka berani pergi berdua dengan laki-laki lain. Sehingga, perselingkuhan yang dilakukan oleh perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki. (tribunnews, 21/02/2023)
Perselingkuhan selalu menjadi topik yang sensitif dan hangat dibicarakan publik. Tidak sedikit tanyangan-tayangan televisi maupun media sosial yang menampilkan tontonan tentang perselingkuhan. Di tengah-tengah masyarakat pun perselingkuhan kini menjadi hal biasa. Mulai dari kalangan orang biasa, para selebritis, sampai para politikus pun banyak yang terjerat pada kasus perselingkuhan. Semakin hari persoalan ini pun semakin meningkat. Banyak alasan yang menyebabkan terjadinya perselingkuhan, tapi ada dua alasan besar yang sering dijumpai pada kasus perselingkuhan. Yaitu karena adanya ketidakpuasan dalam hubungan atau sekedar ingin mencari kesenangan.
Selingkuh merupakan perbuatan khianat dan tidak memegang amanat yang sudah diberikan pada pasangannya untuk setia. Sejatinya perselingkuhan yang marak akhir-akhir ini menunjukan rapuhnya ikatan pernikahan dan bangunan keluarga. Dan pangkal dari permasalan ini adalah adanya kapitalisme sekulerisme. Kapitalisme adalah pandangan hidup bahwa hidup didunia itu harus mendapatkan kesenangan sebanyak-banyaknya. Sedangkan sekularisme pemisahan agama dari kehidupan. Mindset ini bisa mengakibatkan baik laki-laki maupun perempuan mudah tergoda untuk melakukan perselingkuhan hanya untuk mengejar kesenangan sendiri tidak mensyukuri pasangannya masing-masing. Halal dan haram tidak lagi dianggap penting, yang terpenting bagi mereka bisa hidup senang. Bebasnya sistem sosial atau tata pergaulan, rusaknya sistem pendidikan, bebasnya media sosial yang dilandasi sekularisme kapitalisme memudahkan terjadinya perselingkuhan.
Islam menjadikan pernikahan sebagai ibadah, bahkan perjanjian kuat dihadapat Allah SWT. “Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami-istri. Dan mereka (istri-istrimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat”. (QS. An-Nisa ayat 21). Dengan melaksanakan hak dan kewajiban dalam pernikahan seharusnya menciptakan pahala sebanyak-banyaknya untuk bekal di akhirat. Permasalah yang muncul dalam rumah tangga ketika diatasi dengan cara yang makruf menurut Islam akan menjadi amal soleh. Pernikahan bukan hanya bertujuan untuk meraih kesenangan semata, namun ada tujuan mulia yaitu beribadah dan menghindari kemaksiatan seperti perselingkuhan salah satunya. Tujuan mulia ini harus dijaga agar kehidupan masyarakat tetap dalam kemuliaan dan kesucian.
Islam tidak hanya menjadikan keberlangsungan pernikahan wajib dijaga oleh pasangan suami isti saja, namun juga oleh masyarakat. Dalam pergaulan sosial, masyarakat Islam akan selalu mengontrol agar individu tidak melakukan pelanggaran dan menjaga aturan pergaulan dimasyarakat sesuai dengan syariat. Setiap orang akan merasa sungkan untuk melakukan maksiat ketika budaya amar makruf nahi munkar dihidupkan.
Islam pun mewajibkan negara untuk ikut menjaga kuatnya ikatan pernikahan dengan berbagai hukum atau aturan yang diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam sistem sosial, negara akan menerapkan aturan yang ketat dalam menjada kehidupan laki-laki dan perempuan yang pada dasarnya terpisah. Interkasi mereka terbatas pada hal-hal tertentu saja, seperti kesehatan, peradilan, muamalah, dan pendidikan.
Post a Comment