Oleh: Sari Liswatini
Anggota Komunitas Muslimah Menulis
Depok
Baik buruknya suatu peradaban ditentukan oleh baik dan
buruknya para generasi yang ada di dalamnya. Jika baik kondisi generasinya akan
cerahlah masa depan suatu kaum, namun jika buruk kondisi generasinya maka dapat
dipastikan akan suram masa depan suatu kaum. Oleh karenanya, banyak yang
mengharapkan kondisi generasi kita (kaum Muslimin) saat ini dalam kondisi baik.
Pasalnya Allah SWT menegaskan bahwa kaum Muslimin adalah umat terbaik yang
dikeluarkan untuk manusia.
Kaum Muslimin khususnya pemuda sebagai agen perubahan yang mampu mengubah keadaan menjadi lebih baik. Di tangan merekalah segala urusan dan seluruh kehidupan umat ini. Pemuda harus mampu menyebarkan dan memperjuangkan Islam di tengah-tengah manusia.
Ditambah pula Allah SWT menganugerahkan negeri ini kekayaan alam dengan begitu melimpah. Di samping itu dengan bonus demografi dengan komposisi usia produktif 70 persen pada 2020-2030 seharusnya mampu menciptakan para intelektual dan para pemuda yang ahli dalam berbagai bidang keilmuan hingga dapat memanifestasikan perubahan dan mengubah umat ini menjadi umat yang terbaik. Sebagaimana yang telah ditorehkan para pemuda Islam semasa Rasulullah SAW dan sepanjang sejarah kejayaan Islam. Mereka itu selain sebagai ulama, ilmuwan sekaligus para pejuang dan penolong agama Allah.
Berkebalikan dengan yang terjadi di masa saat ini. Generasi di era modern banyak mengalami gangguan kejiwaan (mental illness) apalagi selama pandemi Covid-19 sampai pada akhir 2022 menurut survei yang dilakukan Dokter Specialis Kedokteran Jiwa Indonesia ( PDSKJ ) tercatat mengalami kenaikan sampai 80 %. Universitas Gadjah Mada bekerja sama dengan University of Queensland di Australia dan Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health di Amerika Serikat menemukan1 dari 20 remaja di Indonesia terdiagnosis memiliki gangguan mental.
Jika mengacu pada Manual Diagnosis dan Statistik Gangguan Mental (DSM-V), artinya sekitar 2,45 juta remaja di seluruh Indonesia masuk dalam kelompok ODGJ (orang dengan gangguan mental). Yang paling banyak mengalami kejiwaan (depresi dan kecemasan) usia produktif dan sekitar 19-36 tahun.
Tak hanya itu, saat ini generasi yang sukses dan terbaik dikategorikan sebagai pemuda yang punya penghasilan jutaan dari sosial media, punya follower banyak, memiliki aksesoris yang branded, out fit yang bagus dan mahal, bebas mengekspresikan diri, good looking dan lain sebagainya. Generasi muda hari ini yang akrab dengan digital hingga digelari sebagai generasi milenial. Tentu saja menjadikan mereka sebagai target pasar yang sangat menggiurkan bagi para kapitalis yang sejatinya berideologikan sekularisme yakni agama sama sekali dicampakkan dalam kehidupan.
Beberapa program dan peraturan pun coba dicanangkan para pembuat kebijakan dalam RPJMN (Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional) 2020-2024 terkait pembangunan SDM yang tercantum dalam perpres No 108 / 2022. Tujuannya untuk meningkatkan SDM berkualitas dan berdaya saing sampai revolusi mental dan pembangunan kebudayaan. Namun dalam penerapannya minin artinya kualitas keimanan dan ketakwaan dianggap tidak penting. Maka hasilnya kita lihat hari ini banyak berbagai kasus dan kriminalitas mulai dari korban sampai pelakunya dari kalangan remaja dan generasi muda.
Kita bisa lihat fenomena kenakalan remaja yang berujung kriminalitas, seks bebas yang menjangkiti remaja hingga terpaksa menikah dini dan berbagai kasus lainnya yang membuat kita miris dan semakin mengkhawatirkan. Sungguh inilah potret masyarakat sakit, buah busuk dari penerapan sekularisme dan kapitalisme. Ideologi kapitalisme sekuler telah menyebar pada generasi muda kita secara sistematis hingga melumpuhkan vitalitas mereka dan bangunan masyarakat.
Generasi muda hari ini semakin kehilangan jati dirinya, krisis keimanan dan semakin bebas tanpa aturan. Nilai-nilai kapitalis di masyarakat yang semakin luas menempatkan keuntungan materi di atas nilai-nilai agama dan kemanusiaan hingga membentuk gaya hidup materialistik, hedonis dan konsumtif. Selain itu sekularisasi pendidikan dan sekolah, regulasi madrasah serta budaya kebebasan (liberal) yang mengaungkan budaya Barat sekaligus mengikis nilai-nilai Islam.
Lantas apa yang harus dilakukan agar para pemuda dan generasi kita bisa selamat dari arus sekularisme kapitalis yang semakin menggerogoti keimanan dan identitas umat saat ini? Seperti yang dikatakan diawal pemuda sebagai agen perubahan harus menyadari betul sumber dari persoalan dan akar segala kerusakan saat ini akibat penerapan sistem kapitalisme sekuler.
Dan Islamlah solusi berbagai permasalahan generasi yang kian komplek. Oleh karena itu pentingnya pemuda mengkaji Islam lebih dalam dan intensif agar memiliki pola pikir dan pola sikap yang berlandaskan Islam hingga mampu membedakan benar salah, baik buruk dan halal haram. Dengan demikian prinsip hidupnya terarah dengan hanya mengharap ridha Allah SWT .
Selain itu peran serta keluarga, masyarakat dan negara juga dibutuhkan dalam upaya menyelamatkan generasi dari gerbang kehancuran. Orang tua wajib mendidik, membimbing dan mengarahkan anak-anaknya dalam setiap aktivitas mereka agar sesuai dengan aturan Allah SWT. Orang tua harus menyadari perannya dalam keluarga yakni sebagai pencetak generasi yang unggul dan terbaik maka tanamkan akidah Islam kepada anak sejak dini. Karena keluarga sekolah pertama bagi anak-anaknya agar setelah mereka baliqh sudah terikat dengan hukum syara’ dan siap mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Begitu juga masyarakat memiliki tanggung jawab kolektif untuk mencegah kemungkaran, karena setiap warga masyarakat wajib ber amar makruf nahi mungkar yang akan berfungsi sebagai sistem kekebalan yang kuat dalam masyarakat untuk mencegah penyebaran penyakit sosial.
Namun negara memiliki peran sangat vital dalam pelaksana penerapan seluruh syariah Islam yakni bertugas sebagai pelayan untuk mengurusi seluruh kebutuhan rakyatnya, termasuk dalam masalah pendidikan. Negara wajib menyelenggarakan sistem pendidikan Islam dengan kurikulum yang mampu menghasilkan generasi yang memiliki kepribadian Islam. Negara juga akan menjaga agama dan moral serta menghilangkan setiap hal yang merusak dan melemahkan akidah dan kepribadian kaum Muslimin. Pasalnya, dalam Islam negara satu-satunya institusi yang dapat melindungi dan mampu mengatasi persoalan yang komplek pada generasi secara sempurna.
Dengan demikian, jelas sekali Islam mampu menyelamatkan generasi dan semua permasalahan yang menimpa saat ini. Karena ada sinergi dari semua pihak, yakni individu/keluarga, masyarakat dan negara yang menerapkan Islam kaffah.[]
Post a Comment