Oleh: Albayyinah Putri, S.T.
Alumnus
Politeknik Negeri Jakarta
Kaum
pelangi masih berulah, kampanye masif ingin diakui keberadaannya terus
dilakukan. Baberapa waktu lalu, dunia sedang menikmati euforia piala dunia yang
berbeda dari biasanya. Sebagai salah satu negara mayoritas Muslim di timur
tengah, Qatar menjadi tuan rumah piala dunia menampilkan gaya yang berbeda.
Penyambutan piala dunia dengan menyelipkan nilai-nilai dakwah Islam di dalamnya
menjadi daya tarik perhelatan sepak bola dunia kali ini. Namun, hal tersebut
tidak membuat negara-negara Barat tenang. Larangan-larangan yang menjadi aturan
selama berjalannya piala dunia Qatar membuat mereka merasa kebebasannya
dibatasi. Larangan membawa minuman beralkohol di arena pertandingan sampai
larangan dibawanya simbol-simbol kelompok yang jelas dilaknat Allah, L98tQI+ pun
dilarang.
Mulai
dari sinilah pihak Barat meradang, pemerintah Qatar dianggap mendiskriminasi
kelompok L98TQI+ dan melanggar hak asasi
manusia (HAM). Bahkan beberapa negara Eropa mencibir perilaku pemerintahan Qatar yang
memberlakukan aturan tersebut, sampai salah satu klub sepak bola Jerman, melakukan aksi tutup mulut
diawal pertandingan. Tabiat negara Barat
yang sering kali koar-koar untuk menghargai aturan dan budaya negara lain, tapi
tindakan mereka itulah membuktikan bahwa mereka memiliki standar ganda dan
tidak mau menghargai aturan negara lain, khususnya negara mayoritas kaum
Muslimin. Apalagi aturan ini adalah aturan yang memang sesuai dengan syari’at
Islam. Jelas pelumrahan perilaku L98TQI+ ini bukanlah gerakan sederhana, tapi gerakan
global yang dikendarai pihak-pihak penting di dunia Internasional.
Bukti gerakan
tersebut
gerakan yang sistematis karena
beberapa
pekan lalu Amerika Serikat berencana mengirim utusannya untuk memajukan hak asasi L98TQI+ QI+.
Jessica Stern, diagendakan terbang ke Asia Tenggara pada 28 November hingga 9
Desember. Ia menemui pejabat pemerintah dan perwakilan dari masyarakat sipil
untuk mendiskusikan masalah hak asasi manusia, termasuk perihal hak L98TQI+
QI+Persons, Stern akan menyambangi tiga negara Asia Tenggara yakni Vietnam,
Filipina dan Indonesia (maktabu.republika.co.id 01/12/22).
Namun
sayangnya niat kunjungan tersebut jelas ditolak mentah-mentah oleh tokoh-tokoh
Muslim di Indonesia, khususnya dari pihak MUI dan Muhammadiyah. Dilansir dari
Times Indonesia, Sekretaris Umum
Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah, Abdul Mu'ti mengatakan, rencana kunjungan
Jessica Stern ke Indonesia hanya akan menimbulkan masalah sosial, keagamaan,
dan politik di Indonesia.
Wakil
Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas, Kamis (1/12/2022), tegas
menolak rencana kunjungan Jessica Stern, Utusan Khusus AS urusan memajukan HAM
kelompok L98TQI+ QI+ ke Indonesia. Anwar menegaskan, Indonesia sebagai bangsa
beragama dan beradab tak perlu menerima tamu yang datang dengan tujuan merusak
serta mengacak-acak nilai luhur agama dan budaya bangsa (kompas.tv 01/12/22).
Ada poin menarik yang perlu kita
ketahui di sini,
Stern adalah seorang sarjana dari akademisi AS tentang terorisme. Ia menjabat
sebagai profesor riset di Pardee School of Global Studies di Boston University.
Fokus pada isu-isu kemanusiaan, terkhusus isu terorisme yang sesuai dengan
background pendidikannya. Kita semua tahu Amerika
Serikat adalah negara yang memiliki peran penting di sebuah lembaga
internasional PBB dan PBB adalah lembaga internasional yang mengedepankan
perjuangannya untuk membela masalah kemanusiaan, salah satu program besarnya adalah SDGs.
Bahkan
pada goals ke 10 pada program SDGs
tertulis “Reduce inequality within and
among countries”, tujuannya memperjuangkan
hak-hak seluruh manusia di dunia termasuk L98TQI+ . “Equipping
Professionals for Supporting L98TQI+
Refugees” juga merupakan program PBB untuk memperjuangan hak dan
menolak diskriminasi terhadap kelompok L98TQI+
(sdgs.un.org). Mereka menganggap kelompok L98TQI+ berhak mendapatkan hak yang sama seperti
manusia lainnya dan tidak menjadikan perbedaan orientasi seksual itu sebuah
masalah di tengah-tengah masyarakat.
Padahal
jelas L98TQI+ itu dilarang di semua
agama, terkhususnya agama-agama yang di akui di Indonesia. Latar belakang Stern
menjadi tanda tanya besar, mengapa seorang dengan backgrond pendidikan
anti-teorisme memperjuangkan hak-hak kelompok menyimpang? Kita paham betul
tindakan terorisme yang selama ini digembar-gemborkan media nasional maupun
internasional pasti menjurus pada agama Islam. Seolah-olah umat Islam yang
menolak perilaku haram L98TQI+ ini
termasuk kelompok yang tidak menghargai HAM, radikal, ekstrimis atau bahkan
teroris.
