Islam Solusi Dari Kemiskinan Extrem


By : Rindi Antika

Yang kaya makin kaya yang miskin makin miskin salah satu lirick lagu yang mungkin pas dengan  kondisi saat ini. kemiskinan yang menjadi problem terbesar negara,  membuat Pemerintah Melakukan banyak upayah untuk Menuntaskan problem tersebut .

Dinas Sosial (Dinsos) menyebutkan, sebanyak 3.961 jiwa warga Kabupaten Bekasi,  masuk kategori penduduk miskin ekstrem berdasarkan hasil pencocokan data lapangan yang dilakukan Dinsos setempat. Pencocokan data dilakukan petugas dari tenaga kesejahteraan sosial kecamatan dan pekerja sosial masyarakat dengan mengacu data terpadu kesejahteraan sosial tahun 2022.

Kapitalisme Sumber Masalah Kemiskinan 

Masalah kemiskinan ini merupakan masalah sistematik, akibat dari diterapkannya sistem kapitalis sekuler yang menciptakan jurang pemisah  antara kaya dan miskin, karena kekayaan hanya dimiliki sekelompok kaum kapital. sementara yang miskin sulit untuk dapat keluar kemiskinannya, sehingga dibutuhkan penyelesaian secara sistematis juga.

Apalagi sumber anggaran berasal dari utang riba, dan sebagiannya dikorupsi pula. Jadilah seperti ungkapan sarkas, mengatasi kemiskinan, seperti tambal sulam mengatasi masalah dengan masalah.

Dalam sistem kapitalis membuat negara yang kaya akan sumber daya alam mengkontrakkaryakan sumber daya alam  kepada swasta dan asing akibatnya rakyatnya sendiri dalam kemiskinan. Seharusnya dengan kekayaan sumber daya alam yang dimiliki apabila dikelola oleh negara, maka dari hasil pengelolaan sumber daya alam tersebut, negara akan mampu memberi kesejahteraan kepada seluruh rakyatnya. sayangnya, hal ini mustahil terwujud dalam sistem kapitalis sekuler yang diterapkan saat ini. Maka untuk dapat keluar dari kemiskinan membutuhkan sistem yang tepat untuk mewujudkannya.

Kemiskinan Sistematis Hanya Islam Solusi Praktis

Adapun negara yang akan berperan melindungi rakyat dan mampu menuntaskan kemiskinan, serta mewujudkan kesejahteraan rakyat, adalah negara yang menerapkan aturan Islam dalam setiap aspek kehidupan dalam bingkai daulah khilafah.

Islam memiliki langkah  dalam mengentaskan kemiskinan antara lain.
Pertama, menjamin kebutuhan primer, yakni dengan mewajibkan laki-laki menafkahi diri dan keluarganya. 
Allah SWT berfirman
“Kewajiban ayah memberikan makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara makruf.” (QS al-Baqarah [2]: 233).

Kedua, pengelolaan kepemilikan.
Ada tiga aspek kepemilikan dalam Islam yaitu, kepemilikan individu, umum, dan negara. Kepemilikan individu memungkinkan siapa pun mencari harta untuk memenuhi kebutuhannya dengan cara yang dibolehkan Islam. Adapun kepemilikan umum dikelola negara dan hasilnya dikembalikan kepada rakyat, yaitu bisa berupa harga murah bahkan gratis.

Harta milik umum ini berupa barang tambang, minyak, sungai, danau, hutan, jalan umum, listrik, dll. Harta ini wajib dikelola negara dan tidak boleh diswastanisasi dan diprivatisasi sebagaimana praktik dalam kapitalisme

Ketiga, penyediaan lapangan kerja.
Negara wajib menyediakan lapangan kerja yang menyerap banyak tenaga kerja terutama untuk laki-laki. Karena merekalah pencari nafkah bagi keluarganya.

Islam sebagai sistem yang paripurna, memiliki sistem ekonomi yang mengatur kepemilikan umum, dalam Islam sumber daya alam merupakan milik umum dan tidak boleh dimiliki oleh individu atau kelompok apalagi dikuasai asing. Dalam sebuah hadits diterangkan bahwa Rasulullah Saw. Bersabda yang artinya, Kaum Muslim (manusia) berserikat dalam air, padang rumput, dan api. Dan bahwa ketiganya tidak boleh dimiliki oleh individu. (HR. Abu Daun dan Ahmad).

Sehingga dalam Islam sumber daya alam tidak akan dikontrakkaryakan kepada swasta maupun asing. Tetapi sumber daya alama yang dimiliki akan dikelola oleh negara sebagai sumber pendapatan negara, sehingga negara mempunyai kas yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok rakyatnya. Karena dalam Islam kebutuhan pokok rakyat merupakan tanggungjawab negara. Dengan sistem demikian, maka dapat dipastikan kemiskinan akan tercabut tuntas dan kesejahteraan rakyat akan benar-benar terwujud nyata.

Wallahu'alam bish-shawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post