Intervensi
yang dilakukan oleh Amerika Serikat terhadap Indonesia dan beberapa negara kaum
Muslimin tidak terjadi satu atau dua kali. Sering sekali mereka mencampuri
urusan bahkan kedaulatan negara lain yang menurut mereka bertentangan dengan
paham-paham mereka. Jelas banyak dari paham-paham Barat sangat bertentangan
dengan akidah
Islam. Hal ini yang seharusnya menjadi perhatian para penguasa Muslim, bahwa
pemahaman-pemahaman racun ini akan merusak generasi penerus sebuah bangsa dan
merusak level keagaman setiap individu masyarakat.
Bukankan
kita sangat mengedepankan nilai-nilai moral dan agama? Maka dari itu, sikap
pengutukan, penolakan secara lisan, pemboikotan tidaklah cukup untuk
menghentikan propaganda kelompok-kelompok L98TQI+ ini. Karena dari fakta yang ada, kita tahu
bahwa penyebaran paham mereka dilakukan secara sistematis, ditopang oleh
lembaga internasional dan didukung media-media yang pro terhadap mereka.
Kaum
Muslimin harus semakin sadar bahwa tindakan negara Barat bukan sekedar bagian
dari kebebasan berpendapat, tetapi menyengaja untuk menguasai dan merusak
pemikiran kaum Muslimin agar kita khususnya anak muda terus menerus mengikuti
atau membebek pola pikir dan perilaku mereka. Menoleransi segala hal yang
dianggap HAM
yang dibalik semua itu jelas bertentangan dengan syari’at Islam.
Ideologi
kapitalisme menghasilkan pemahaman liberalisme dan sekularisme mengakibatkan masyarakat berpandangan bahwa
kehidupannya urusannya sendiri, tidak boleh ada aturan-aturan dari luar yang
mengusik keinginannya termasuk aturan beragama. Apalagi aturan agama jelas
menentang tindakan L98TQI+ ini. Dengan dalih HAM mereka menunjukkan ketidakberdayaan mereka yang
tampak berbeda di tengan masyarakat.
Jennifer
Bilek penulis dari New York dengan tulisannya “The Billionaires Behind The L98tQI+ Movement” di firstthings.com
menjelaskan bahwa pergerakan L98TQI+
adalah pergerakan yang dimotori orang-orang bermodal besar. Hal ini
sudah seharusnya menjadi perhatian besar bagi kita bangsa yang berdaulat,
bermoral dan beragama bahwa mereka bukan sekedar kelompok kecil yang mengemis untuk
diakui tapi mereka adalah gerakan besar yang ingin mendominasi agar hak-hak
mereka, keinginan mereka bisa terpenuhi sesuai dengan kemauan mereka. Sungguh
racun yang sangat berbahaya bagi pemahaman generasi muda dan tidak bisa
ditolerir sama sekali.
Berbicara
masifnya penyebaran toleransi terhadap L98TQI+
tidak terlepas dari propaganda ideologi Barat dan sudah menjadi gerakan
sosial politik mereka, karena
hal ini merupakan bagian mendasar dari peradaban Barat yang kerap kali
menggaungkan kebebasan. Apalagi AS dan negara-negara Barat lainnya memang
mendapatkan pemasukan
yang menguntungkan perekonomian mereka. Maka dari itulah mereka menyasar
kelompok-kelompok produktif seperti generasi muda khususnya pemuda Muslim saat
ini. Mereka ingin pemuda Muslim bergerak sesuai dengan nilai-nilai mereka,
memanfaatkan dan mengeksploitasi potensi anak muda untuk memakmurkan ideologi
mereka.
Menahan
pemuda Muslim untuk tidak berkecimpung pada aktivitas keislaman, apa lagi jika anak muda
bergerak sesuai dengan ideologi Islam, jelas Barat akan ketar-ketir dibuatnya.
Pemuda Muslim harus sadar, menghadang gerakan L98TQI+ yang ditopang dengan kekuatan yang besar
pula, tidak cukup dengan gaungan-gaungan individu saja, kita butuk kekuatan besar,
strategi yang tersistematis dan pastinya berlandaskan akidah Islam agar kerusakan yang
terorganisir ini bisa dihabisi sampai akar-akarnya. Umat Islam butuh pemimpin
dan kepemimpinan yang independen dan kuat, tidak membebek pada Barat, memiliki
visi dan misi yang sesuai dengan Islam agar bisa menandingi kekuatan pihak
Barat.
Nabi
Muhammad SAW
bersabda, “Sesungguhnya, al-imam
(khalifah) itu perisai, (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung)
dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)nya.” (HR Al-Bukhari, Muslim,
Ahmad, Abu Dawud, dan lain-lain).
Oleh
karenanya, saat ini yang diperlukan adalah kembalinya protector umat—Khilafah al-Junnah—sebagai satu-satunya
sistem yang direstui Sang Pencipta seluruh umat manusia yang menunjukkan jalan
yang benar menuju luhurnya moral dan martabat manusia, serta kemakmuran di
dunia ini. Islam jelas mengharamkan perilaku homoseksual, transgender, lesbian
dan sejenisnya. Tidak membiarkan paham tersebut disebarkan, apa lagi jelas
bencana apa yang akan diakibatkan oleh perilaku kaum Luth tersebut.
Penyakit
seksual menular sampai dengan terputusnya pelestarian generasi sudah jelas bisa
menjadi alasan kuat kita untuk menolak peyebaran paham ini. Muslim harus
mengambil alih sistem tatanan kehidupan saat ini, pemuda Muslim juga harus
menguatkan identitasnya, memperdalam prinsipnya agar tidak terbawa arus
pemahaman Barat dan mau memperjuangkan Islam bersama kelompok Ideologis untuk
mencapai kepemimpinan Islam kembali. Wallahu’alam []
Post a Comment